Hai ketemu dengan karya mommy terbaru lagi.
happy reading.
Yolanda Fox, wanita bersuami Mikel Smit sudah lima tahun bahtera rumah tangganya harus tergoncang dengan kehadiran orang ketiga yang di nikahi oleh suaminya tanpa sepengetahuannya.
"Kenalkan dia adalah Nikita istriku yang kedua," dengan santai Mikel berucap.
"KAU! TEGA!" marah, kesal, kecewa, hancur hatinya menjadi satu saat di paksa hadir ke rumah orang tua suaminya. di kira mau di cemooh atau di omong mandul seperti biasanya.
"Tunggu, Ola! Jangan buat seolah aku salah besar! Ini suamuanya karena kamu! Kamu tidak bisa hamil!" bentaknya.
Yolanda dengan menyeka air matanya dan menghempaskan tangan suaminya yang menenahannya lalu keluar dari rumah itu tanpa pamit lagi.
"Kamu tega!!!!!!!!" teriaknya di dalam mobil yang masih di halaman itu.
"Aku tidak terima!!!! aku harus membalas ini!!!!" amarah yang membuncah dalam dirinya.
Bagaimana kisah kelanjutan Yolanda? Apakah mampu memisahkan madunya? atau dia memilih pergi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2: Konflik Mertua dan Kegilaan Mikel
Hari hari berlalu dengan lambat bagi Ola. Kesedihan yang menyelimuti hatinya tampaknya tak pernah berkurang. Ketidakpastian masa depan dan rasa sakit hati yang mendalam menyisakan bekas yang sulit untuk disembuhkan. Di waktu libur ketika Yolanda sedang berusaha untuk merapikan rumah dan menenangkan pikirannya, ketukan di pintu membuatnya terjaga dari lamunannya.
Dia membuka pintu dan melihat Marsel dan Syakila Smit, orang tua Mikel, berdiri di depan pintu dengan ekspresi cemas. Ola merasa jantungnya berdebar. Pertemuan ini, yang sepertinya tidak dapat dihindari, membuatnya merasa tegang. Dia mengundang mereka masuk, berusaha untuk tetap tenang.
Selama pertemuan terkahir di rumah mertuanya itu pula suaminya belum kunjung pulang ke rumah ini. Membuatnya semakin yakin kedatangan mereka ada maksudnya.
“Terima kasih telah menerima kami, Yolanda,” kata Marsel dengan nada serius saat mereka duduk di ruang tamu. Syakila duduk di sebelah suaminya, menatap Ola dengan tatapan penuh kekhawatiran. “Kami tahu ini adalah waktu yang sangat sulit bagimu, tapi kami ingin berbicara tentang situasi ini.”
Yolanda mengangguk, merasakan gelombang rasa sakit yang semakin mendalam. “Tentu, apa yang ingin kalian bicarakan?” berusaha tidak mengeluarkan air matanya di depan mereka.
Syakila menyelipkan tangan di atas meja, mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Aku harap kamu bisa menerima Nikita dan mau berbagi suami dengannya. Kami datang kesini bukan semata mengemis padamu, ini semuanya demi cucu yang kami inginkan."
Marsel melanjutkan, “Kami tahu Mikel mungkin salah dalam banyak hal, tetapi sebagai orang tua, kami juga merasa perlu untuk mengetahui bagaimana kamu menangani situasi ini. Kadang-kadang, dalam pernikahan, masalah seperti ini dapat berasal dari kedua belah pihak.”
Syakila mendengus kesal suaminya tidak seperti yang di harapkan. "Pa, bukan seperti itu! Jangan mengacau jika memang tidak bisa membuat Yolanda paham maksud kita!"
Membentak suaminya yang terbilang ada di rumah Ola.
"Ma, kamu yang inginkan bukan aku!" protes Marsel.
Yolanda merasa marah mendengar pernyataan itu dan perdebatan yang membuatnya merasa aneh. “Apa maksud kalian dengan itu? Apakah kalian pikir aku juga bertanggung jawab atas apa yang terjadi?”
Syakila tampak terkejut. "Kami minta kamu harus merelakan Mikel mempunyai istri lagi yaitu Nikita! Kami ingin cucu! Kamu sudah lima tahun belum juga bisa bukan!"
"Ini sumuanya ada tanggung jawabmu yang belum bisa di wujudkan, cucu untuk kami! Aku pertegas lagi, kami ingin cucu! Kamu jangan buat menambah masalah di kemudian hari kecuali kamu bisa memberikan cucu," lanjut Syakila yang menekan Ola.
Ola hanya bisa diam menahan amarah dan Ola merasa tertekan oleh pendapat orang tuanya yang mencoba mencari cari kesalahan di pihaknya. Belum lagi selalu di minta cucu, semuanya bukan kuasanya.
“Mikel memutuskan untuk menikah lagi tanpa mau berunding terlebih dahulu dengan ku,” kata Ola dengan suara bergetar. “Bagaimana mungkin kalian berpikir ini adalah kesalahan aku semata? Aku merasa dikhianati dan hancur. Aku tidak pernah membayangkan mereka akan menganggap ini salahku. Yang bisa aku pastikan disini untuk Mikel aku telah membebaskannya dariku untuk bertanggung jawab padaku!”
