"Simpanan Suamiku selama ini ... MAM4?!!! nggak mungkin, nggak mungkin mam4 tega melakukan ini padaku. Aarrgghhh!!!"
Ungkapan kekecewaan Kimberly terdengar melalui jeritan kerasnya setelah menemukan kebenaran yang tersembunyi di ponsel suaminya. Mam4 yang selama ini dihormatinya dan sangat disayanginya, ternyata adalah simpanan dari suaminya sendiri.
Bagaimana jadinya jika orang yang kau anggap sebagai mam4 tiri yang begitu kau cintai melebihi siapapun, dan kau perlakukan dengan penuh kasih sayang seperti mam4 kandungmu sendiri, tiba-tiba menjadi sumber konflik dalam pernikahanmu?
Di depannya ia terlihat begitu baik, namun di belakangnya ia bermain peran dengan licik. Penasaran dengan kisahnya? Segera simak perjalanan emosional Kimberly hingga akhir cerita!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6. Keanehan di Kamar Dania
Setelah rapat wali murid usai, Dania terlihat duduk santai di dalam taksi bersama putrinya, Tasya, dalam perjalanan pulang ke rumah. Dania dengan penuh kasih memberikan sejumlah nasehat terbaiknya untuk Tasya, namun sayangnya, rentetan kata-kata bijak itu membuat Tasya merasa sedikit bosan.
Tasya pun mengerucutkan bibirnya dengan manja dan memalingkan wajahnya ke arah lain, mencoba untuk menyembunyikan sedikit kejengkelannya.
"Udah dong Ma. Bosen nih aku denger mama ceramah Mulu!" keluh Tasya dengan ekspresi kesal.
Dengan wajah yang sedikit tertekuk, Tasya tetap memandang keluar jendela, mengabaikan nasehat yang masih disampaikan oleh Dania.
Dania segera menghela napas panjang, menggelengkan kepalanya. "Tasya, mama nasehatin kamu nih. Kok gitu sih responnya, haduh."
Setelah melihat bahwa Tasya tidak merespons nasehatnya dengan baik, Dania memutuskan untuk tetap diam dan tidak melanjutkan nasehatnya.
Hingga, akhirnya sampailah Dania dan Tasya di rumah mereka. Begitu tiba, Dania dengan cepat membayar taksi dan turun bersama Tasya. Mereka berjalan beriringan dan masuk kedalam rumah.
"Sya, mama mau cuci baju dulu, kamu kalau mau main jangan jauh-jauh ya, di dalem rumah aja!" ucap Dania memperingatkan Tasya agar Tasya tidak main terlalu jauh, namun Tasya yang tidak mau mendengar ucapan Dania tidak sekalipun menjawab atau memalingkan pandangannya kearah Dania. Ia tetap fokus pada mainan di tangannya.
Dania segera meletakkan tas miliknya di atas meja dan berlalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci tumpukan baju yang menggunung di bak cucian. Meskipun ia tahu jika ia menggunakan mesin cuci untuk mencuci, tetap saja, ia merasa lelah. Cucian itu sangat banyak.
Sambil mencuci baju, Dania berpikir, "Kenapa ya harus ada begitu banyak cucian? Apakah semua baju ini tiba-tiba berkumpul dan memutuskan untuk dicuci bersama-sama?"
Dania segera memasukkan baju-baju itu kedalam mesin cuci untuk dicuci. Dia menekan tombol start dan mesin cuci pun mulai berputar. Sambil menunggu proses pencucian selesai, Dania duduk di sofa ruang tamu sambil menatap layar televisi yang menayangkan berita tentang serangkaian aksi kejahatan yang terjadi belakangan ini.
"Astaga, serem banget sih. Masa iya orang makan 0rang. Gil4 apa ya, hiiihh," Dania merasa sangat ketakutan saat melihat berita di layar televisi tentang seorang pria yang diketahui melakukan mvtil4si terhadap tubuh istrinya, lalu menggunakan dagingnya untuk sarapan.
Dania merasa campur aduk saat melihat berita tersebut - rasa takut dan penasaran bercampur jadi satu. Meskipun demikian, antusiasmenya tetap membara saat menonton berita tersebut.
