"Simpanan Suamiku selama ini ... MAM4?!!! nggak mungkin, nggak mungkin mam4 tega melakukan ini padaku. Aarrgghhh!!!"
Ungkapan kekecewaan Kimberly terdengar melalui jeritan kerasnya setelah menemukan kebenaran yang tersembunyi di ponsel suaminya. Mam4 yang selama ini dihormatinya dan sangat disayanginya, ternyata adalah simpanan dari suaminya sendiri.
Bagaimana jadinya jika orang yang kau anggap sebagai mam4 tiri yang begitu kau cintai melebihi siapapun, dan kau perlakukan dengan penuh kasih sayang seperti mam4 kandungmu sendiri, tiba-tiba menjadi sumber konflik dalam pernikahanmu?
Di depannya ia terlihat begitu baik, namun di belakangnya ia bermain peran dengan licik. Penasaran dengan kisahnya? Segera simak perjalanan emosional Kimberly hingga akhir cerita!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16. Setelah Hari Anniversary
Keesokan paginya, Kimberly dan William pulang ke rumah dalam keadaan segar setelah semalaman penuh bermain ranjang dan saling memvaskan diri.
Keduanya terus bergandengan tangan dan masuk kedalam rumah, sampai ketika langkah mereka terdengar, Dania yang sedang duduk di meja makan tidak jauh dari situ bersama dengan Tasya, segera menoleh ke arah Kimberly dan William.
Dia tampak marah, tatapan matanya tajam, tapi sebisa mungkin dia tersenyum dan berjalan menghampiri Kimberly dan William.
"Sudah pulang kalian? bagaimana hari kalian semalam? menyenangkan sudah merayakan hari anniversary bersama?" tanya Dania hangat. Atau lebih tepatnya pura-pura hangat.
Kimberly segera memalingkan wajahnya kearah tangan Dania yang kini mengepal erat. Seperti ingin meninju dirinya atau entah kenapa tangan itu bisa mengepal.
"Tentu menyenangkan, Ma. Mas William sangat romantis padaku. Dia memberikanku cincin dan bermain semalaman denganku di hotel. Ini luar biasa Ma, mas William begitu hebat saat bermain denganku semalam.
Kita sangat menikmatinya dan ingin melakukannya lagi, iya kan mas?" Kimberly segera memalingkan wajahnya kearah William, tersenyum manis kearahnya.
William segera tersenyum dan melingkarkan tangannya di pinggang Kimberly. "Iya, Sayang. Nanti atau kapan-kapan kita bisa melakukannya lagi." jawab William dengan nada yang terdengar sedikit menjengkelkan bagi Dania.
Sebisa mungkin dia menahan emosinya agar tidak meledak dan membuat semuanya menjadi kacau.
"Yasudah sekarang makanlah kalian. Mama sudah masak tadi. Ayo, sarapan dulu," Dania terlihat mengajak Kimberly dan William ke meja makan untuk sarapan.
Setibanya disana Kimberly dan William segera duduk berdampingan dan mengambil sarapan mereka masing-masing.
"Semalam kamu ngasih tau mama soal kalian di restoran ada maksud apa ya, Kim?" tanya Dania tiba-tiba.
Dengan cepat, Kimberly mengalihkan pandangannya ke arah Dania, berusaha sebaik mungkin untuk tersenyum kepadanya. "Cuma mau nunjukin ke mama aja kalo mas William itu romantis sama aku. Dia baik dan perhatian. Aku begitu beruntung bisa memiliki suami sepertinya.
Kemarin aku mengirimkan itu dengan kutip ingin menunjukkannya saja pada mama. Tidak ada maksud lain." balas Kimberly sembari kembali menyantap makanannya.
Dania memilih untuk tidak merespons ucapan Kimberly. Dengan gerakan cepat, dia menyantap makanannya sambil sesekali mengeluarkan suara mendengus yang menunjukkan ketidaknyamanan.
"Bagus. Sepertinya mama cemburu melihat mas William seromantis itu padaku. Hmm, tunggu aja ma. Setelah aku tau kelakukan kalian di belakangku, aku nggak akan pernah membiarkan kalian bersama." ucap Kimberly di dalam hati, sembari tersenyum miring dan melirik sekilas kearah Dania.
