Sinopsis
Seorang antagonis dalam sebuah cerita atau kehidupan seseorang pasti akan selalu ada. Sama halnya dengan kisah percintaan antara Elvis dan Loretta. Quella menjadi seorang antagonis bercerita itu atau bisa dikatakan selalu menjadi pengganggu di hubungan mereka.
Di satu sisi yang lain Quella ternyata sudah memiliki seorang suami yang dikenal sebagai CEO dari Parvez Company.
Tentu sangatlah terkesan aneh mengingat status Quella yang ternyata sudah memiliki seorang suami tapi masih mengejar laki-laki lain.
•••••
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lightfury799, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 4
Pintu lift terbuka otomatis menandakan mereka telah sampai. Kaki jenjangnya melangkah keluar, aura yang dominan akan kekuasaan terpancar dari wajahnya yang rupawan. Sampai ditempat tujuan mereka, Xaver berbalik saat baru mengingat sesuatu.
"Oh satu hal. jika Ella mengirim sebuah undangan untukku segera serahkan padaku," ucap Xaver sebelum mereka akan masuk ke dalam ruangan rapat hari ini.
"Hah.. Ella???!!" seru Jad bingung, kepala berpikir keras mengingat siapa itu Ella, karena dirinya merasa tidak mengenali nama itu.
Kesal karena Jad yang terlalu lama berpikir membuat Xaver geram sendiri. "Quella Grizelle," ucap Xaver menatap tangan kanannya dengan pandangan marah, karena tidak langsung memahami keinginannya.
"Maafkan saya Tuan. Saya akan pastikan bahwa undangan itu akan segera sampai di tangan anda," ujar Jad yang langsung menundukkan kepalanya. Merasa bersalah karena tidak langsung menyadari keinginan yang tuannya inginkan.
"Hm....," gumam Xaver dengan malas, emosinya sedikit mereda. Xaver marah bukan tanpa maksud, karena tugas dari Jad yang paling utama adalah mengikuti semua keinginannya.
Membukakan sebuah pintu untuk tuannya, Jad berdiam diri menunggu tuannya untuk masuk terlebih dahulu. Xaver yang awalanya akan memberikan perintah kembali mengurungkan niatnya, saat melihat ruangan rapat terpenuhi oleh karyawannya.
Berjalan masuk dengan penuh wibawa, Xaver merubah ekspresinya yang menunjukan bahwa tidak ada yang bisa mempermainkannya, dalam hal besar atau bahkan sekecil apapun itu. Duduk di kursi kebesarannya, melirik ke semua orang yang hadir, memastikan tidak ada yang kosong di bangku yang sudah disediakan.
"Siapapun yang tidak hadir, atau telat sedikit saja dalam rapat ini. Satu kata yang pasti keluar dari Parvez Company," perintah Xaver setelah melihat tidak ada yang kosong.
"Baik Tuan Muda," ucap semunya dengan kompak, tentu mereka berkeringat panas dan dingin. Karena semua karyawan sudah sangat mengerti bagaimana sifat Tuannya yang sangat bener-bener menghargai waktu itu.
"Bagus, kita mulai segera," ujar Xaver puas dengan karyawannya yang sudah mengerti ini. Dirinya bener-bener sangat membenci orang yang membuang-buang waktunya.
Tapi sepertinya hal itu akan terkecuali kan oleh satu orang yang sekarang masih berada di kepalanya tidak hilang sedikitpun. Mengingat kejadian sebelum dirinya tiba-tiba mengahampiri Quella saat itu.
°°°°°
Di dalam mobil rolls royce, terdapat Xaver yang duduk tenang, sambil melihat email yang masuk di handphonenya. Hingga sebuah pesan terkirim dari ayahnya.
'Istriku ingin dessert jadi cepat belikan.'
Isi pesan itu jelas-jelas perintah, bukan lagi permintaan tolong. Xaver yang tidak mau mendapatkan omelan atau apapun, lebih memilih untuk segera menuruti.
'Ok.'
Xaver hanya membalas dengan singkat, dan langsung menutup layar handphone. Tanpa mau melihat balasan dari pesan ayahnya lagi.
"Jad kita berhenti dulu ke toko dessert kesukaan Ibu," perintah Xaver saat melihat sebuah pesan masuk di handphonenya itu.
"Baik Tuan," Jad segera menuruti keinginan Tuannya, mobil yang dikendarainya berhenti pada sebuah toko dessert terkenal, dan menjadi langganan nyonyanya kunjungi.