Ketika mendengar suara cucian dari mesin berhenti, Dania spontan bangkit dari duduknya dan melangkah ke kamar mandi untuk menyelesaikan cucian tersebut.
Setelah menghabiskan air untuk cucian pertama, Dania segera menambahkan air baru untuk siklus pencucian berikutnya. Dengan mantap, ia memutar tombol start mesin dan membiarkan proses berjalan dengan mulus.
Setelah memastikan mesin berjalan lancar, Dania kembali ke ruang tamu dengan langkah ringan, siap melanjutkan menonton acara televisi yang sejak tadi menarik perhatiannya.
................................
Di tempat lain, Kimberly terlihat mengantarkan seorang pembeli ke lokasi tanah yang sebelumnya dibicarakan dan akan dilihat hari ini.
"Terima kasih sudah mau mengantarkan saya, mbak Kimberly," ucap pembeli dengan ramah.
"Tidak masalah, Pak. Saya senang bisa membantu," jawab Kimberly sambil tersenyum.
Mereka berjalan menuju lokasi tanah yang terletak di pinggiran kota. Cuaca cerah membuat perjalanan mereka terasa menyenangkan. Setelah beberapa menit berjalan, mereka akhirnya sampai di lokasi yang dimaksud.
"Pak, inilah tanah yang bapak tanyakan kemarin. Apakah bapak tertarik untuk membelinya?" tanya Kimberly sambil menunjuk ke arah tanah tersebut.
Pembeli mengamati tanah tersebut dengan seksama. Dia terlihat tertarik dengan lokasi dan potensi tanah tersebut.
"Tanah ini memang bagus, mbak Kimberly. Saya tertarik untuk membelinya. Bagaimana prosesnya?" tanya pembeli.
Kimberly menjelaskan proses pembelian tanah tersebut dengan jelas dan rinci. Mereka kemudian mulai membicarakan harga dan syarat-syarat pembelian.
Setelah beberapa negosiasi, akhirnya pembeli dan Kimberly mencapai kesepakatan harga yang cocok untuk keduanya. Pembeli pun langsung mengeluarkan sejumlah uang sebagai tanda jadi untuk tanah tersebut.
"Terima kasih banyak, mbak Kimberly. Saya sangat senang bisa menemukan tanah yang sesuai dengan keinginan saya," ucap pembeli dengan senyum bahagia.
"Senang bisa membantu, Pak. Semoga tanah ini bisa menjadi investasi yang menguntungkan bagi Anda," jawab Kimberly sambil memberikan tanda terima uang tanda jadi.
Mereka pun berpisah dengan senyum bahagia di wajah masing-masing. Kimberly merasa puas bisa membantu pembeli menemukan tanah yang sesuai dengan keinginannya.
Sore harinya, setelah seharian penuh berkeliling mengantarkan pembeli dan berjumpa dengan atasan di kantor, Kimberly akhirnya tiba di rumah dengan tubuh yang sangat lelah.
Langkahnya berat saat ia memasuki rumah yang sunyi dan kosong. Dania dan William tak terlihat di manapun, meskipun pada jam-jam seperti itu seharusnya William sudah kembali dari kantor.
Kesunyian terasa semakin nyata saat seluruh rumah terasa sepi, kecuali saat Kimberly melangkah ke dapur, di sana ia menemukan Tasya tengah asyik bermain sendirian dengan boneka-bonekanya.
Kimberly berjalan mendekati Tasya, duduk di sampingnya. "Sya, mama mana?" tanya Kimberly dengan ekspresi sedikit jutek pada Tasya.
Tasya yang sedang bermain boneka segera membalas tanpa menoleh. "Lagi keluar," balas Tasya singkat.
"Keluar kemana?" tanya Kimberly sekali lagi, namun Tasya tetap hanyut dalam keseruannya dengan bonekanya tanpa memberikan jawaban.
Kimberly pun pergi dari sana, menuju ke kamarnya di lantai atas untuk istirahat, namun saat tidak sengaja lewat di depan kamar mamanya, yang pintunya terbuka sedikit, Kimberly terperangah melihat beberapa pakaian yang berserakan di atas ranjang dan lantai. Kamar itu gelap, hanya cahaya redup dari sebuah lampu kecil yang menyinari sudut-sudutnya.
