Aluna gadis lugu yang penuh dengan cobaan hidup. Sebenarnya dia gadis yang baik. Namun sejak dia dikhianati kekasih dan sahabatnya dia berubah menjadi gadis pendiam yang penuh dengan misteri. Banyak hal aneh dia alami. Dia sering berhalusinasi. Namun siapa sangka orang-orang yang datang dalam halusinasinya adalah orang-orang dari dunia lain. Apakah Aluna akan bahagia dengan kejadian tersebut. Atau malah semakin terpuruk. Ikuti kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🌹Ossy😘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2
Apapun yang terjadi aku akan tetap berdiri kokoh. Tidak ada yang bisa menghancurkan ku.
🔥🔥🔥
Deg...
" Suara itu.. Suara itu...tidak.."
Aluna terhuyung. Kepalanya berdenyut. Jantungnya berdebar kencang. Aluna mencari pegangan. Jangan sampai dia terjatuh. Dia tidak tahu bisa shock sampai seperti ini.
" Tidak... tidak mungkin. Tidak mungkin Bram berbuat sekejam ini. Tidak mungkin..." Aluna menggelengkan kepalanya. Dia menutup mulutnya. Dia tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
Tubuh Aluna luruh ke tanah. Namun dia harus kuat. Aluna masih ingin melihat dan mendengar kelanjutan percakapan mereka. Aluna mengambil ponselnya untuk merekam semua percakapan mereka. Akan dia gunakan sebagai bukti suatu saat nanti. Pasti akan sangat diperlukan.
"Janji ya sayang. Ini hari terakhir kamu bersama Aluna. Aku tidak ingin melihat lagi kamu berhubungan dengan dia...." Terdengar suara Alisha yang manja membujuk Bram.
" Sayang, kalau aku menjauhi Aluna, kita tidak bisa memanfaatkannya lagi. Dia sangat baik. Apa yang aku minta selalu dia berikan. Dan itu bisa buat kamu. Benar bukan. Kita berdua akan mendapat keuntungan.."
Aluna semakin terpuruk. Dia tidak percaya dengan pendengarannya. Berkali-kali jarinya mengorek kupingnya berharap kupingnya yang salah dengar. Namun suara yang kembali dia dengar membuat dia yakin kalau ini semua adalah nyata.
" Baiklah.. Kita teruskan sandiwara ini. Sampai kita bisa mengambil semua miliknya....."
Tak terasa airmata Aluna jatuh begitu saja. Sungguh tidak pernah dia sangka dan dia duga sama sekali. Sahabat dan kekasihnya berselingkuh di belakangnya.
"Hiks... Hiks..hiks..." Tak sadar Aluna terisak. Namun sejurus kemudian dia tersadar. Dia segera menutup mulutnya.Dan dengan mengendap dia pergi dari tempat tersebut. Aluna sudah tidak sanggup mendengar kalimat berikutnya. Aluna harus segera menjauh. Kalau tidak ingin ketahuan oleh Bram maupun Alisha.
"Aku harus segera pergi...." Aluna segera bangun dan melangkah menjauh. Dia tidak boleh bertemu mereka. Mereka tidak boleh tahu kalau dia mendengar semuanya.
Aluna berjalan cepat, menjauh dari taman. Hatinya hancur menyaksikan pengkhianatan itu. Airmata menetes di pipinya. Sebenarnya dia tidak ingin menangis. Tapi airmata itu keluar dengan sendirinya. Apa yang dia lihat sangat menyakiti hatinya.
" Tidak boleh cengeng.. " Aluna menghapus air matanya. Dia tidak mau ada yang melihat keadaannya yang menyedihkan. Diambilnya air minum kemasan yang dia bawa. Dituangkan sedikit ke tangannya, kemudian dicuci matanya. Untuk menyamarkan bekas air matanya.
Tiba-tiba ponselnya bergetar. Aluna mengusap pipinya dengan kasar. Kemudian mengambil ponselnya yang dia taruh di dalam tasnya. Aluna melihat siapa yang telah menghubunginya. Terlihat nama Bram tertera di sana. Aluna terdiam. Dia berpikir sebentar. Harus apa dan bagaimana. Dia bingung harus menjawab atau tidak.
