NovelToon NovelToon
Moonlight After Sunset: Black Magic

Moonlight After Sunset: Black Magic

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Balas Dendam / Epik Petualangan / Akademi Sihir
Popularitas:224
Nilai: 5
Nama Author: Riana Syarif

Buku kedua dari Moonlight After Sunset, bercerita tentang Senja, seorang gadis yang terlilit takdir membingungkan. Untuk mengetahui rahasia takdir yang mengikatnya, Senja harus membuang identitas lamanya sebagai Bulan dan mulai menjalani petualangan baru di hidupnya sebagai putri utama Duke Ari. Dalam series ini, Senja aka Bulan akan berpetualang melawan sihir hitam sembari mencari tahu identitas aslinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riana Syarif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perubahan II

"Pertarungan batin bisa membuat mu menjadi gila, namun hasil dari itu semua adalah hal yang tidak terduga."

****

Senja masih linglung dengan pengakuan aneh yang keluar dari mulut Duke. Ia tampak bingung sekaligus tidak percaya dengan apa yang akan selanjutnya di katakan Duke padanya.

"Apa ini lelucon?" batin Senja saat mendengar Duke yang terus berbicara mengenai permintaan maafnya.

"... Kesalahan ini tidak akan pernah terulang kembali."

Duke akhirnya mengakhiri kalimatnya. Ia terlihat puas dengan sedikit senyum simbul di ujung bibirnya. Napasnya mulai kembali tenang dengan ditandai regangan pelan di kedua ujung telapak tangannya.

"Apa aku tidak salah dengar?"

Senja terus bertanya pada dirinya sendiri. Ia begitu tidak percayanya dengan pengakuan sang Duke. Bahkan selama Duke berbicara, Senja tidak menangkap satupun kata darinya.

Ia seperti berada di dunia yang berbeda dengan Duke. Apapun yang dikatakan Duke seperti angin lalu bagi Senja. Ia bahkan tidak tahu jika Duke sudah selesai berbicara dengannya saat ini.

Matanya lurus ke depan dengan pandangan kosong. Jiwanya seperti melayang entah kemana yang terlihat darinya hanyalah raga yang duduk diam mendengarkan, namun faktanya ia sama sekali tidak mendengarkan apa pun.

"Senja."

Duke memanggil Senja saat ia tidak mendapatkan reaksi apapun dari putrinya itu. Ia tahu mungkin sulit bagi Senja untuk memaafkannya dan ia sudah menerima hal itu dengan lapang dada.

"Mungkin ini sedikit sulit bagimu tapi ayah mohon, Ayah mohon untuk tidak terus memikirkannya. Kondisi mu sedang tidak baik dan jika ini terus berlanjut maka kau akan jatuh sakit nantinya."

Senja perlahan mengangkat kepalanya, ia kemudian menatap Duke dengan pandangan aneh yang bahkan sulit untuk dijelaskan. Wajahnya terlihat pucat dengan mata sayu.

Saat ini Senja terlihat seperti seorang mayat yang bahkan tidak memiliki tenaga untuk terus berbicara. Duke yang melihat putrinya itu hanya bisa menghela napas panjang, sembari memanggil bawahannya untuk datang mendekat.

"Mungkin sulit baginya untuk menerima setelah kejadian saat itu."

Duke mengingat kejadian dimana Pangeran Helios dengan kejamnya memutuskan pertunangan mereka secara sepihak dan dengan sengaja ia meminang Arina sebagai pengganti Senja.

Dari kejadian itu, Duke yang sama sekali tidak peduli, kini merasa menyesal. Seandainya saja ia peduli dengan Senja saat itu, mungkin saja kini putrinya tidak akan bersikap seperti itu.

Namun bagi Senja itu semua hanyalah penyesalan yang sia-sia, karena kini yang berada di hadapan Duke bukanlah Senja asi melainkan dirinya.

Baginya Duke hanyalah ayah yang gagal dalam rumah tangga. Tidak bisa mengatasi segala masalah yang datang pada putrinya sehingga semua ini terjadi. Bahkan ketika Selir Reliza dengan kejamnya mengirim Senja asli untuk meninggalkan paviliunnya yang sekarang di tempati oleh Arina.

Duke tetap diam, ia bahkan tidak melihat ataupun mendengarkan keluh kesah Senja asli saat itu. Ia hanya mengabaikan Senja asli dan membiarkannya terus hidup seperti sampah.

"Baik Yang Mulia."

Bawahan Duke mengangguk dengan sopan. Ia kemudian berjalan ke arah Senja setelah mendapatkan anggukan kepala ringan oleh Duke.