Marsel menghela napas, tampak frustasi. “Yolanda, kami hanya ingin semua ini berakhir dengan baik. Kami ingin tahu apa yang bisa kami lakukan untuk membantu menyelesaikan masalah ini, bukan memperburuknya.”
Syakila menambahkan, “Kami juga ingin Mikel dan Nikita bahagia, Aku harap kamu tidak mengganggu mereka seperti apa yang kamu ucapkan barusan! Kami pegang janjimu!"
Ola semakin terlihat kesal dan marah karena ucapan mertuanya, "Aku tidak akan ingkar janjiku, tapi satu hal yang aku minta jangan pernah Nikita masuk ke dalam rumah ini dan sampaikan juga pada Mikel!"
Marsel tampak terkejut oleh kemarahan Yolanda, sementara Syakila mencoba meredakan ketegangan. “Kami tahu ini semua sangat sulit, Yolanda. Tapi kami juga merasa terjepit dalam situasi ini. Kami hanya ingin melihat semua orang bahagia dan tidak tertekan.”
Ola semakin di buat kesal dan amarahnya sampai di atas ubun ubun, tapi dia berusaha sadar jika mereka lebih tua darinya, "Sudah tidak ada jalan untuk masalah ini hanya ada satu jalan turuti keinginanku atau menceraikanku!" senyum smirk di bibirnya.
Ola kembali mengatakan, "Maafkan aku jika memang tidak bisa memberikan apa yang kalian inginkan. Maafkan aku yang tidak sopan sebaiknya kalian kembali karena aku butuh sendiri saat ini!"
Dari pada memarahi mereka atau bahkan membuatnya semakin buruk keadaan disini mau tidak mau Ola mengusirnya secara halus.
Ketika mereka pergi, Ola merasa kelelahan. Dia merenung tentang bagaimana situasi ini telah mempengaruhi dirinya secara emosional dan bagaimana hubungan dengan keluarga Mikel menjadi semakin rumit. Kekecewaan dan kesedihan menyelimuti dirinya. Bagaimana mungkin orang orang yang seharusnya memberikan dukungan justru menambah rasa sakitnya?
Ola tidak merasakan hari liburnya tenang kali ini, jadi tidak mood untuk merapihkan rumahnya itu. Hanya tiduran di atas tempat tidur hingga dirinya lelah dengan air mata yang mengalir.
Di kantor keesokan harinya, Yolanda berusaha keras untuk fokus pada pekerjaannya sebagai sekretaris Axel Cloe di Cloe Corp. Perusahaan besar itu seringkali menjadi tempat pelarian dari kenyataan pahit di rumahnya. Axel Cloe, bosnya, adalah seorang pria yang penuh karisma dan profesional. Namun, di balik sikap profesionalnya, Axel menyimpan perasaan yang dalam terhadap Ola namun tidak di ketahui olehnya, sangat pandai Axel menyimpannya.
Saat Axel mendekati mejanya, dia bisa merasakan suasana hati Ola yang suram. “Ola, kamu kenapa? Apa ada masalah?,” tanya Axel dengan nada lembut.
Ola memaksakan senyum dan menjawab, “Aku baik, Axel. Masih bisa aku atasi."
Acel hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya, "Jangan sungkan padaku jika memang membutuhkannya."
Di waktu jam kerjanya ternyata Mikel datang ke kantor tempat kerja Ola dan tepat di jam istirahatnya.
"Ola," sapa Mikel.
"Ada apa?" tanya Ola yang sudah mati rasa cintanya, terlebih di belakangnya ternyata ada Nikita disana.
"Kita makan bersama dan bicara bertiga," pinta Mikel.
"Baiklah! Kalian jalan saja duluan, katakan saja dimana tempatnya. Aku tidak mau disini tahu masalah ini!" ucap Ola.
"Restoran biasa di VVIP 1 aku sudah reservasi disana," ucap Nikita kali ini.
"Ck! Bangganya menjadi yang kedua!" kesal dan marah Ola setelah keduanya pergi dari sana.
"Kamu mengumpat siapa Ola?" bariton suara Axel yang keluar dari ruangannya.
"Hanya kucing yang suka kawin!" asal ucap saja Ola.
"Mau makan siang denganku? Kebetulan jam 2 kita akan meeting bukan?" tanya Axel.
"Maaf Axel. Kali ini ada urusan penting yang harus aku urus dulu. Kabari aku nanti pasti aku menyusul sebelum meeting tiba," tolak Ola.
Setelah itu Ola peegi menuju restoran yang biasanya.
Ola tidak bernafsu untuk makan walau semuanya sudah tersedia sesuai dengan keinginannya, "makan dulu baru bicara!" pinta Mikel.
"Kalian saja, aku tidak!" tolak Ola walau lapar tapi hati dan jiwanya sakit.
Sementara Nikita asyik menyantap makanan disana.
"Ola, aku harap kau cabut permintaan jika Nikita tidak bisa masuk ke dalam rumah kita," ucap Mikel.
"Hah!!! Tidak salah Mikel!! Itu rumahku, rumah aku beli sebelum denganmu!!" tidak habis pikir Ola.
"Lalu kami akan tinggal dimana?" tanya Nikita seolah biasa saja masalah ini.
"Terserah kalian!" masa bodoh Ola.
...****************...
Terima kasih atas dukungan kalian semuanya.
Like dan komentarnya di tunggu ya.
Keren banget 🔥😍