Aluna yakin pasti Bram akan bertanya kenapa dirinya tidak datang di taman sore ini. Bram pasti menunggu kedatangannya. Aluna bimbang. Sejenak dia berpikir. Dia harus segera mengambil keputusan sebelum Bram curiga.
" Lebih baik aku pura-pura tidak tahu saja. Akan aku ikuti permainan kalian berdua..." Gumam Aluna sambil mengepalkan tangan.
Ponsel itu terus saja berdering. Aluna sengaja mengulur waktu. Dia yakin Bram akan terus menghubunginya. Aluna mengambil nafas dalam-dalam. Menetralisir detak jantungnya. Dan di saat nada dering yang ketiga, Aluna menjawab panggilan telepon tersebut.
" Halo, Iya Mas, Maaf aku tidak bisa datang. Aku disuruh lembur. Iya.. Iya maaf. Dadakan tadi. Ga sempet ngasih kabar Iya tidak apa-apa. Ok .. Lihat besok ya. Aku tidak bisa berjanji. Mana tahu besok disuruh lembur lagi. Lagian lumayan kan kalau aku lembur terus. Ok, aku tutup dulu telponnya sekarang ya. Ada bos besar lewat."
Aluna memutuskan panggilannya. Aluna menghela nafas panjang . Dia merasa lega bisa menjawab telepon dari Bram dengan lancar. Aluna takut Bram menyadari suara Aluna yang sedikit sengau.
Aluna tidak pernah berpikir kalau Bram akan mengkhianatinya. Selama ini, perlakuan Bram padanya sungguh sangat baik sekali. Bram terlihat sangat menyayanginya. Aluna masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya.
Pun juga dengan Alisha,. Alisha adalah orang pertama yang dikenal nya di ibukota ini. Alisha teman kerja Aluna. Mereka masuk kerja bersamaan. Sama-sama diterima di perusahaan yang sama walaupun beda bagian. Mulai saat itulah mereka dekat. Kemanapun mereka selalu bersama.
Bahkan tempat tinggal pun bersebelahan. Katanya agar bisa gampang kalau butuh sesuatu. Semua hal mereka bagi berdua. Semua hal mereka rasakan berdua.
" Kita memang selalu berbagi , tapi apakah harus berbagi kekasih juga... " Dengus Aluna kesal.
Semua memang diluar pemikiran Aluna. Kebaikan Alisha ternyata harus dibayar dengan sangat mahal. Namun apakah harus dengan mengambil kekasihnya.
" Tunggu saja kalian berdua. Sampai ku temukan bukti. pengkhianatan kalian. Tak akan ku beri ampun. Jangan remehkan manusia lemah ini... " Aluna mengepalkan tangan. Aluna segera berlalu meninggalkan tempat tersebut. Walaupun sebenarnya dia ingin mendatangi mereka. Namun Aluna tidak mau . Dia harus segera pulang. Dia harus beristirahat untuk menyusun segala rencana kedepannya, menghancurkan mereka berdua dengan cara yang elegan.
Aluna segera mencari angkot yang menuju arah rumahnya. Walaupun sebenarnya Aluna masih ingin menikmati senja. Ingin melampiaskan segala rasa yang ada di dalam dada.
Tiba-tiba Aluna terdiam. Dari kejauhan dia melihat motor Bram. Semakin dekat dan terlihat jelas Bram berboncengan dengan Alisha.
Tanpa pikir panjang Aluna langsung masuk ke dalam angkot yang tiba-tiba berhenti di depannya. Aluna segera naik dan mengambil tempat duduk di belakang yang kebetulan kosong. Aluna berharap mereka tidak melihatnya.
Aluna melihat ke luar jendela. Dia tertegun. Dia masih melihat motor Bram. Aluna segera memalingkan wajahnya. Menyembunyikan tubuhnya. Dia tidak ingin mereka melihatnya di dalam angkot tersebut. Aluna tidak ingin mereka tahu kalau Aluna sudah melihat mereka.
