NovelToon NovelToon
Aku, Dia, Dan Sahabatku

Aku, Dia, Dan Sahabatku

Status: sedang berlangsung
Genre:SPYxFAMILY / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Wanita Karir
Popularitas:509
Nilai: 5
Nama Author: Selvia Febri

"Aku, Dia, dan Sahabatku" adalah sebuah novel yang mengeksplorasi kompleksitas persahabatan dan cinta di masa remaja, di mana janji dan pengorbanan menjadi taruhannya. Lia Sasha putri, seorang siswi SMA yang ceria, memiliki ikatan persahabatan yang kuat dengan Pandu Prawinata , sahabatnya sejak SMA . Mereka membuat janji untuk bertemu kembali setelah 8 tahun, dengan konsekuensi yang mengejutkan: jika Pandu tidak datang, berarti Pandu sudah meninggal. Namun, seiring berjalannya waktu, hubungan mereka diuji ketika Lia jatuh cinta dengan Angga, seorang laki-laki yang pengertian dan perhatian. Di tengah gejolak cinta segitiga, persahabatan mereka menghadapi ujian yang berat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selvia Febri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

Lia sampai di sekolah dan memarkirkan sepedanya di parkiran. Ia melangkah masuk ke sekolah dan menyapa beberapa teman sekelasnya.

"Hai, Lia," sapa Raya, sahabat Lia sejak kelas X. "Kamu kelihatan ceria hari ini."

"Iya, ray," jawab Lia. "Aku lagi senang."

"Kenapa?" tanya Raya.

"Ah, ini rahasia," jawab Lia, sambil mengedipkan matanya.

Lia tertawa kecil. Ia senang menahan rahasia dari Raya. Ia ingin memberikan kejutan pada Raya nanti.

"Ya sudahlah, kalau begitu," kata Raya. "Tapi jangan lupa menceritakannya nanti."

"Oke," jawab Lia.

Lia dan Raya berjalan bersama menuju kelas yang berbeda. Saat mereka berjalan, Lia melihat Clara yang sedang berdiri di depan kelas. Clara menyapa Lia dengan senyum yang menawan.

"Hai, Lia," sapa Clara. "Kamu kelihatan cantik hari ini."

Lia tersipu malu. "Makasih, cla."

Clara menatap Lia dengan tatapan yang dalam. "Lia, kamu kok kelihatan mikir sesuatu?"

Lia terkejut mendengar itu. "Ah, nggak kok, cla. Aku cuma lagi mikir tentang pelajaran hari ini."

Clara mengerutkan kening. "Kamu kok kelihatan galau begitu? Ada yang nggak beres?"

Lia terdiam sejenak. Ia ingin menceritakan semuanya pada Clara. Tapi, ia takut apa yang akan dirasakan Clara.

"Cla," bisik Lia, "Aku ingin berpindah jurusan ke IPS."

Clara terkejut mendengar itu. "Apa? Kamu nggak serius, kan?"

Lia mengangguk. "Aku serius, Cla. Aku ingin mencapai cita-cita aku untuk menjadi wanita karir yang sukses."

clara terdiam sejenak. Ia menatap Lia dengan tatapan yang penuh keprihatinan.

"Lia, aku tahu kamu memiliki cita-cita yang tinggi," kata Clara. "Tapi, aku sedikit sedih mendengar kamu ingin berpindah jurusan. Aku takut kita akan terpisah jika kamu berpindah jurusan."

Lia menatap Clara dengan mata yang berbinar. "Clara," bisiknya, " Aku harus mencoba mencapai mimpiku."

Clara mengangguk. "Aku mengerti, Lia. Aku mendukung keputusanmu. Tapi, janji ya, kita tetap berteman meskipun kamu berpindah jurusan."

Lia tersenyum. "Tentu, Cla. Kita akan tetap berteman meskipun aku berpindah jurusan. Aku sayang padamu."

Clara tersenyum kembali. "Aku juga sayang padamu, Lia."

