Kisah ini bermula ketika JAPRI (Jaka dan Supri) sedang mencari rumput untuk pakan ternak mereka di area hutan pinus. Sewaktu kedua bocah laki-laki itu sedang menyabit rumput, beberapa kali telinga Supri mendengar suara minta tolong, yang ternyata berasal dari arwah seorang perempuan yang jasadnya dikubur di hutan tersebut. Ketika jasad perempuan itu ditemukan, kondisinya sangat mengenaskan karena hampir seluruh tubuhnya hangus terbakar.
Siapakah perempuan itu? Apa yang terjadi padanya? dan siapakah pembunuhnya?
Ikuti kisahnya di sini...
Ingat ya, cerita ini hanya fiktif belaka, mohon bijak dalam berkomentar... 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2 Gempar
"Itu beneran jasad, Mbul? Kamu jangan ngadi-ngadi lo ya," bocah bertubuh tinggi kurus itu masih belum percaya.
"Biar kamu percaya, mending sekarang kita lanjutkan menggali saja," usul Supri yang disetujui oleh Jaka.
Seperti dikomando, dengan serempak, kedua anak laki-laki itu pun lalu melepas kaos masing-masing yang mereka gunakan untuk menutup hidung.
Puluhan menit kemudian...
Anaknya Pak Rahmat sangat shock setelah kain putih kotor yang membungkus 'sesuatu yang menjadi sumber bau bangkai' sedikit dibuka. Untuk sesaat, Jaka sempat mematung.
"Gimana? Sekarang kamu percaya to? Berhubung larimu cepet, mending kamu pulang lalu beritahu orang rumah kalau ada jasad di sini."
Tanpa banyak cakap, bocah bertubuh tinggi kurus itu pun langsung melesat menuju ke rumahnya.
Sementara itu si gembul, selama Jaka tidak ada, dia duduk di tempat yang agak jauh dari lokasi penemuan jasad karena tidak tahan dengan baunya. Sebenarnya ada rasa takut dalam diri Supri, tapi dia berusaha mengalahkan rasa takutnya itu.
Anaknya Pak Bedjo celingukan, mencari keberadaan perempuan berbaju biru yang sejak mereka mengorek tanah tadi tidak terlihat lagi. Bahkan di saat Supri sendirian seperti sekarang ini, arwah itu tidak mau menampakkan dirinya.
*
"Paak, Bapaaak!!" teriak Jaka dengan napas ngos-ngosan sambil mencari keberadaan bapaknya yang ternyata sedang nguras kolam lele dengan Mang Udin di belakang rumah.
"Kamu jangan ikutan suka teriak-teriak kayak Supri gitu to Le," tegur pria paruh baya itu setelah menghentikan aktivitasnya sebentar.
"Pak, ada jasad di hutan, Pak," ucap bocah bertubuh tinggi kurus itu dengan nafas masih tersengal-sengal.
Mang Udin, rewang keluarganya Pak Rahmat, langsung ikutan berhenti menguras kolam karena saking kagetnya dengan omongan anak majikannya. Begitu juga Bu Ida, Emaknya Jaka, langsung keluar dari dapur lewat pintu belakang dan mendekati anaknya.
"Opo Le, jasad? Maksudnya?" tanya Pak Rahmat meminta penjelasan.
"Supri dan Jaka menemukan jasad di hutan, Pak. Ayo cepat Pak kita ke sana, soalnya Supri juga sendirian," jelas bocah bertubuh tinggi kurus seperti bapaknya itu.
"Beneran Le?" sela Bu Ida yang juga kaget.
"Iyo Mak, beneran ini."
Dengan segera, Pak Rahmat pun menyuruh Mang Udin untuk pergi ke pos polisi terdekat lalu meminta istrinya untuk memanggil Pak Sholeh, yang juga salah satu rewangnya, yang saat itu sedang bekerja di kebun.
Sekarang ini, tampaklah Pak Rahmat, Jaka, dan Pak Sholeh sedang berlari menuju hutan tempat ditemukannya jasad.
Sementara itu, Bu Ida, yang dasarnya seperti kebanyakan emak-emak lainnya, saking penasarannya, mengajak Bu Maemunah dan suaminya, yang merupakan tetangga sebelah rumah, untuk melihat jasad yang ditemukan oleh Supri dan Jaka, karena anaknya tadi sudah memberitahu dimana lokasinya.
Tanpa menunggu lama, berita penemuan jasad di hutan mulai tersebar di Desa Suka Makmur.
*
Saat ini, tempat ditemukannya jasad sudah dikerumuni banyak orang. Terdengar beberapa orang sedang kasak kusuk, membahas tentang jasad tersebut dan siapa orang yang telah tega berbuat sekejam itu, karena kondisi jasadnya sangat mengenaskan, hampir seluruh tubuhnya hangus terbakar.
