NovelToon NovelToon
Dan Akhirnya Aku Pergi

Dan Akhirnya Aku Pergi

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Identitas Tersembunyi / Penyesalan Suami / Cinta Lansia
Popularitas:1.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: Yulianti Azis

Sofia Amara, wanita dewasa berusia 48 tahun yang hanya dipandang sebelah mata oleh suami dan anak-anaknya hanya karena dirinya seorang ibu rumah tangga.

Tepat di hari pernikahan dirinya dan Robin sang suami yang ke-22 tahun. Sofia menemukan fakta jika sang suami telah mendua selama puluhan tahun, bahkan anak-anaknya juga lebih memilih wanita selingkuhan sang ayah.

Tanpa berbalik lagi, Sofia akhirnya pergi dan membuktikan jika dirinya bisa sukses di usianya yang sudah senja.

Di saat Sofia mencoba bangkit, dirinya bertemu Riven Vex, CEO terkemuka. Seorang pria paruh baya yang merupakan masa lalu Sofia dan pertemuan itu membuka sebuah rahasia masa lalu.

Yuk silahkan baca! Yang tidak suka, tidak perlu memberikan rating buruk

INGAT! DOSA DITANGGUNG MASING-MASING JIKA MEMBERIKAN RATING BURUK TANPA ALASAN.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DAAP 33

Di ruang tamu kediaman Rahardian, suasana yang semula penuh dengan euforia berubah drastis.

Vanessa yang awalnya tersenyum bangga saat namanya disebut sebagai finalis, kini wajahnya mengeras saat mendengar nama Sofia juga masuk sebagai finalis terakhir.

Genggaman tangannya di remote televisi semakin erat.

Matanya melotot tajam ke arah layar sebelum akhirnya melempar remote itu ke sofa dengan kasar.

Brak!

"Tidak mungkin!" teriaknya penuh amarah.

Saskia dan Mikaila yang awalnya ikut senang atas keberhasilan Vanessa, langsung terdiam melihat reaksi berlebihan dari wanita itu.

“Vanessa, ada apa?” tanya Saskia dengan alis berkerut.

Vanessa berdiri dengan penuh emosi, lalu mengacak rambutnya dengan frustasi.

“Bagaimana bisa Sofia lolos?! Seharusnya hanya aku yang berada di final! Aku tidak bisa membiarkan dia menang! Dia harus gagal!” geramnya.

Mikaila menatap Vanessa dengan kebingungan. “Tapi, Mama … itu kan hanya kompetisi. Kenapa harus marah seperti ini?”

Vanessa langsung menoleh tajam ke arah Mikaila. “Hanya kompetisi? Tidak, ini lebih dari itu! Sofia tidak boleh lebih unggul dari aku! Aku sudah mengambil segalanya dari dia! Aku yang seharusnya bersinar, bukan dia!”

Saskia yang mendengar Vanessa mulai kehilangan kendali, mulai merasa waspada. "Vanessa, jangan gegabah. Aku tahu kau tidak suka Sofia, tapi jika kau berbuat sesuatu yang berlebihan, bisa jadi bumerang untukmu dan kita semua.” ujar Saskia dengan nada memperingatkan,

Saskia masih mengingat ancaman Sofia jika mengganggu lagi kehidupannya. Apalagi Robin telah memberikan dirinya peringatan.

Namun, Vanessa tidak mendengarkan. Kepalanya sudah dipenuhi amarah dan rencana jahat untuk memastikan Sofia tidak akan bisa menang. Ia menyeringai licik, matanya penuh dengan tekad beracun.

“Aku harus mencari cara … bagaimanapun juga, Sofia harus gagal! Tidak peduli dengan cara apa," gumam Vanessa.

Di dalam pikirannya, Vanessa sudah menyusun rencana baru. Dan kali ini, ia tidak akan membiarkan Sofia lolos begitu saja.

Sedangkan Mikaila menatap Vanessa tidak percaya, sepertinya dia baru saja melihat sisi lain dari Vanessa yang biasanya hanya menampilkan wajah lembut.

Memang beberapa bulan ini, sifat Vanessa mulai terlihat perlahan-lahan.

