Amara Calista seorang gadis berbadan bongsor, yang mempunyai hobi main basket, jatuh cinta pada seniornya yang bernama Altaf Alfarizi. Altaf yang mempunyai banyak fans, awalnya hanya memandang sebelah mata pada Amara. Amara berusaha sungguh-sungguh untuk merubah penampilannya demi mendapatkan hati Altaf. Dan dengan kekuasaan sang papa Amara bisa mendapatkan Altaf melalui sebuah perjodohan. Namun sebuah musibah membuat Amara pupus harapan dan memilih berpisah dengan sang suami tercinta. Bagaimana kisah cinta Amara dan Altaf? Ikuti kisah lengkapnya dalam "Asmara Ke Dua".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsia Niqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teledor
Pagi ini keluarga pak David menikmati sarapan seperti biasa. Pak David sangat disiplin dalam mendidik Ara. Sifat Ara yang manja tak menjadikannya mau menuruti semua kemauan Ara. Setiap Ara mempunyai keinginan selalu dipertimbangkan baik buruknya. Walaupun Ara anak tunggal, pak David selalu tegas. Hanya mama Dinda yang selalu menuruti kemauan putrinya tanpa syarat. Sifat Ara banyak menuruni dari mamanya, sedangkan fisiknya mengikuti papanya. Tubuhnya yang tinggi bahkan lebih tinggi dari papanya diusia yang baru menginjak lima belas tahun.
Mama Dinda selalu menuruti makanan apapun yang diinginkan Ara, dengan alasan tak tega dengan rengekan Ara. Mama Dinda selalu menyiapkan aneka cemilan untuk putri tunggalnya. Pertumbuhan tubuh Ara tidak di permasalahkan oleh mama Dinda. Walaupun mama Dinda sendiri sangat menjaga penampilannya, menjaga pola makannya dan melakukan perawatan rutin di salon. Tapi untuk putri tunggalnya asalkan membuat Ara senang semua dituruti, toh Ara sudah bisa memilah-milah baik-buruknya.
"Mama, papa, Ara berangkat dulu ya! Mau nyamperin Nola, ban motor Nola bocor katanya." Kata Ara sambil mengunyah sarapannya.
"Habisin dulu dek sarapannya, trus minum susunya!" Pinta mama Dinda.
"Nanti nggak keburu ma, rumah Nola jauh, jadi ara harus berangkat awal!" Kata Ara yang meninggalkan sarapannya dan hanya meminum separo susunya. Lalu mencium pipi mamanya serta menyalami tangan mama, papanya dan langsung lari dengan menyambar tasnya.
"Hati-hati dek bawa mobilnya, jangan ngebut!" Teriak mamanya karena Ara sudah lari keluar rumah.
"Duh ma, anak mama itu bener-bener ya, kayak mama banget, sukanya buru-buru!" Kata pak David pada sang istri.
"Katanya nggak ada papa nggak jadi Ara, berarti anak papa juga, kalau punya kemauan ngeyel kayak papa!" Mama Dinda membantah kata-kata suaminya.
"Masak sih, papa kayak gitu, perasaan papa penurut deh!"
"Penurut dari mananya, sama kok kayak Ara, secara mama kan nggak tegaan, jadi apa maunya Ara sama papa, mama turuti." Kata mama Dinda sambil cemberut.
Ha ....ha...ha...
"Nggak papa ma, kan cuma papa sama Ara yang mama punya, mau manjain siapa lagi?" Kata pak David dengan senyum jahilnya.
"Nah itulah, papa sama anak sama banget, gedenya juga sama!" Ketus mama Dinda.
"Ok ma, dah siang papa berangkat dulu!" Kata pak David mengakhiri perdebatan.
"Lah papa, nih snack Ara ketinggalan, tolong papa bawain ya, biar nanti diambil Ara ke ruangan papa!" Kata mama Dinda sambil membawa paper bag berisi snack milik Ara.
"Iya ma, nanti papa kirim pesan sama Ara biar dia yang ngambil." Kata pak David sambil melangkah keluar rumah diikuti sang istri yang mengantarkannya sampai ke mobil.
***
Altaf dan teman-temannya sedang berkumpul membicarakan pertandingan basket yang akan diikuti sekolah itu.
"Al, lo dah buat proposalnya apa belum?" Tanya Leo pada Altaf.
"Udah, tinggal minta tanda tangan ke pak kepsek." Jawab Altaf singkat.
"Masalah jersey aman kan?" Tanya Haidan.
"Aman, lo pada tenang aja, semua udah beres, kalau lo mau bantu, nih lo minta tanda tangan pak kepsek!" Kata Altaf sambil menyodorkan map pada Leo, Haidan, dan Daffa.
"Lo aja Al, malas gua jawab pertanyaan panjangnya pak kepsek!" Jawab Daffa enteng.
"Dasar! Mau enaknya aja!" Kata Altaf yang langsung berdiri dan berjalan meninggalkan mereka bertiga.
Jam istirahat Ara clingak-clinguk di depan ruang papanya. Merasa aman lalu mengetuk pintu.
Tok....tok....tok...
"Masuk!" Jawab pak David dari dalam.
"Papa, Jajanan Ara mana?" Tanya Ara to the point.
"Ini, makanya kalau mau pergi jangan buru-buru Ra, jadi ketinggalan kan, emangnya kamu bisa tanpa ngemil?" Goda papa David.
"Ya kan emang Ara mau jemput Nola pa, kalau nggak cepet-cepet nanti terlambat!"
"Hem.....banyak alasan, ngomong aja emang Ara suka teledor, kan?" Kata papa David sengaja membuat Ara kesal.
"Papa.....! Udah ah, Ara mau balik ke kelas dulu, Nola sama Widdi sudah nungguin!" Kata Ara yang langsung mencium pipi papanya tanpa di minta.
Di luar ruangan ada sepasang telinga yang tak sengaja mendengar percakapan antara pak David dan Ara. Orang itu adalah Altaf, yang menunggu di depan ruang karena tahu di dalam masih ada tamu. Mengetahui pintu akan dibuka dari dalam, Altaf bersembunyi di balik pilar sambil memperhatikan siapa yang keluar dari ruangan kepsek.
Kepala Ara nongol keluar memperhatikan sekeliling, dirasa aman Ara langsung keluar.
Gadis bertubuh tinggi besar, berkulit putih dengan beberapa jerawat di pipi, keluar dari ruangan kepsek.
"Oh ternyata anaknya pak kepsek sekolah di sini juga. Posturnya bangus tuh kalau mau ikut basket!" Gumamnya dalam hati.