Tadi, sewaktu Pak Rahmat, Jaka, dan Pak Sholeh tiba di tempat tersebut, pria paruh baya itu sempat bertanya-tanya pada Supri dan Jaka, bagaimana awal ceritanya mereka sampai bisa menemukan jasad tersebut.
Setelah mendengar penuturan Supri, Pak Rahmat mengambil keputusan, agar nanti saat Supri dan Jaka ditanya oleh pihak kepolisian, mereka harus menjawab jika jasad itu mereka temukan secara tidak sengaja karena mencium bau bangkai. Tak lupa, Pak Rahmat juga mewanti-wanti Pak Sholeh agar tidak menceritakan pengalaman mistisnya Supri.
Diantara orang yang berdatangan di lokasi, tentu tak ketinggalan ada juga Pak Bedjo dan Bu Aminah yang merupakan kedua orang tua Supri.
"Bagaimana ceritanya kok kamu dan Jaka bisa menemukan jasad itu, Le?" tanya pria bertubuh gemuk itu penasaran.
"Ya gak sengaja nemu Pak, soalnya bau bangkainya lumayan menyengat," Supri menjawab pertanyaan bapaknya sama seperti yang diinstruksikan oleh Pak Rahmat. Begitu juga jika ada tetangganya yang mengajukan pertanyaan yang sama seperti itu, bocah gembul itu akan menjawab demikian.
1,5 jam an kemudian, muncullah sosok Mang Udin bersama 3 orang polisi yang 2 diantaranya membawa tandu. Seperti dikomando, kerumunan banyak orang itu sedikit menjauh dari lokasi penemuan jasad, untuk memberi ruang gerak pada ke 3 pria berseragam tersebut. Dengan segera ke 3 polisi itu bertindak, ada yang olah TKP dan ada yang mengajukan beberapa pertanyaan pada Jaka, Supri, Pak Rahmat dan Pak Sholeh.
Setelah olah TKP dan investigasi tahap awal selesai, 2 orang polisi memindah jasad ke tandu untuk dibawa ke lab forensik. Beberapa menit kemudian, ke 3 pria berseragam itu meninggalkan lokasi dengan membawa jasad untuk melanjutkan pekerjaan mereka.
Sepeninggal ke 3 polisi tersebut, kerumunan orang mulai mengurai dan kembali ke rumah masing-masing.
*
Sore ini, Supri dan kedua orang tuanya sedang nonton TV bersama di ruang keluarga. Seperti biasa bocah bertubuh gembul itu nonton TV nya sambil memamah biak, yang saat ini dia ngemil kacang kulit 'Garuda'.
"Woo, jadi kamu tadi mbohongi Bapak gitu," kata Pak Bedjo dengan perasaan sedikit kecewa pada anaknya.
"La disuruh Pakdhe Rahmat lo, Pak. Lagipula Supri juga tidak mau kalau nanti ada orang yang tanya-tanya tentang pengalaman mistisnya Supri. Bisa bikin heboh lak an."
Setelah diberi penjelasan dari anaknya, pria paruh baya itu menjadi lega. Keputusan Pak Rahmat ada benarnya juga.
"Kok bisa begitu yo Pak, padahal kita berdua dan Embah-Embahnya Supri tidak ada yang punya kelebihan seperti itu lo," ucap Bu Aminah keheranan.
"Yo emboh Mak, Bapak sendiri juga tidak tahu. Mungkin saja demitnya seneng sama anakmu," ujar Pak Bedjo asal-asalan. Rupanya sifat ndlodognya Supri diwariskan dari bapaknya.
"Jangan-jangan nanti malam dia ndatengi aku, Pak," kata bocah laki-laki bertubuh gemuk itu dengan mulut mengunyah kacang.
"Yo diajak kenalan to, Le. Tanya namanya siapa, rumahnya dimana, dan kenapa bisa meninggal mengenaskan seperti itu. Siapa tahu kamu bisa meringankan tugas polisi," timpal Pak Bedjo.
"Tapi ada bahayanya juga lo Pak kalau Supri ikut campur masalah ini. La kalau pelakunya lebih dari 1, trus sadis, nyawa anakmu lak bisa diincer," sela Bu Aminah dengan bergidik ngeri saat membayangkan apa yang diomongkannya.
"Yo malah beneran to Mak. Itung-itung bisa ngurangi jatah makan, jatah duit dan jatah jajan. Bisa cepet sugih kita kalau tidak ada Supri," kelakar pria paruh baya itu.
"Jadi Bapak seneng kalau anak kita nanti diapa-apakan sama si pelaku? Lagipula Supri itu kan fotocopyannya Bapak. Tuh lihat, perutnya saja sama-sama mblendhing kayak orang hamil 6 bulan," semprot istrinya.
Mendengar kedua orang tuanya sedang debat, Supri tidak peduli. Pemandangan seperti ini sudah biasa terjadi, sama halnya kalau dia sedang debat dengan Jaka.