Namun sejenak pandangan Aluna terpaku pada penumpang angkot yang tepat berada di depannya. Tidak sengaja pandangan mereka bertemu. Aluna tertegun sejenak. Namun sejurus kemudian dia segera memutus pandangan nya tersebut. Dia segera memalingkan mukanya.
" Kenapa harus cowok sih yang duduk di depanku..." Ucapnya dalam hati. Aluna menundukkan wajahnya. Namun sejurus kemudian dia mengangkat muka lagi. Tak sengaja bertemu pandang lagi. Karena kebetulan laki-laki di depannya sedang memandangi juga.
" Mata itu..." Aluna diam. Dia terpaku dengan mata laki-laki tersebut.
" Seperti pernah melihatnya. Di mana ya. Seperti pernah bertemu, tapi kapan. " Aluna menggelengkan kepalanya. Aluna berusaha mengingatnya . Namun tetap tidak bisa menemukan jawabannya.
Sejenak Aluna terlupa dengan kejadian tadi. Entah mungkin karena pemandangan di depannya. Aluna ingin menikmatinya. Meski Aluna tidak punya keberanian. Aluna menundukkan kepalanya, menjaga pandangannya. Dia hanya berani melirik sekilas saja.
Bukan karena ingin mencari perhatian. Tapi Aluna hanya ingin memastikan kalau orang yang duduk di depannya adalah orang yang dia kenal.
" Ada apa Mbak kok senyum-senyum sendiri.."
Deg...
Aluna terkejut mendengar suara orang yang di depannya. Aluna menengok kanan dan kiri. Apakah pertanyaan itu ditujukan untuknya.
" Tidak ada apa-apa mas..." ucap penumpang wanita di sebelah Aluna.
Aluna menarik nafas lega. Ternyata pertanyaan itu bukan untuknya. Padahal jantungnya sudah berpacu demikian kencang. Dia merasa malu kalau sampai ketahuan mencuri-curi pandang.
Aluna memandang ke luar jendela. Dia baru menyadari sesuatu. Jalan yang di lalui bukan jalan yang biasanya dilewati angkot yang menuju tempat tinggalnya.
"Apa aku salah naik angkot ya.." Gumamnya pelan sambil mengamati suasana di luar angkot.
" Astaghfirullah ternyata benar salah naik angkot.." Aluna terpekik, Aluna panik. Dia baru sadar angkot yang dia tumpangi menuju arah yang berlawanan dengan arah tempat tinggalnya. Semua penumpang menoleh ke arahnya. Aluna jadi kikuk.
"Kiri bang..." Aluna menghentikan angkotnya dan segera turun.
" Aku harus kemana ya... " Aluna melihat ke sekeliling. Dia belum tahu saat ini berada di daerah mana. Aluna memang jarang bepergian. Hari liburnya dia gunakan untuk istirahat.
Setelah mengamati sebentar, Aluna memastikan akan beristirahat dahulu mencari tempat duduk. Dia ingin menikmati senja terlebih dahulu. Sore sangat cerah. Sayang kalau di lewatkan. Meskipun dia hanya sendirian saja.
Aluna melihat sebuah taman diujung sana. Dengan langkah ringan Aluna terus melangkah menuju ke sana. Aluna merasa harus bersikap tenang. Dia harus terlihat baik-baik saja. Apapun yang dia alami tidak boleh terlihat menyedihkan. Walaupun hancur sekalipun, harus terlihat baik-baik saja.
" Alhamdulillah,... Allah masih sayang padaku. Alhamdulillah semua sudah ditunjukkan kebenarannya.. "
Hatinya memang terluka. Namun Aluna harus bersyukur. Semua ketahuan sebelum mereka menikah.
Aluna terus melangkah ke depan. Namun belum juga menemukan tempat untuk beristirahat. Tempat yang tadi dikira taman ternyata hanya taman kecil saja.
