Anna diperkosa Dean Monteiro yang menginap di hotel karena mabuk. Anna ancam akan penjarakan Dean. Orang tua Dean memohon agar putranya diberi kesempatan untuk bertanggung jawab. Akhirnya Anna bersedia menikah dengan Dean, tapi Dean berniat ceraikan Anna demi menikahi kekasihnya, Veronica.
Anna terlanjur hamil. Perceraian ditunda hingga Anna melahirkan. Anna yang tidak rela Dean menikah dengan Veronica memutuskan untuk pergi. Merelakan bayinya diasuh oleh Dean karena Anna tidak sanggup membiayai hidup bayinya.
Veronica, menolak mengurus bayi itu. Dean menawarkan Anna pekerjaan sebagai pengasuh bayi sekaligus pembantu. Anna akhirnya menerima tawaran itu dengan bayaran yang tinggi.
Dean pun menikahi Veronica. Benih cinta yang tumbuh di hati Anna membuat Anna harus merasakan derita cinta sepihak. Anna tak sanggup lagi dan memutuskan pergi membawa anaknya setelah mendapat cukup uang. Dean kembali halangi Anna. Kali ini demi Dean yang kini tidak sanggup kehilangan Anna dan putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alitha Fransisca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 ~ Keputusan Menikah ~
Anna melangkah tertatih menuju pintu. Meninggalkan orang-orang yang bertindak semena-mena terhadapnya. Namun, dalam hatinya, Anna tidak akan membiarkan begitu saja laki-laki yang telah merusak kehormatannya. Anna bertekad ingin menyeret laki-laki itu ke meja hijau. Laki-laki itu harus bertanggung jawab atas perbuatannya.
Tiba-tiba laki-laki paruh baya itu memutuskan putranya harus menikahi Anna. Langkah kaki Anna terhenti. Laki-laki perusak kehormatan itu pun protes dengan keputusan ayahnya. Dean Monteiro berusaha menghindar dari perintah ayahnya meski tahu tak akan mudah menentang keputusan ayahnya itu.
"Nggak bisa! Aku nggak akan menikah dengan gadis kampung itu! Kalau Daddy memaksa aku akan pergi dari sini dan tidak akan kembali," ucap Dean dengan keras berusaha menggertak ayahnya.
"Dean! Bicara apa kamu? Jangan asal bicara," ucap Maria. Ibunda Dean Monteiro dengan raut wajah khawatir.
“Biar aja Mom! Jika harus tunduk pada keinginan Daddy. Lebih baik aku pergi!”
"Pergilah!"
Bentak Tn. Monteiro jauh lebih keras. Membuat Dean sendiri tertegun sambil menelan ludah. Sementara sang ibu langsung gemetar dan mencoba menegur anaknya demi menghindari murka sang ayah. Dean langsung menoleh ke arah Anna dengan tatapan yang menyalahkan. Dengan langkah cepat menyusul Anna.
"Ini semua gara-gara kamu! Aku nggak akan nikahi kamu. Ini semua kesalahan kamu. Salah kamu sendiri masuk ke kamarku!" bentak Dean mencoba mencari cara lain untuk menghindar dari tanggung jawabnya.
Menyalahkan Anna yang masuk ke kamar presidential suite itu hingga terjadi peristiwa perkosaan itu. Dean menggenggam lengan Anna begitu erat. Menatap dengan sorot mata yang tajam. Berharap gadis itu ketakutan lalu menghilang dari hadapannya dan melupakan segalanya.
"Tuan tidak tahu bagaimana kotornya tempat ini? Membersihkan kamar ini memang tugasku. Tuan sendiri yang tidak memberi tanda agar Tuan tidak diganggu! Aku rasa bukan kali ini saja Tuan menginap di hotel. Tuan pasti tahu prosedur kebersihan kamar hotel. Jangan coba-coba menyalahkan aku!" bentak Anna mencoba melepaskan genggaman tangan Dean dari lengannya.
"Aku … pokoknya aku tidak akan menikah denganmu," ucap Dean lebih lunak tapi masih dengan tatapan mata yang tajam. Seolah-olah ingin menyadarkan Anna bahwa dirinya tak akan bertanggung jawab dengan cara seperti itu.
"Aku tidak menuntut pertanggungjawaban seperti itu. Aku ingin Tuan di penjara!"
Jerit Anna membuat tangan Dean sontak terangkat. Ingin melayangkan tamparan ke arah gadis yang selalu menentang ucapannya itu. Tn. Monteiro berteriak menghentikan Dean. Anna justru balik membalas tatapan Dean tak kalah tajamnya.
"Tampar … ! Tampar saja … ! Ini akan melengkapi laporan kekerasan yang kamu lakukan terhadap aku!" seru Anna yang tak lagi menggunakan panggilan hormat pada laki-laki itu.
"Dean! Kamu nikahi dia atau kamu pergi!" bentak Tn. Monteiro.
"Daddy?" tanya Ny. Maria.
"Biarkan dia pergi! Selama ini kita memang tak pernah merasa punya anak! Hal yang kita rasakan di usia tua justru hanya membereskan kelakuannya. Menutupi kesalahan-kesalahannya. Kita tidak pernah merasakan bakti dari satu-satunya anak kita. Semua karena wanita itu. Wanita yang kamu sanjung-sanjung sebagai calon menantu terbaikmu ….”
