Park Eun-mi, seorang gadis Korea-Indonesia dari keluarga kaya harus menjalani banyak kencan buta karena keinginan keluarganya. Meski demikian tak satupun calon yang sesuai dengan keinginannya.
Rayyan, sahabat sekaligus partner kerjanya di sebuah bakery shop menyabotase kencan buta Eun-mi berikutnya agar menjadi yang terakhir tanpa sepengetahuan Eun-mi. Itu dia lakukan agar dia juga bisa segera menikah.
Bagaimana perjalanan kisah mereka? Apakah Rayyan berhasil membantu Eun-mi, atau ternyata ada rahasia di antara keduanya yang akhirnya membuat mereka terlibat konflik?
Yuk! Simak di novel ini, Kencan Buta Terakhir. Selamat membaca.. 🤓
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 13
Sudah hampir dua puluh menit Rayyan menunggu, tapi Eun-mi belum juga muncul. Ia malas kalau harus kembali ke ruangan Eun-mi. Akhirnya ia hanya menghubungi Eun-mi lewat ponsel.
"Kenapa kamu belum ke sini? Lagi sibuk?"
Rayyan kemudian menghela nafas setelah mendapati kalau ternyata Eun-mi tidak mengerti dengan pertanyaannya. Wina pasti lupa memberi tahu.
"Tadi aku pesan ke Wina buat bilang ke kamu kalau aku nunggu di lantai dua"
"Ya, kayaknya sih begitu"
"Oke, kutunggu"
Rayyan kemudian mematikan ponselnya.
Dua menit kemudian, Eun-mi muncul di ujung tangga lantai dua. Melihat penampilan Rayyan yang rapi, Eun-mi malah tertawa.
"Mau kemana kamu? Rapi benar".
Rayyan hanya mencebik. Sudahpun kesal karena lama menunggu, kini dia malah mendapat ejekan dari Eun-mi.
"Aku mau pindah kerja, mau jadi pegawai kantoran", sahut Rayyan asal.
Tawa Eun-mi malah makin menjadi.
"Kenapa? Bosan bikin roti sama kue tiap hari? Mau ganti profesi? Emang bisa, emang sanggup kerja di kantor? Tuh, coba dulu magang di kantorku. Bantu aku kerjain urusan administrasi sama keuangan. Kalo tiga hari bisa betah, oke. Aku ijinin kamu pindah profesi. Nanti kucarikan lowongan di tempat kakek".
Rayyan semakin kesal.
"Memang ya, kalau masalah mengejek kamu itu benar-benar ahlinya. Ya sudah, gak jadi kubagi. Mending kukasih sama kru dapur!", Rayyan jengkel bukan main. Apakah seburuk itu penampilannya bila memakai pakaian seperti ini? Sudah dua orang yang menertawakannya.
"Eh, tunggu! Apa an tuh?! Wah.. makan enak nih.. Beli dimana?", Eun-mi langsung duduk di kursi makan saat melihat apa yang ada di atas meja.
"Kalau lihat makanan enak aja, langsung tuh insting mintanya muncul", Rayyan mendelik kesal, tapi Eun-mi malah terkekeh tak peduli.
"Dikasih teman. Tadi habis ditraktir makan siang, malah dikasih lagi buat dibawa pulang", terang Rayyan.
"Teman?! Siapa? Pasti bukan Salman deh. Barang mahal nih.. Min-Young bakal ngamuk kalau Salman sampai traktir kamu yang beginian. Dikasih bonus bawa pulang lagi", tanpa dipersilahkan, Eun-mi langsung mencomot potongan daging dengan sumpit dan menyuapnya. Ekspresinya menunjukkan betapa enak rasa yang dikecap lidahnya.
"Ya pasti bukanlah.. Salman juga ditraktir kok. Min-Young sama anaknya pasti sekarang juga lagi makan di rumahnya", Rayyan memperhatikan Eun-mi yang makan dengan lahap. Hatinya ikut senang.