Setelah sarapan itu usai, William langsung bersiap-siap untuk berangkat ke kantor, sementara Kimberly memilih untuk mengantar pembeli ke rumah yang menjadi tujuan pembeli untuk dilihat dan dibelinya. Keduanya berjalan beriringan, tapi masuk kedalam mobil yang berbeda.
"Hati-hati, Sayang. Jangan malem-malem pulangnya." ucap William disaat dirinya dan Kimberly sampai di teras rumah dan akan menaiki mobil masing-masing.
Kimberly segera menganggukkan kepalanya dan tersenyum manis. "Siap, Sayang. Yaudah yuk kita berangkat. Kamu mau ada meeting kan habis ini?" tanya Kimberly.
William hanya menganggukkan kepalanya, tanpa mengucapkan sepatah katapun. Mereka segera pergi ke tempat kerja masing-masing dengan senyum yang terukir di bibir mereka.
............................
Kimberly tengah dalam perjalanan menuju ke lokasi pembeli yang ingin di antarkannya mengecek sebuah tanah. Setelah semalaman yang penuh gairah dengan William, kini Kimberly merasa siap untuk kembali pada pekerjaannya sebagai agen properti.
Hari itu, cuaca cerah menyambut perjalanan Kimberly. Dia mengenakan baju kerja yang rapi dan rambutnya diikat cantik. Mobilnya melaju dengan lancar di jalan raya yang ramai.
Kimberly merasa senang bisa kembali fokus pada pekerjaannya setelah semalam yang penuh kenangan manis bersama William.
Sesampainya di lokasi, Kimberly disambut oleh pembeli yang sudah menunggu dengan sabar. Mereka berdua kemudian berjalan menuju tanah yang akan diperiksa. Tanah tersebut terletak di pinggiran kota, dengan pemandangan yang indah dan udara yang segar.
"Wow, tempatnya bagus sekali," ucap pembeli dengan antusias.
Kimberly tersenyum bangga. Dia memang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk para kliennya. Mereka berdua kemudian mulai memeriksa tanah tersebut, mengukur luasannya, dan memeriksa semua dokumen yang diperlukan.
Namun, tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari langit. Awalnya Kimberly mengira itu hanya suara petir, namun kemudian hujan deras mulai turun dengan derasnya. Mereka berdua pun segera berlindung di bawah pohon besar yang ada di dekatnya.
"Ah, kenapa hujan harus datang saat kita sedang bekerja," keluh Kimberly sambil mencoba melindungi dokumen-dokumen penting dari basah.
Pembeli hanya tertawa melihat tingkah konyol Kimberly. Mereka berdua kemudian berusaha mencari tempat berteduh yang lebih baik. Setelah beberapa saat, hujan pun reda dan mereka bisa melanjutkan pemeriksaan tanah.
Setelah selesai, pembeli pun memberikan kabar baik bahwa dia tertarik untuk membeli tanah tersebut. Kimberly tersenyum puas mendengar kabar baik dari pembeli. Mereka berdua kemudian kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan pulang. Di dalam mobil, Kimberly merasa lega dan bangga dengan pekerjaannya hari ini.
"Saya senang bisa membantu Anda menemukan tanah yang sesuai, Pak," ucap Kimberly sambil tersenyum.
"Pekerjaan Anda sungguh luar biasa, mbak Kimberly. Saya sangat puas dengan pelayanan Anda," jawab pembeli dengan tulus.
Mereka berdua kemudian berbincang-bincang tentang rencana pembelian tanah tersebut. Kimberly memberikan beberapa saran dan tips kepada pembeli agar proses pembelian berjalan lancar. Mereka berdua terus berdiskusi dengan penuh antusiasme hingga tiba di kantor agen properti.
Setelah melalui serangkaian proses yang melibatkan berbagai tahapan transaksi dan administrasi, pembeli akhirnya berhasil menyelesaikan semua prosedur pembelian yang diperlukan.
Dengan lengkapnya dokumen-dokumen yang ditandatangani dan persetujuan yang diberikan, pembeli resmi memperoleh status sebagai pemilik sah dari tanah yang diinginkan.
