Bagaimana jika pernikahan mu tak di landasi rasa cinta?
Begitu lah kisah cinta yang membuat tiga keturunan Collins, Hadiadmaja menjadi begitu rumit.
Kisah cinta yang melibatkan satu keluarga, hingga menuntut salah satu dari kedua putri Hadiadmaja memilih pergi untuk mengalah.
" "Kau sudah melihat semuanya kan? jadi mari bercerai!"
Deg.
Sontak Hati Gladisa semakin perih mendengar semua cibiran yang dikatakan suaminya yang saat ini tengah berdiri di hadapannya itu. Siapa sangka, Adik yang selama ini besar bersama dengan dirinya dengan tega menusuknya dari belakang hingga berusaha untuk terus merebut perhatian semua orang darinya.
"Clara, Katakan ini Semua hanya kebohongan kan? ini kau sedang mengerjakan aku kan Ra??" mesti sakit, tapi Gladis masih terus mencoba berfikir positif jika ini semua hanyalah imajinasinya atau hanya khayalan.
Clara berjalan mendekat lalu tanpa aba-aba Clara nampak mencengkeram kuat Dagu kakaknya sendiri dengan gerakan yang cukup kasar me
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queenindri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembalinya sang pelakor 2
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Sial, kenapa yang di katakan Clara benar." Gumam Nathan sembari tersenyum getir.
Ia tinggal bersama Gladys selama satu tahun ini tanpa cinta, ia hanya akan mendatangi Gladys jika ia butuh saja dan tidak memiliki waktu untuk mengamati penampilannya.
Dan malam ini, adalah kali pertama Nathan melihat dengan jelas jika banyak sekali perubahan pada diri Gladys.
"Ck, apa yang aku lakukan? kenapa aku malah terpesona padanya?"
****
Di sisi yang lainnya, kemunculan Clara menyita intensitas seluruh keluarga dan tamu undangan yang datang untuk menyambut kedatangannya.
Clara, yang notabene nya adalah seorang desainer papan atas begitu di dielu-elukan oleh pada kaum jetset.
Tak ayal kemunculan Clara di depan mereka membuat siapapun tak akan menyadari kehadiran Gladys di sana.
"Ramai sekali," gumam Gladys, sembari mencoba meringsek masuk ke dalam kediaman Collins.
Rumah yang satu tahun ini menjadi tempat tinggalnya setelah menikah dengan Nathaniel satu tahun yang lalu.
Gladys terpaku, Matanya menatap nanar ke arah Clara yang di kerumuni banyak orang, apalagi ada kedua orangtuanya juga yang berdiri di samping adik angkatnya itu.
"Clara, Akhirnya dia kembali! apakah dia masih membenciku?" Gumamnya tanpa sadar menitihkan air mata.
"Glad," Panggil Nyonya Naira yang berdiri tak jauh dari posisi Gladys saat ini.
Ibu mertuanya itu memang sejak tadi mencarinya karena tak kunjung pulang.
"Mom," Panggil Gladys, lalu berhambur memeluk ibu mertuanya.
"Kau dari mana saja sayang? kenapa baru pulang?" Tanya Nyonya Naira setelah mengurai pelukannya.
Wanita paruh baya itu menelisik tubuh menantunya dengan teliti karena merasa ada yang berbeda pada kondisinya.
"Ada apa Mom?" Tanya Gladys dengan kening yang mengerut.
Sejak tadi ia merasa kurang nyaman karena Nyonya Naira malah menatapnya dengan curiga. ia takut jika mertuanya itu mengetahui sesuatu tentang kehamilannya, mengingat keluarga Collins adalah keluarga dokter.
"Kenapa badanmu basah kuyup seperti ini?!" Jawab Nyonya Naira sembari merangkul bahu sang menantu.
Tak berselang lama, Tuan Aiden muncul dan memanggil istrinya untuk membawa Gladys bertemu Clara.
"Sayang, kenapa kau masih di sini?" Tanya Tuan Aiden sembari berjalan mendekat. agaknya tuan Aiden belum menyadari keadaan Gladys yang basah kuyup sehingga ia nampak biasa saja.
Barulah saat sudah berdiri di samping keduanya, Tuan Aiden nampak terkejut. "Glad, kenapa basah kuyup begini?"
Jelas Sekali Aura kekhawatiran dari kedua mertuanya, sehingga membuat Gladys begitu terharu.
"Aku baik-baik saja Dad, jangan khawatir!" Jawab Gladys sembari mengusap lengan tuan Aiden.
"Sudahlah, Ajak menantu kita ganti baju dulu Mom, baru bawa dia ke taman untuk bertemu yang lainnya!" Ucap Tuan Aiden pada akhirnya.
Akhirnya Nyonya Naira menuntun Gladys untuk naik ke tangga, Namun baru saja beberapa langkah keduanya di kaget kan dengan kemunculan Nathan yang tengah berjalan menuruni anak tangga.