Dengan iseng, Kimberly memasuki kamar tersebut dan terkejut melihat keadaan kamar yang berantakan. Aroma di udara terasa sedikit wangi, namun tercampur dengan aroma lain yang agak aneh.
Dengan langkah hati-hati, Kimberly menuju ke nakas dan menemukan beberapa lembar nota pembelian yang tergeletak di sana. Tanpa ragu, ia segera mengambil salah satu nota tersebut dan melihatnya.
Kimberly sedikit terkejut ketika melihat isi nota yang ada di tangannya, terbersit rasa kebingungan di wajahnya saat mengetahui barang apa yang tertera di dalamnya.
"Astaga, mama beli ling3rie, br4 ukuran sedang sama celana d4lam cowok buat apa?! ini juga ada minuman p3rangsang. Ish, mama ngapain sih ini, mama udah ada pacar ya, kok aku nggak tau?" dengan ekspresi terkejut yang terpancar jelas dari wajahnya, Kimberly masih terus memperhatikan nota pembelian tersebut.
Hingga saat matanya secara tidak sengaja menatap kearah bawah ranjang, Kimberly melihat adanya satu buah mainan p3muas Dania dan satu buah cidi cowok berwarna hitam. Kimberly segera berjongkok dan meraih kedua barang itu. Barang itu masih terlihat basah di tangannya. Seperti baru digunakan.
Kimberly segera menjatuhkan barang-barang itu setelah tidak sengaja tercium bau yang tidak sedap dari sana.
"Iuhh, bau bangett. Mama nyimpen ginian buat apa sih, gaje banget deh. Masa segitu pengennya sampe nyimpen ginian di kamar ..,"
"Astaga, pantesan selama ini mama gak ngebolehin aku masuk kamarnya, eh ternyata karena ini. Astaga, jijik banget aku liatnya. Mending keluar aja," Kimberly segera bangkit dari duduknya, meletakkan kedua barang tadi di tempatnya semula dan pergi keluar kamar, menuju ke kamarnya untuk istirahat.
............................
Di dalam sebuah kamar hotel yang dirancang secara romantis, suasana tenang dan hangat memeluk Dania dan William. Cahaya lembut dari lampu malam yang tersembunyi di pojok ruangan menciptakan aura yang intim dan memikat.
Di sudut kamar, sebuah karpet bulu tebal menambah sentuhan kemewahan dan kenyamanan. Di sekeliling mereka, dinding dihiasi dengan lukisan-lukisan indah yang menciptakan suasana elegan dan memikat.
Dania dan William duduk bersama di atas kasur yang lembut dan empuk. Mereka saling berpandangan dengan mata penuh cinta, atau mungkin nafsv yang memenuhi raga dan pikiran mereka, mendorong mereka untuk melaksanakan niat mereka datang ke hotel tersebut.
"Sayang, aku tidak sabar lagi," ujar William sambil mendekatkan bib1rnya ke bibir Dania.
Dania tersenyum manis, "Aku juga, Sayang. Aku juga tidak sabar lagi untuk merasakan kehangatanmu."
Mereka pun mulai bercivman dengan penuh g4irah. Sentvhan-sentvhan lembut mereka membuat suasana semakin panas. Mereka saling mer4ba tubuh satu sama lain, menikmati setiap sentvhan yang mereka berikan.
"Sayang, kamu sangat s3ksi, aku menyukainya," ujar William sambil men-ci-um leher Dania.
Dania tersenyum bahagia, "Kamu juga sangat mengg4irahkan malam ini. Aku tidak sabar melihat menara Monas kecilmu itu memasuki buah peach milikku,"
Mereka pun terus berhubungan int-im dengan begitu panasnya di dalam kamar hotel itu. Mereka saling menvsuk dengan penuh g4irah dan kehangatan. Suara des-ahan dan er4ngan mereka mengisi ruangan, menciptakan musik cinta yang indah.
"Emmmhhh, sayangggggg,,"
"Ouchh, uhh, emmmppttt,"
Bersambung ...