Mobil berhenti, Jad membukakan pintu untuk tuannya. Keluar dari dalam mobil, Xaver menatap sekitar ternyata tidak terlalu ada yang berubah. Berjalan masuk, dirinya melihat antrian yang membuatnya langsung malas seketika. Apalagi orang-orang sudah terus memperhatikannya, itu yang membuat dirinya menjadi semakin kesal.
"Tuan anda sebaliknya duduk saja, biar saya yang memesannya," ucap Jad yang langsung tau, tuannya tidak menyukai terlalu banyak orang.
"Hm, jangan sampai salah," ujar Xaver tanpa berbasa-basi apapun lagi, segera mencari tempat yang akan membuat suasana hatinya berubah.
Melirik kesana kemari hingga mata birunya tertuju pada seorang wanita yang sedang duduk menikmati dessertnya. Xaver merasa tidak asing dengan rupa dari wanita itu. "Grizelle," gumam Xaver saat tersadar siapa wanita itu.
"Apa wanita itu tidak merasa bersalah?" gumam Xaver dalam hatinya. "Setelah membuat pertemuan mereka kacau balau, bahkan seenaknya mengganti janji," lanjutannya dalam hati.
Xaver diam memperhatikan dari jaraknya, matanya tidak lepas memandangi Quella. Menyaksikan bagaimana senyuman manis Quella, saat meminta sesuatu kepada sosok wanita yang dikenalinya sebagai asisten pribadi Quella.
Setelah melihat kepergian Yuren, kakinya yang panjang tanpa disadari olehnya melangkah menuju tempat yang Quella tempati. Duduk dengan tanpa izin dari orang di depannya. Walaupun tau Quella sangat jelas tidak menyukai kedatangan.
Tapi Xaver mengabaikannya, dirinya merasa aneh, seperti ada magnet yang terus menariknya untuk memperhatikan Quella dari dekat. Padahal dirinya tadi sudah memutuskan untuk membatalkan kerja sama mereka.
Lagi-lagi Xaver melakukan hal aneh kembali, karena melihat senyuman yang indah dari Quella. Bahkan dirinya tidak sabar menunggu kabar undangan itu. Lamunannya buyar saat Jad memanggilnya.
"Tuan.... Tuan.... Tuan Muda...," seru Jad karena sedari tadi Tuannya diam saja, tidak memperhatikan rapat yang sedang berjalan ini. Padahal mereka tinggal menunggu keputusan dari Xaver selaku Ceo.
"Hm...," gumam Xaver yang baru tersadar, memandangi kearah semua orang yang jelas-jelas sedang menatapnya. "Kita bicarakan hal ini nanti kembali," putus Xaver yang kemudian berdiri dari kursi kebesarannya. Alasannya isi kepalanya dan dirinya sedang tidak baik-baik saja saat ini.
Jad senantiasa mengikuti dari arah belakang Tuannya, yang menurutnya tidak biasa ini.
Melihat Ceo mereka beranjak dari kursi, semua orang langsung ikut berdiri. "Baik Tuan," ucap mereka serempak, dan tetap berdiri sampai Tuannya bener-bener melewati pintu ruang rapat.
"Tuan Ceo sedikit aneh," ucap salah satu pekerja.
"Iya berbeda sekali," lontar yang lain.
"Menurutku sama saja."
"Yah kita tidak bisa melihat langsung, tapi ada yang sedikit aneh saja."
Mereka terus bergosip, sampai ada sebuah teguran dari tangan kanan Ceo mereka. "Apa Tuan Ceo memperkerjakan kalian untuk berbicara hal tidak penting?" tanya Jad dengan tegas, dirinya kembali masuk ke ruang rapat karena dokumennya tertinggal.
"Maaf pak Jad," ucap mereka, dan langsung membubarkan diri.
"Aneh-aneh saja, tapi aku setuju tentang Tuan yang sedikit berbeda ini," gumam Jad saat tadi menguping pembicaraan para karyawan. Tentu karena biasanya Ceo nya ini tidak pernah menunda akhir dari keputusan rapat. Apalagi sampai tidak memperhatikan rapat berjalan.
Tidak mau ambil pusing, Jad dengan cepat melupakan hal tadi. Mungkin hanya perkiraannya saja, sebaiknya dirinya segera menyelesaikan pekerjaan yang semakin banyak ini.