"Terus, siapa? Kayaknya orang kaya nih. Kenalan di mesjid?", tanya Eun-mi, ia sepertinya benar-benar penasaran.
Rayyan jadi bingung dan mendadak gugup. Tidak mungkin kan dia bilang kalau itu dari In-ho. Kalau ketahuan, malah bisa jadi masalah.
"Ck, makan aja bisa gak?! Pokoknya teman ya teman. Banyakan nanya ni orang, jadi berasa kaya diinterogasi sama emak-emak bawel tahu gak?! Nanti kalo kamu udah nikah, ingat jangan sampai gitu sama suami. Bikin kesel, ngerti?!", Rayyan yang berusaha menutupi kegugupannya kemudian berdiri lalu naik ke lantai tiga meninggalkan Eun-mi yang melongo mendengar ucapan Rayyan.
"Tuh orang kenapa? Emangnya salah nanya begitu? Ah, bodo amat. Yang penting makan enak. Hitung-hitung balas dendam kemarin di rumah gak bisa ikut makan enak", Eun-mi lalu melanjutkan makannya.
Terdengar langkah kaki menaiki tangga. Ternyata itu Asna yang sepertinya mau sholat. Eun-mi tersenyum cerah melihatnya, lalu memanggilnya.
"Yuk, kita makan. Ada banyak nih, aku gak bisa ngabisin semua", ajaknya.
Asna menghampirinya kemudian ikut duduk dan menikmati makanan itu tanpa bertanya apapun. Eun-mi jadi terpikir, mungkin seperti ini yang dimaksud Rayyan. Kalau dikasih, ya makan saja. Tidak usah bertanya macam-macam. Tapi sayangnya Eun-mi tidak seperti Asna, punya energi hebat dalam menahan diri untuk tetap diam saat tak perlu bicara.
"Sampel yang kemarin tanggapannya bagus. Kayaknya bisa segera dijual", malah itu yang keluar dari mulutnya.
Asna memang lebih mudah bicara saat hanya bersama Eun-mi.
"Apa kubilang? Aku sudah tahu, pasti banyak yang suka. Oke, nanti aja aku kasih tahu Rayyan. Sekarang dia kayaknya lagi sensi, gak tahu kenapa", sahut Eun-mi yang masih menyuap makanannya dengan lahap. Padahal sebelumnya dia sudah makan siang di ruangannya bersama Wina.
"Apa kamu masih belum ada rencana pulang?", tanya Eun-mi, kini dengan raut lebih serius.
Asna hanya menatapnya dengan ekspresi datar, kemudian menggeleng.
Eun-mi menghela nafas.
"Belum sanggup ya? Tapi itu kan kecelakaan As?", tanya Eun-mi dengan suara pelan, takut kalau Rayyan atau mungkin Wina bisa mendengarnya.
Asna menatap Eun-mi, kemudian hanya makan dan tak bicara apapun. Eun-mi hanya menghela nafas, dia sadar tak bisa memaksa Asna untuk melakukan apapun yang menurut pemikirannya harus dilakukan. Ia tak merasakan trauma itu sebagaimana Asna.
"Aku sudah selesai, mau sholat dulu", ucap Asna sembari berdiri.
"Aku ikut", Eun-mi kemudian menutup wadah makanan dan mengikuti Asna menuju musholla kecil di pojokan.
Dan sebagaimana biasanya saat berdoa setelah sholat, Asna tak bisa menahan air matanya. Tapi Eun-mi sudah tahu itu, ia tahu betul beban berat yang tengah mendera Asna. Keadaannya saat ini sudah jauh lebih baik dibanding dua tahun lalu sebelum toko roti ini ada. Asna benar-benar dalam keadaan terpuruk. Sakit hati yang teramat sangat sepertinya belum cukup sebagai ujiannya, dia kembali mendapati musibah besar yang harus memisahkannya dari yang paling dicintainya.
Eun-mi hanya bisa mendoakan, semoga waktu bisa membuatnya pulih dan akhirnya bisa menemukan kembali kehidupan yang indah di masa depan.