Lia sedikit bersedih memikirkan Clara, tapi ia tetap bersemangat untuk menghadapi hari ini.

Jam pelajaran berlalu dengan cepat. Lia fokus pada pelajaran di kelas IPA, meskipun hatinya masih tertuju pada keinginannya untuk berpindah jurusan. Ia terus memikirkan cara menjelaskan keinginannya pada orang tuanya dan bagaimana ia akan menghadapi perubahan besar ini.

Saat bel istirahat berbunyi, Lia dan Clara bergegas menuju kantin. untuk bertemu Raya dan menceritakan semuanya padanya.

Lia, Raya, dan Clara bertemu di kantin untuk makan siang. Mereka duduk di meja favorit mereka, di dekat jendela, sehingga bisa melihat pemandangan taman sekolah.

Lia mendekati meja itu dan menyapa Raya dengan senyum.

"Hai, Raya," sapa Lia. "Boleh duduk di sini?"

Raya tersenyum. "Tentu, Lia. Silakan duduk."

Lia duduk di samping Raya. Ia menatap Raya dengan mata yang berbinar.

Lia menceritakan tentang keputusannya untuk pindah jurusan kepada Raya dan Clara. Raya tampak terkejut, sedangkan Clara tampak sedih.

"Lia, aku sedikit sedih mendengar kamu ingin berpindah jurusan," kata Clara. "Aku takut kita akan terpisah jika kamu berpindah jurusan."

"Aku juga sedikit sedih mendengar itu," kata Raya. "Tapi aku mendukung keputusanmu. Kamu harus mengejar mimpimu."

Lia tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada mereka berdua. "Aku tahu ini akan sulit, tapi aku harus mencoba. Aku ingin mencapai cita-citaku untuk menjadi wanita karir yang sukses."

Raya menangguk. "Aku tahu kamu bisa melakukannya, Lia. Kamu adalah wanita yang kuat dan berani. Aku percaya padamu."

Clara menambahkan, "Aku juga percaya padamu, Lia. Kita akan tetap berteman meskipun kamu berpindah jurusan. Aku akan selalu mendukungmu."

Lia terharu mendengar kata-kata mereka. Dia beruntung memiliki sahabat yang selalu mendukungnya. Dia bertekad untuk menjalani perjalanan baru ini dengan penuh semangat.

Sepulang sekolah, Lia bergegas pulang. Ia sedikit gugup, namun tekadnya bulat untuk membicarakan keinginannya pada orangtuanya. Di ruang makan, ia menemukan ayah dan ibunya sedang menikmati teh sore. Lia mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.

"Ma, Pa," panggil Lia, suaranya sedikit gemetar. "Aku ingin bicara sesuatu."

Ayahnya menatap Lia dengan tatapan yang penuh kasih. "Ada apa, Sayang? Ceritakan saja."

Lia menjelaskan keinginannya untuk berpindah jurusan ke IPS. Ia bercerita tentang minatnya pada dunia bisnis, cita-citanya untuk menjadi wanita karir yang sukses, dan bagaimana jurusan IPS akan membantunya mencapai tujuan itu.

Ayahnya menanggapi dengan sorot mata yang dalam. Ia tahu betapa keras Lia berusaha untuk menentukan jalan hidupnya. Ia berpikir sejenak dan kemudian mengucapkan, "Lia, ayah mengerti keinginanmu. Ayah senang melihat kamu memiliki cita-cita yang tinggi. Tapi, pikirkan baik-baik keputusanmu. Apakah kamu sudah menimbang semua risikonya?"

Lia menangguk. "Aku sudah memikirkan semuanya, Pa. Aku tahu akan ada tantangan yang menunggu, tapi aku siap menghadapinya. Aku percaya aku bisa menjalani jurusan ini dengan baik."

Ibunya menatap Lia dengan tatapan yang lembut. "Lia, mama tahu kamu anak yang cerdas dan bertekad. Mama mendukung keputusanmu. Tapi, jangan lupakan bahwa mama dan ayah selalu ada untukmu. Jika kamu mengalami kesulitan, jangan ragu untuk menceritakannya pada kami."