Setelah segala urusan pembelian selesai dan pembeli telah meninggalkan kantor, Kimberly duduk dengan tenang di meja kerjanya. Dengan tatapan fokus, dia memperhatikan setiap detail yang terpampang di layar komputer yang terletak di depannya.
Tiba-tiba, teleponnya berdering. Kimberly mengangkatnya dan mendengar suara familiar di seberang sana.
"Halo, Sayang. Kamu sedang apa?" suara itu adalah William.
Kimberly tersenyum mendengar suara William. Mereka pun mulai berbincang-bincang tentang apa yang terjadi hari ini. Kimberly menceritakan tentang pembeli yang berhasil dia bantu, sedangkan William menceritakan tentang proyek baru yang sedang dia kerjakan.
Setelah beberapa saat berbicara, William tiba-tiba bertanya, "Sayang, apa rencana kita untuk akhir pekan ini?"
Kimberly berpikir sejenak sebelum menjawab, "Mungkin kita bisa pergi ke pantai dan menikmati matahari terbenam bersama. Bagaimana menurutmu?"
William tersenyum, "Itu terdengar seperti rencana yang sempurna. Aku tak sabar untuk menghabiskan waktu bersamamu, Sayang."
Kimberly pun tersenyum bahagia mendengar rencana William. Mereka berdua, terutama William memang sangat suka menikmati waktu berada di alam terbuka, seperti pantai, sebagai tempat untuk bersantai dan melepas penat.
"Kita bisa membawa bekal dan menikmati makan malam di tepi pantai sambil menikmati pemandangan sunset," saran Kimberly.
William setuju dengan saran Kimberly dan mereka pun mulai merencanakan detail untuk akhir pekan mereka. Mereka berdua sangat menantikan momen tersebut, karena selama ini kesibukan mereka membuat mereka jarang bisa menghabiskan waktu bersama.
Saat akhir pekan tiba, Kimberly dan William berangkat menuju pantai yang mereka tuju. Mereka membawa bekal yang sudah disiapkan sebelumnya dan menikmati perjalanan mereka sambil bercanda dan tertawa bersama.
Sesampainya di pantai, mereka segera mencari tempat yang nyaman untuk duduk menikmati matahari terbenam. Mereka melepas sepatu mereka dan merasakan pasir pantai yang lembut di bawah kaki mereka. Suasana tenang dan damai membuat mereka merasa rileks dan bahagia.
Mereka membuka bekal mereka dan mulai makan malam sambil menikmati pemandangan sunset yang spektakuler. Mereka berdua saling bercerita tentang apa yang terjadi selama seminggu ini dan tertawa bersama-sama.
Setelah makan malam selesai, mereka duduk berdampingan sambil menatap langit yang mulai gelap.
"Terima kasih sudah membuat akhir pekan ini begitu sempurna, Sayang," ucap Kimberly sambil memeluk William erat.
William tersenyum dan membalas pelukan Kimberly, "Tidak ada yang lebih aku inginkan selain bisa menghabiskan waktu bersamamu, Sayang. Kamu selalu bisa membuat hari-hariku menjadi lebih menyenangkan."
Mereka berdua duduk diam sejenak, menikmati keheningan malam yang hanya terganggu oleh suara deburan ombak di kejauhan.
"Kita harus melakukan ini lebih sering, Sayang. Menghabiskan waktu bersama di tempat seperti ini benar-benar menyegarkan pikiran dan jiwa," ucap Kimberly sambil menatap William dengan penuh kasih sayang.
William mengangguk setuju, "Aku setuju, Sayang. Kita harus lebih sering meluangkan waktu untuk bersama-sama, tanpa terganggu oleh kesibukan sehari-hari."
"Atau lebih tepatnya terganggu oleh mama mas. Beberapa hari ini aku cukup senang dengan perubahanmu. Kamu jauh lebih perhatian padaku, membuatku senang dan puas bisa membuat mama cemburu dan akhirnya jauh dari kamu.
Semoga semua ini terus bertahan lama mas, aku sangat menyukai kamu yang romantis padaku seperti ini." tambah Kimberly di dalam hati sambil menatap intens kearah William.
Bersambung ...