"Ini di mana sih, Semua gara-gara mereka berdua. jadi nyasar deh..." Aluna menggerutu. Dia kebingungan. Dia menengok ke kanan dan kiri. Melihat-lihat siapa tahu ada tempat yang tepat untuk beristirahat.
Akhirnya Aluna mencari tempat duduk. Dia menemukan sebuah bangku kosong di sisi jalan tersebut. Dia duduk untuk melepas lelah.
" Capek juga berjalan. Dari sini harus naik apa untuk pulang ke rumah." Aluna melihat ke sekeliling. Dia membaca satu persatu angkutan yang lewat. Mencari angkutan yang menuju pulang.
Tidak biasanya dia kebingungan seperti ini. Dia biasa pergi sendiri. Dia biasa melakukan perjalanan sendiri. Namun kali ini benar-benar otaknya buntu. Tiba-tiba pandangannya terhenti di satu titik. Dia melihat sepasang pemuda pemudi sedang bergandengan tangan. Aluna gemetar. Dia teringat kejadian tadi.
" Ya Allah kuatkan hati hambamu ini. Aku tidak tahu bagaimana bersikap kalau nanti bertemu Alisha ataupun Bram..."
Aluna memejamkan mata. Dia harus terus melangkah. Dia tidak bisa diam di tempat tersebut. Dia harus pulang. Akhirnya Aluna pasrah. Dia akan beristirahat sebentar. Matahari telah redup. Warna jingga di ufuk barat terlihat begitu indah. Aluna menarik nafas panjang dan menghembuskan secara perlahan.
Senja yang indah tidak mungkin dilewatkan begitu saja. Cahaya kuning keemasan berkilauan mengenai wajahnya. Aluna tersenyum. " Senja tidak akan pernah ingkar janji. Dia akan selalu datang di waktu yang sama dengan membawa keindahan.."
" Lupakan apa yang ku lihat tadi . Biarlah itu urusan nanti. Aku akan menikmati senja saja.. Sungguh sangat sayang untuk dilewatkan.. Biarlah semua berjalan dengan yang semestinya... " Ucapnya pelan.
Matanya menatap lurus ke arah barat. Memandang langit jingga yang terlihat begitu indah. Matahari sudah tidak terik lagi. Warna jingga yang menghias langit, terlihat seperti kilauan emas.
Aluna tersenyum. Dia harus kuat. Dia tidak boleh terpuruk hanya karena dikhianati. Aluna sejatinya adalah gadis yang kuat. Dia yakin bisa menjalani semuanya dengan baik.
Namun baru duduk sebentar, Aluna melihat penampakan Bram dan alisha di ujung jalan. Bram terlihat memeluk pinggang Alisha. Mereka berjalan pelan sambil sesekali terlihat Bram mencium pucuk kepala Alisha.
Aluna memegang dadanya. Terasa sangat nyeri. Matanya berkaca. Namun segera diusapnya. Dia tidak boleh menangis. Apalagi ditempat umum seperti ini.
" Kenapa dunia sesempit ini. Kenapa harus kembali bertemu disini. Padahal aku sudah mengalah menjauh." Aluna mendesah pelan untuk mengusir rasa sesak di dada. Namun sama saja. Terasa semakin sesak dan sakit.
Aluna bangkit dari duduknya. Dia harus segera pergi. Jangan sampai mereka melihatnya. Dia tidak mau mereka melihat Aluna yang menyedihkan seperti ini. Dia harus menghindari mereka saat ini.
Aluna melangkah dengan cepat tanpa menoleh. Dia menyebrang jalan. Aluna terus berjalan. Dia harus menjauh dari kedua orang tersebut. Dia tidak ingin menyaksikan pemandangan yang menyakitkan hatinya.
Dia tidak menyadari langkahnya yang semakin jauh . Jauh meninggalkan taman tersebut. Berjalan terus berjalan. Mencoba mengalihkan segala rasa gundah yang ada...
Langkahnya kian cepat menjauh dan terus menjauh dari dua pengkhianat tersebut...
Bersambung