*****

Restoran mewah itu dipenuhi suara tawa dan canda. Suasana hangat menyelimuti meja panjang tempat Sofia dan karyawannya duduk. Hari ini, mereka merayakan keberhasilan Sofia masuk final dalam kompetisi desain.

“Untuk Sofia!” seru Edward sambil mengangkat gelasnya.

“Untuk butik S.A yang semakin sukses!” tambah Elleanor.

Sofia tersenyum, merasakan kebahagiaan yang begitu langka setelah bertahun-tahun terpuruk. Ia tidak menyangka, dirinya yang dulu diremehkan, kini berdiri di titik ini.

Riven, dengan sikap tenangnya, menatap Sofia penuh kelembutan.

Tanpa banyak bicara, ia mulai mengupaskan udang di piring Sofia dan meletakkannya di piring wanita itu.

“Makanlah. Kau butuh energi untuk final nanti.” ujar Riven dengan suara datar, tapi penuh perhatian.

Edward, yang duduk di sisi lain Sofia, langsung mendengus tidak terima.

“Aku juga bisa.” katanya, lalu ia mengambil sumpit dan mulai menyisihkan duri ikan dari piring Sofia.

Elleanor menepuk dahinya. “Astaga, Daddy dan Kakak, hentikan. Kalian berdua ini kenapa?”

Sofia tertawa kecil, merasa terharu sekaligus canggung dengan perlakuan mereka.

“Kalian ini, aku masih bisa makan sendiri, tahu?” katanya dengan wajah sedikit memerah.

Namun, baik Riven maupun Edward tidak peduli. Keduanya sibuk memberikan perhatian ke Sofia, tanpa sadar sedang bersaing satu sama lain.

Sofia akhirnya bercanda untuk meredakan suasana. “Bagaimana kalau istrimu melihat ini? Dia bisa salah paham.” ucapnya.

Riven menatap Sofia dalam-dalam. “Aku tidak punya istri, Sofia.” katanya pelan. “Aku hanya punya satu wanita yang aku cintai.”

Sofia tercekat.

Matanya bertemu dengan mata Riven, dan dalam sekejap, ia bisa merasakan ketulusan dalam tatapan pria itu.

“Terima kasih, kalian semua .…” Sofia tersenyum lembut mengalihkan pembicaraan, dia merasa sangat dihargai oleh mereka.

Namun, di lantai atas restoran, seseorang diam-diam memperhatikan mereka.

Robin Rahardian.

Robin baru saja selesai makan bersama rekan-rekan dosennya ketika tanpa sengaja matanya menangkap sosok Sofia di meja lantai bawah.

Sofia tertawa, dikelilingi oleh pria-pria yang tampak sangat memperhatikannya.

Robin merasa dadanya panas. Tangan kanannya mengepal di sisi tubuhnya.

Salah satu pria bahkan dengan telaten mengupaskan udang untuk Sofia.

‘Siapa dia?’ batinnya.

Robin tidak bisa melihat wajah pria itu, tapi hanya melihat wajah Sofia yang begitu bersinar di antara mereka.

Tawa Sofia. Tatapan hangatnya.

Sesuatu dalam diri Robin merasakan emosi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Cemburu.

Namun, Robin tidak ingin gegabah.

Robin akhirnya memilih untuk pergi, menekan perasaan yang tiba-tiba muncul dalam dirinya.

Di meja Sofia, Riven yang menyadari keberadaan Robin sekilas melirik ke arah pria itu.

Lalu, Riven tersenyum samar. Tatapannya penuh arti, seolah berkata, “Kau sudah terlambat, Robin. Dan tunggulah pembalasanku."

****

Hari-hari menjelang final, Sofia benar-benar tenggelam dalam dunia desain.

Ia menghabiskan waktu di ruang kerjanya, menggambar sketsa demi sketsa, memeriksa detail bahan, hingga menyempurnakan setiap jahitan.

Para karyawan butik S.A juga ikut bersemangat, membantu Sofia sebisa mungkin.

Riven, Edward, dan Elleanor sering mampir untuk memastikan Sofia tidak terlalu lelah.

“Jangan lupa makan, Sofia,” kata Riven, meletakkan sekotak makanan di mejanya.