Lia merasa lega mendengar kata-kata orangtuanya. Ia tahu bahwa orangtuanya mencintainya dan selalu mendukungnya. Ia bersyukur memiliki keluarga yang begitu menyayanginya. Lia bertekad untuk terus berjuang mencapai mimpi-mimpinya. Ia tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tapi ia yakin bisa melakukannya. Lia pun berjanji untuk selalu berkomunikasi dengan orangtuanya, memberi tahu mereka tentang perkembangannya dan mencari nasehat ketika ia membutuhkannya.

Lia duduk di teras rumah, menikmati hangatnya sinar sore yang menembus daun-daun pohon mangga di halaman. Ia memasukkan tangan ke dalam saku celana dan mengambil ponselnya. Ia menatap layar ponselnya, membaca pesan dari Raya.

"Lia, kamu udah cerita ke kakak sama adek kamu belum?"

Lia menjawab pesan itu dengan senyum. "Belum, Ra. Aku mau ngobrol sama mereka besok."

Lia memikirkan cara menjelaskan keputusannya pada kakak dan adiknya. Kakaknya, Dina, adalah mahasiswa jurusan Kedokteran di universitas ternama di Jakarta. Dina selalu menjadi yang terbaik untuk Lia dan adiknya, Silvi. Silvi, adik Lia yang masih SD, adalah anak yang pendiam dan penurut. Lia tahu bahwa Silvi akan menyayangi dan mendukung keputusannya, tapi ia takut Dina akan kecewa.

Keesokan harinya, Lia mencari kesempatan untuk berbicara dengan Dina. Ia menemukan Dina sedang berlatih main piano di ruang musik. Lia mendekati Dina dan duduk di kursi dekat piano.

"Kak, aku ingin ngomong sesuatu," kata Lia.

Dina menghentikan latihannya dan menoleh ke Lia. "Ada apa, Lia?"

Lia mengambil napas dalam-dalam dan mencoba menenangkan diri. "Aku ingin ganti jurusan ke IPS," ucapnya dengan suara yang sedikit gemetar.

Dina menatap Lia dengan tatapan yang heran. "Kenapa? Kamu nggak suka jurusan IPA?"

"Aku suka, Kak. Tapi, aku memiliki cita-cita lain yang ingin aku capai. Aku ingin menjadi wanita karir yang sukses di dunia bisnis. Aku berpikir jurusan IPS lebih sesuai dengan cita-citaku."

Dina terdiam sejenak. Ia menatap Lia dengan mata yang penuh keprihatinan. "Lia, aku tahu kamu memiliki cita-cita yang tinggi. Tapi, aku takut kamu akan menyesal jika kamu berpindah jurusan. Jurusan IPA akan membuka banyak pilihan karir untukmu di masa depan."

Lia mengangguk. "Aku mengerti, Kak. Aku sudah memikirkan semuanya dengan baik. Aku tahu jurusan IPA akan membuka banyak pilihan karir untukku, tapi aku ingin mengambil jalan yang sesuai dengan minat dan cita-citaku. Aku ingin mencoba sesuatu yang baru dan menantang."

Dina menatap Lia dengan tatapan yang lembut. "Lia, aku tahu kamu adalah anak yang cerdas dan bertekad. Aku mendukung keputusanmu. Tapi, janji ya, kamu akan selalu berusaha dan berjuang untuk mencapai cita-citamu. Jangan sampai kamu menyesal dengan keputusanmu ini."

1
Bé tít
Bikin penasaran!
Selvia Febri: hehe iy yuk d pantau dan baca terus y
total 1 replies
Shogo Makishima
Kece banget!
Selvia Febri: terimakasih
total 1 replies
Renji Abarai
Gimana nih thor, update-nya kapan dong?
Selvia Febri: sudah di update
untuk bab 24 nya lanjut hari besok ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!