°°°°°
Di tempat yang lain, Quella dengan baik menyusun rencana untuk acara yang akan dilakukan di Queez Hotel. Yuren senantiasa ikut membantu menemaninya, sekarang dirinya sedang mendata tamu undangan yang harus diundang.
"Yuren acara ini harus berhasil, ini mungkin menyedihkan karena aku akan menjual barang-barang antik dan perhiasan keluarga yang berharga. Tapi itu cara satu-satunya untuk para kalangan atas tertarik," ucap Quella yang sudah memantapkan hati untuk ini.
Menganggukan kepalanya untuk menanggapi ucapan Nonanya. "Baik Nona, saya usahakan tidak mengecewakan anda. Tapi setelah saya lihat-lihat, tidak ada nama Tuan Parvez di sini," Yuren melihat data yang telah disusun oleh Nonanya.
Menghentikan acara menulisnya, Quella mengangkat bahunya sedikit. "Orang itu tidak akan diundang," Quella menjawab dengan malas.
"Tapi Nona, bukankah akan lebih menguntungkan jika Tuan Parvez diundang," Yuren merasa kurang setuju dengan ucapan dari Nonanya itu.
"Alasannya?" Quella bertanya tanpa mengalihkan pandanganya dari kertas di depannya.
"Parvez Company sangatlah berkuasa di dunia bisnis Nona. Tentu dengan kedatangannya akan membuat para kalangan atas semakin tertarik," jelas Yuren berharap Nonanya akan mempertimbangkan.
Mengehentikan aktifitasnya sejenak, Quella menjadi berpikir. "Menarik, kita akan mengundang Parvez. Tapi bukan Tuan mudanya, melainkan Tuan besarnya," ucap Quella lancar, tanpa tau apapun.
Yuren dibuat shock dengan ucapan itu. "Tapi Nona Tuan besar Parvez sangat sulit dijangkau, menurut rumor hanya beberapa orang saja yang bisa bertemu dengan sosoknya secara langsung," Yuren merasa Nonanya terlalu nekat.
"Coba saja apa yang aku katakan," Quella sama sekali tidak menghiraukannya.
"Baik nona," Yuren tanpa bisa berbuat apapun hanya bisa menurut.
"Oh ya nanti acara ini akan tertutup. Jadi semua tamu undangan yang datang harus membawa topeng, dan membawa kartu undangannya. Tidak lupa kita akan memaparkan apa saja yang akan di lelang nantinya," ucap Quella kembali setelah menyelesaikan susunan yang telah diaturnya.
"Baik Nona, saya usahakan tidak ada kekacauan saat acara itu," ujar Yuren yang kemudian menyusun kembali, semua yang diperintahkan.
"Oh satu lagi, untuk undangan Elvis biarkan aku saja yang mengantarnya," ucap Quella semangat, karena akan bertemu pujaan hatinya.
°°°°°
Meremas undangan cantik yang berada di tangannya, Quella berdiri mematung. Tatapan matanya sudah berubah menjadi kebencian. Menatap dengan kesadaran penuh, memusuhi seseorang yang berani menerima bunga dari pujaan hatinya itu. Hal ini tidak akan Quella biarkan.
"Hubungan kalian tidak akan bertahan lama," gumamnya marah, mata Quella semakin menatap benci, ketika melihat adegan keduanya yang sedang berciuman mesra.
"Aku pasti akan merebut Elvis kembali," ucap Quella dengan pelan, tersenyum miring merencanakan sesuatu yang begitu jahat untuk menghancurkan pasangan baru di depan matanya.
Tidak memperdulikan sedikitpun nantinya, jika dirinya akan dianggap seorang antagonis di kisah seseorang.
"Apapun yang akan terjadi, pemeran utamanya tetaplah aku," Quella dengan percaya diri melangkahkan kakinya pergi. Mengurungkan niatnya untuk memberikan undangan secara langsung, sebaliknya Quella akan menyusun rencana menjebak pujaan hatinya itu.
"Biarkan mereka berbahagia dahulu Quella, setelahnya tujukan bahwa mereka tidak layak untuk bersanding bersama."
"Yang jelas, Elvis milikku bukan yang lain," serunya dengan begitu percaya diri. "Lagi pula mana mungkin mereka bisa bersatu."
Tanpa sadar disaat itu pula, mata dan hatinya telah dibutakan oleh cinta. Semuanya tertutup hanya satu dalam pikiran Quella yaitu membuat Elvis menjadi miliknya seorang.
•••••
TBC
JANGAN LUPA FOLLOW