Lihat saja, aku bersumpah, aku akan membuatnya memohon untuk menikah dengan ku kurang dari 100 hari ini.
Luna mengucapkan sumpah di depan sahabatnya, Vera yang hanya menganga menatap ke arahnya, merasa sumpahnya itu konyol dan takkan pernah terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RatihShinbe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2
-Pukul 08.00 ada meeting dengan klien dari Tiongkok, pukul 12.00 makan siang di rumah orang tua anda, harus! -
Tulis pesan Luna dengan ekspresi memohon di ponselnya.
"Semoga dia ga nolak buat makan siang" harap Luna dengan menangkup ponselnya berdoa.
"Cepat! busnya sudah datang! " seru Vera seraya menarik tangannya.
Mereka tak kebagian duduk dan harus berdiri.
"Anak-anak lo, dah masuk sekolah itu? Lumayan juga ya biayanya! " ucap Vera.
"Hmm, bi Maya rekomendasiin yang bagus bagus semua" jawab Luna.
"Tapi, dengan otak anak lo yang pinter kek emaknya, gue rasa Naura dan Laura pantes buat sekolah di sana" puji Vera.
"Hmmm, mau ditraktir makan siang ya lo muji muji gue, sorry gue makan di rumah Pak Suryo! " Luna mengejeknya.
"Waah, enak donk. Makanan bu Suryo kan enak banget, ya meskipun gue cuma tau ceritanya doank" Vera seraya mendelik.
"Heee, emang enak semua. Gue kenyang kalau udah main ke sana" Luna menambah pujiannya.
"Kapan kapan ajak gue ke sana, gua juga kan mau nyobain masakan bu Suryo" pinta Vera.
"Lah, emang gue keluarganya, main ajak lo ke sana. Plis deh Ra!" Luna mengipasi lehernya.
"Lu nikah aja sama Pak Abel, kan lu dah bertahan ma dia 5 tahun, berarti lu yang pantes dampingi dia hahahah" Vera merasa puas dengan ejekannya.
Luna mendorong dahi Vera cukup keras. Vera berhenti bicara saat dia menabrak pria tampan di dekatnya.
Vera tersenyum manis menebar pesonanya.
"Maaf! " ucapnya manja.
Bibir Luna menyeng-menyeng melihat cara Vera bersikap di depan pria tampan.
Tapi pria tampan itu malah menatap pada Luna dan tersenyum. Luna pun membalas senyumannya.
Kemudian matanya terbuka lebar saat dia melihat ke arah jalanan.
"Pak Abel! " gumamnya.
Abel berada di mobil di sisi bus mereka, dengan kaca mobil yang terbuka, menatap tajam ke arah Luna yang baru saja memberikan senyuman pada pria itu.
Luna terheran.
"Ada apa dengannya? Kenapa bisa barengan sih!" gumam Luna sambil menutup wajahnya dengan tas nya.
Vera masih saling senyum dengan pria itu.
Sampai di perhentian bus, mereka turun dan melihat pria itu merangkul pria gagah yang berjalan di depannya, dengan gemulainya.
Luna dan Vera saling menatap, kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Gila, penyuka sesama sis! " Vera mengejek sambil berjalan menuju kantor.
"Ihhh, sereem! " Luna menyentuh pundaknya sendiri.
Mereka berhenti tertawa saat melihat Pak Abel berdiri menatap ke arah mereka dari jauh.
"Ihhh, bos lu dah standby aje" gumam Vera.
"Stthh! " Luna memperingatkan untuk tak bicara.
"Pagi Pak Abel! " sapa Vera.
"Hmm" jawab Abel singkat.
Luna hanya tersenyum dan mendekat.
"Dia pasti mau batalin makan siang sama emaknya" gumam Luna.
"Dah Luna! " Vera melambaikan tangannya kemudian pergi masuk terlebih dahulu.
"Dah!" jawab Luna tanpa melambai.
"Klien dari Tiongkok tidak jadi datang" ucap Abel.
"Apa? " Luna terkejut.
"Dia batalkan keberangkatan pagi, datang malam ini jadi besok meetingnya" Abel meneruskan bicara sambil berjalan.
Luna buru-buru menyusulnya.
"Jadi jam 08.00 ini tidak ada apa-apa, kamu...." Abel menjeda ucapannya.
Luna berhenti berjalan sebelum menabraknya, Abel berbalik. Mereka masuk ke dalam lift dengan beberapa orang yang merasa segan pada Abel, pimpinan utama perusahaan stasiun televisi ternama itu.