Senja yang sejak tadi melihat interaksi antara Duke dan bawahannya hanya bisa menghela napas lelah. Ia berharap situasi ini cepat berakhir dan ia bisa pergi dari tempat ini secepat mungkin.

Dan benar saja, bawahan itu datang dan mengajak Senja untuk keluar dari ruang aula. Ia dengan sopan membimbing Senja menuju pintu aula yang besarnya dua kali lipat dari tubuh pria dewasa.

****

"Pergilah."

Sudah beberapa kali Senja mengatakan kata 'pergi' namun para pelayan sampai sekarang masih tetap teguh berada di sisinya.

"Hah, ini sangat melelahkan," batin Senja sembari melangkah pergi menuju kamarnya.

Jujur saja hal ini sangat membingungkan baginya. Semenjak kepulangannya dari mansion utama, ia sudah disambut oleh banyaknya pelayan yang berada di paviliunnya.

Senja hanya bisa menghela napas panjang saat mengetahui bahwa kehadiran mereka adalah keinginan dari Duke. Ha ini begitu sulit baginya karena semakin banyak orang di sekitarnya, semakin sulit pula baginya untuk bergerak.

Ini membatasi ruang lingkup Senja dengan ketat. Ia bahkan sulit untuk lepas dari para pelayan itu. Meski begitu, dengan adanya hal ini menandakan bahwa Duke mulai peduli padanya.

"Tapi untuk apa?"

Senja terus bertanya dengan bingung, ia juga merasa takut jika salah satu diantara mereka atau bahkan keseluruhan dari mereka adalah mata-mata dari Duke, atau yang lebih parahnya lagi mereka adalah suruhan dari Selir Reliza untuk membatasi pergerakkan nya.

"Tidak ada cara lain selain mengujinya."

Senja kemudian memperhatikan mereka satu-persatu dari balik jendela kamarnya. Mereka terlihat sama seperti sebelumnya, masih berperilaku baik dengan mengerjakan segala pekerjaan dengan rapi.

Senja mulai memikirkan hal-hal apa saja yang harus ia lakukan kepada mereka semua. Jelas tidak semua dari mereka bisa ikut dengannya, terlebih lagi Akademi melarang siswanya membawa banyak pelayan.

Untung saja peraturan Akademi ini sangat menguntungkan bagi Senja. Ia jadi tidak perlu repot-repot lagi memikirkan tentang mereka. Yang harus ia perhatikan saat ini adalah kesetiaan mereka padanya.

"Aku akan mengacaukan segala hal mulai dari makan siang dan seterusnya."

Senyum aneh mulai terukir di balik bibir manisnya. Ia terlihat begitu licik dengan ujung bibir yang melengkung tajam, meskipun kecantikan masih tetap terlihat jelas darinya.

"Nona!"

Sebuah panggilan dari bola magic terdengar saat Senja hendak melangkah pergi menuju kasurnya. Bola magic adalah bola hitam yang apabila diberikan kekuatan mana di dalamnya akan menimbulkan getaran frekuensi yang akan mengubahnya menjadi panggilan video dengan gambar yang terlihat jelas.

"Ada apa?" tanya Senja dengan alis yang mengerut kesal.

"Nona, semua persiapan sudah selesai," jawab suara di ujung sana. Ia terlihat lelah dengan keringat yang masih bercucuran di kening wajahnya.

"Itu bagus, lanjutkan."

Senja langsung memutuskan panggilan video tersebut. Ia sangat lelah untuk berbicara lama dengan Dian. Ia bahkan tidak memiliki tenaga lagi untuk makan ataupun hanya sekedar bernapas.

Rasanya begitu sesak, ia bahkan tidak tahu sejak kapan sudah terbaring di atas kasurnya. Tubuhnya lemah, dengan napas yang mulai putus-putus. Mungkin ini adalah efek samping karena ia tidak cukup beristirahat sebelumnya.

Senja bahkan tidak sadar jika waktu sudah berjalan begitu lama. Ia hanya berharap jika waktu bisa berhenti saat ini juga.

"Entah mengapa aku merindukan tempat itu," gumam Senja sambil memikirkan ruang bawah tanah milik Permaisuri Mawar.

Ruang bawah tanah itu entah mengapa bisa membuatnya merasa tenang. Seperti seluruh beban dalam hidupnya hilang dalam sekejap. Meskipun ia tahu jika hal itu hanyalah ilusi, namun rasanya sangat menyenangkan.

"Hoamm...!!"

Senja meregangkan tubuhnya sejenak, ia merasa lebih baik setelah melakukannya. Dan tanpa berpikir panjang, Senja pun memutuskan untuk tidur sebentar sambil menunggu waktu makan siang tiba.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!