Gladys menatap nanar ke arah sang suami, dalam hatinya penuh tanya. Apakah pria itu sudah pulang sejak tadi?' Pikirnya melayang jauh.
"Kau baru pulang?" Cicit Nathan, saat melihat Gladys berdiri tak jauh darinya dengan keadaan setengah basah meskipun tak melunturkan kecantikannya.
"Ya, dia baru pulang. bukannya seharusnya kau yang menjemputnya? kenapa malah Yuda yang melakukannya?" Sahut Nyonya Naira, yang nampak kesal dengan putra pertamanya itu karena selalu abai dengan kondisi istrinya sendiri.
Meskipun ia tau jika Nathan Nathaniel sudah lama seolah menjaga jarak dengan menantunya, hanya saja ia tak menduga jika Nathan akan setega itu pada Gladys.
"Tidak apa-apa Mom, Yuda atau siapapun tak masalah yang penting aku sudah sampai rumah kan?" Ucap Gladys seolah menutupi kesalahan Nathan untuk kesekian kalinya.
"Nah kan, Mom dengar sendiri kan? dia bilang jika siapapun yang menjemputnya tak ada bedanya, lalu kenapa di perbesar? Lebih baik kau ganti baju dan temui adikmu sana! kau harus meminta maaf padanya karena dosamu banyak padanya." Cibir Nathan sembari berjalan melewati Gladys dan Mommy-nya.
"Nathan!!!" Panggil Nyonya Naira namun tak di gubris oleh Nathan, yang malah melambaikan tangannya untuk pergi ke arah taman.
Sementara Gladys, Ia berusaha untuk terlihat tegar di depan sang mertua agar Mom Naira tak semakin curiga.
"Sudahkah Mom, Aku masuk dulu ya! Aku harus membersihkan diri terlebih dahulu sebelum menyusul kalian!"
"Baiklah, Cepatlah bersihkan dirimu dan segera turun untuk makan malam!" Jawab Nyonya Naira, Lalu melepas pegangannya dari bahu Gladys
Sehingga Menantunya itu bisa naik ke atas kamarnya untuk segera membersihkan diri.
Meskipun nampak tegar. Namun saat sendiri, Gladys adalah wanita yang rapuh. Di dalam kamar mandi Gladys menangis meratapi nasibnya yang tak pernah di cintai oleh suaminya sendiri.
Bahkan saat hamil pun, ia tak bisa mengatakannya kepada keluarganya sendiri akibat ancaman dari sang suami.
Kini Gladys menatap dirinya di dalam cermin, Bayangan masa lalu kembali teringat di otaknya.
Berulang kali Nathan menegaskan jika pernikahan mereka terjadi karena terpaksa, Dan ia sama sekali tak mau memiliki keturunan dari wanita seperti Gladys yang merupakan keturunan orang gila.
Hal itu sempat di ungkapkan oleh Nathan saat keduanya selesai memadu kasih.
"Minum ini! jangan sampai kau hamil." Cicit Nathan sembari melempar satu botol pil kontrasepsi ke arah Gladys.
"Tapi kak, Aku selalu mual meminumnya. apalagi Daddy Aiden bilang jika belum memiliki keturunan, sangat tidak di anjurkan jika kita meminum pil semacam ini, aku tidak......"
"Jangan banyak bicara!" Potong Nathan yang masih berdiri di samping ranjang, akhirnya kembali duduk dan menatap Gladys dengan nyalang.
Tubuh Gladys bergetar dengan wajah yang tertunduk, Tangannya berusaha untuk menarik selimut yang menutupi tubuhnya dengan rasa takut.
Nathan langsung mencengkeram kuat dagu sang istri agar Mendongak ke marahnya.
"Auuu sakit kak." Ucap Gladys mengiba, Air matanya kurun seiring rasa sakit hati yang di torehkan Nathan semakin dalam.
"Dengarkan aku baik-baik! aku tak sudi memiliki anak dari wanita keturunan orang gila seperti dirimu! Meskipun kita masih saudara, aku tidak sudi genetik gila dari ibumu menurun ke anakku! jadi awas saja jika sampai kau hamil karena tak mengikuti ucapanku, jangan salahkan aku jika aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri!"
Nyonya Juita adalah Mommy kandung Gladys pernah mengalami depresi berat setelah kehilangan bayinya sesaat setelah melahirkan, oleh sebab itulah tuan Nando terpaksa mengangkat anak dari panti asuhan untuk membuat istrinya kembali seperti semula.
Brak
Tubuh Gladys luruh di bawah wastafel kamar mandinya. Tangisnya pecah dengan tangan yang bergetar saat mengeluarkan secarik kertas dari saku celananya.
Sebuah kertas yang selalu mengingatkannya pada penyakit sang Mommy dan ancaman Nathan akan membunuh anaknya sendiri.
"Tidak, Mommy akan selalu melindungi mu, sayang! mommy tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu termasuk Daddy mu sendiri." Gumam Gladys sembari mengelus perutnya yang masih datar.