"Kamu belikan saya ketoprak yang dekat stasiun. Jangan pakai bungkus nasi, ambil kotak makan ku di pantry dan jangan lupa, jangan terlalu pedas" Abel menunjuk.
"Ya Pak! "
Semua mata menatap ke arah Luna yang terus mencatat dengan ponselnya.
Mereka menelan saliva, melihat dan memikirkan Luna harus pergi ke stasiun yang cukup jauh untuk sekedar membeli ketoprak.
Keluar dari lift, Abel langsung berjalan menuju kantornya.
Luna pergi ke pantry dekat kantor Abel, dia mengambil kotak bekal berwarna biru muda dan pergi ke stasiun.
"Arul yang mengantar kamu, dia belum parkir" seru Abel sebelum masuk ke ruangannya.
"Ya Pak! " seru Luna yang sudah belok dari meja nya.
#
Tak lama, Luna kembali, dia menyajikan ketopraknya dan menunggu Abel makan.
"Acara Lucas, siapa yang akan jadi bintang tamunya? " tanya Abel.
"Seharusnya Angga.... "
Luna belum selesai karena masih mengeceknya di ponselnya.
"Hei... kau benar-benar tidak berpikir? Lucas dan Angga tidak pernah akur, kau mau mereka saling baku hantam di depan kamera, disaksikan mata seluruh negri? Mereka akan mengkritik STARTV nantinya! Pikir pakai otak mu! "
Abel bicara sambil menunjuk dengan garpunya. Luna menelan salivanya, kesal karena meski sudah bertahun-tahun dengannya, masih saja Abel meninggikan nada suaranya tanpa mendengar kelanjutan ucapannya.
Beberapa mata rekan kerja yang di luar menatap ke dalam ruangan yang transparan itu. Mereka menatap iba padanya.
"Saya belum selesai bicara Pak! " ucap Luna berusaha mengendalikan diri.
"Lalu....? " Abel menaruh garpunya dan menghadap ke arah Luna dan menatapnya.
Luna tarik nafas, kemudian membaca laporan bagian produksi acara.
"Awalnya ide penulis untuk menghadirkan Angga dalam acara untuk minggu ini, tapi karena Lucas tak mau, bintang tamu diusahakan akan mendatangkan Lisa dari grup girl SUNNY. Tapi karena Lisa sulit dihubungi, jadi bintang tamu cadangan adalah Louis, aktor tampan keturunan Italia itu. Tapi Lucas meminta untuk mengusahakan Lisa, dalam hal ini, mungkin saya yang harus ke sana" jelas Luna.
Abel menganga dengan ekspresi Luna saat menyebutkan Louis dan saat dia yang harus mengundang Lisa langsung.
"Ok, kamu pergi undang Lisa... " Abel terdiam.
Luna berharap Arul mengantarkannya lagi, karena jika dia pergi sendiri, tidak akan sampai pada waktu makan siang di rumah keluarga Suryo.
"Kamu pergi sendiri, Arul kan harus mengantar saya ke rumah ibu, jadi jam 12 kamu harus sudah sampai di rumah ibu ku. Jangan terlambat! " lanjut Abel.
Luna menggertakkan gerahamnya, kesal bosnya benar-benar sangat kejam.
"Baik Pak! " ucap Luna kesal.
Luna pergi, dia mengambil tas selempangnya di meja kemudian pergi. Rekan kerjanya mengantarnya dengan tatapan kasihan.
"Baru saja kembali, sudah disuruh pergi lagi. Apa dia sudah makan? " gumam Aryo.
Rekan kerja yang selalu memperhatikannya.
Sampai di dalam taksi, Luna mendapatkan telpon dari Abel.
"Ya Pak! " jawab Luna dengan ekspresi kesal.
Supir taksi menunggu Luna mengatakan tujuannya.
"Bawakan seikat bunga untuk ibuku" ucap Abel.
"Baik Pak! " jawab Luna.
Dia menghela setelah menutup telponnya. Supir taksi menatapnya dari spion.
Luna paham.
"Apartemen Lion Park tengah kota" ucap Luna.
Supir taksi langsung tancap gas.
Luna turun setelah sampai di depan gedung apartemen Lisa.
Menatap penuh harap Lisa mau menemuinya setelah mungkin 3 tahun Luna tak melakukan pekerjaan ini, mengundang artis untuk hadir di acara Lucas.
\=\=\=\=\=\=\=>>