“Aku bisa makan sendiri.”

“Tapi kau tidak pernah ingat untuk makan kalau sudah sibuk.”

Sofia hanya tersenyum kecil dan akhirnya menurut. Ia tahu Riven benar.

Di sisi lain, Vanessa sibuk dengan rencananya sendiri. Ia tidak bisa membiarkan Sofia mencuri semua sorotan.

‘Aku yang seharusnya menjadi bintang!’ batinnya dengan penuh kebencian.

Siang itu, di kantornya, Vanessa duduk di balik mejanya, menunggu seseorang.

Pintu terbuka.

Seorang pria bertubuh tegap dengan wajah penuh tekad masuk ke dalam ruangan.

Joni.

Orang kepercayaannya dalam setiap aksi kotor.

Vanessa menyilangkan tangan di depan dada dan menatap Joni dengan tatapan tajam.

“Kau sudah tahu apa yang harus dilakukan?” bisiknya pelan, nyaris tak terdengar.

Joni menggeleng. "Aku belum tahu rencananya, memang apa yang Anda lakukan, Bos?" tanyanya penasaran.

Vanessa melambaikan tangannya untuk mendekat. "Kemarilah! Aku akan membisikkan sesuatu padamu," katanya dengan wajah licik.

Joni mendekat, lalu membungkuk sedikit untuk mendengar lebih jelas.

Vanessa berbisik di telinganya, memberikan perintah dengan penuh kehati-hatian.

Rencana ini hanya boleh diketahui mereka berdua. Joni mengangguk mantap.

“Serahkan padaku, Bu Vanessa. Aku akan memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.”

Vanessa menyeringai puas.

“Bagus. Aku tidak mau ada kesalahan.”

Setelah Joni pergi, Vanessa bersandar di kursinya, memainkan pena di tangannya dengan ekspresi licik.

“Sofia Amara, kau pikir kau bisa berdiri di atas kejayaanmu? Aku akan membuatmu jatuh lebih keras dari sebelumnya.”

Senyuman penuh kebencian terukir di bibirnya. Rencana gelap telah dimulai.

1
Deny Difa
Luar biasa
~Ni Inda~
Wooo jelaaasss
Berlian & batu kali tu beda jauh loh
Kau aja yg buta
~Ni Inda~
Nohh...ibu pilihan kalian...anak² durhaka
~Ni Inda~
Pecundang tetaplah pecundang
Dan itu KAU...Vanessa
~Ni Inda~
Hatimu yg penuh dengki adalah pintu terlebar utk kejatuhanmu Vanessa
Siap² kau terlempar ke jurang kesengsaraan
~Ni Inda~
Weiisss ...tak perlu bergerak Sofia...ada tangan yg dg ikhlas akan melakukannya utkmu
Cukup melihat...menyimak & kehancuran akan dtg utk Vanessa & keluarga laknat itu
~Ni Inda~
Membuang berlian demi memungut batu kali
Nyesel...nyesek...
pecinta happy ending
otak kadal lakinya
pecinta happy ending
spill dong resepnya awet muda /Grin/
Aji Priatun
Luar biasa
Khairul Azam
gak nalar jg ya, logikqnya begini, riven kan udah membeli sofia dari robin dan tau robin gak baik kenapa dilepas begitu aja kenapa gak dibawa pergi aja
Rita Tanti
Luar biasa
sherly
ternyata begitu jalannya sampai si kembar hadir.... emang Revan is the best...
~Ni Inda~
Nikmati dong Rob 🤣🤣🤣
~Ni Inda~
Serigala mulai menampakkan wajah aslinya 🤣🤣🤣
~Ni Inda~
Kata hatimu berbicara Nyonya...tp kau menampiknya...
~Ni Inda~
Ahahahahaaaaa
Penderitaan kalian baru dimulai 🤣🤣🤣
Indra Wahyu Rianti
blm faham. bgm anak vanesa sdg yg mengandung sofia. apakah sofia hanya di pinjam rahimnya hasil bayi tabung vanesa dg robin? 😱
Puji Ustariana
Luar biasa
Hasrie Bakrie
😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!