“Daddy … ini nggak ada hubungannya Vero,” sanggah Ny. Maria.
“Apa … ? Apa kebaikan yang kamu dapatkan dari wanita yang hanya membuat anakmu menjadi laki-laki yang manja! Laki-laki yang hanya bisa membuat onar di usianya yang sudah cukup dewasa!” lanjut Tn. Monteiro.
“Daddy …” ucap Dean lalu diam tak bisa berkata-kata.
“Dapat masalah sedikit saja langsung frustasi. Mabuk, merengek menangisi wanita itu. Menjadi seorang yang tidak punya rasa tanggung jawab! Bahkan masa depannya sendiri dia tidak peduli! Apa mungkin dia memikirkan masa depan kita? Kita semakin tua, apa mungkin kita bergantung padanya?” tanya Tn. Monteiro pada Ny. Maria.
“Dia pasti akan berubah suatu saat nanti,” jawab Ny. Maria.
“Kapan? Kamu sudah katakan itu sejak 7 tahun yang lalu. Perubahan apa yang kamu dapatkan?” tanya Tn. Monteiro.
“Mungkin setelah menikah dengan Veronica, dia jadi seorang yang bertanggung jawab,” balas Ny. Maria berusaha membela.
“Setelah menikah dengan wanita itu? Aku tidak suka Veronica sejak awal. Dia hanya membawa keburukan bagi putramu tapi demi persahabatanmu dengan wanita-wanita kelas atas itu, kamu jadikan putramu sebagai umpan ….”
“Umpan bagaimana?” tanya Ny. Maria.
“Agar kamu menjadi anggota yang dihormati dalam perkumpulanmu. Kamu sandingkan putramu dengan putri ketua kelompokmu itu. Apa perlu sampai seperti itu? tanya Tn. Monteiro.
“Aku tidak umpankan seperti itu. Kebetulan mereka berkenalan dan saling suka ….”
“Sudah … ! Cukup! Aku tidak bersedia bereskan masalah yang ditimbulkan oleh dia lagi. Nikahi gadis itu atau kamu pergi, Dean!" ucap Monteiro bergantian pada istrinya dan putranya.
"Apa? Tidak Tuan. Aku menolak menikah dengannya! Aku tidak sudi menikah dengan laki-laki seperti itu. Aku ingin dia dihukum. Aku hanya ingin dia dipenjara!" seru Anna sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Dean di lengannya.
“Apa? Sombong sekali kamu!” bentak Dean sambil mengangkat sebelah tangannya hendak menampar Anna.
Anna menghentakkan lengannya hingga membuat genggaman tangan Dean terlepas. Anna segera berlari menuju pintu ruangan. Anna ingin segera berlalu dari tempat itu. Anna ingin melaporkan perbuatan Dean Monteiro.
"Tunggu!" panggil Tn. Monteiro dengan raut cemas.
Langkah Anna terhenti. Sebenarnya Anna tidak ingin berada di ruangan itu lebih lama lagi. Tak sanggup lagi seruangan dengan orang-orang yang hanya merendahkannya. Namun, bapak itu memanggilnya. Satu-satunya orang yang menyisakan rasa hormat dan tak menghina gadis miskin sepertinya. Demi bapak itu, entah kenapa Anna menghentikan langkahnya.
Anna membalik badan dan terkaget. Apa yang dilihatnya sungguh sangat mengejutkan. Bapak itu perlahan menurunkan kakinya satu persatu dan berlutut di hadapan Anna. Ketegasan Anna yang ingin melaporkan perbuatan putranya memaksa bapak itu melakukan hal seperti itu. Tidak hanya Anna yang terkejut tapi semua yang berada di ruangan itu.
"Menjaga nama baik dan kehormatan keluarga. Itu yang aku lakukan selama ini. Nama baik itu yang menjadi pegangan hidupku. Aku tidak mau nama baik keluargaku hancur di tanganku. Karena aku yang tidak mampu mendidik anakku …."
"Tuan tolong berdirilah. Jangan seperti ini," ucap Anna dengan mata yang berkaca-kaca, merasa tak pantas diperlakukan seperti itu.
Pemilik hotel di mana dia bekerja justru berlutut dihadapannya. Air matanya mengalir semakin deras membasahi pipinya. Mengingat pengorbanan seorang ayah. Anna teringat pada ayahnya yang juga berjuang membesarkannya.
"Aku tidak akan berdiri sebelum kamu batalkan niat melaporkan putraku. Sebelum anak itu pergi. Maka aku belum lepas dari tanggung jawabku terhadap anak itu," jawab Tn. Monteiro.
Membuat Anna dan semua yang berada di ruangan itu tertunduk. Anna sendiri tidak tahu pilihan apa yang terbaik baginya. Namun, dari lubuk hatinya yang paling dalam, Anna merasa kasihan pada atasannya yang berlutut di hadapannya.
Dean menarik tangan gadis itu dan membawanya ke balkon. Anna memalingkan wajahnya karena Dean yang hanya mengenakan kain putih yang melilit hingga sebatas pinggangnya.
"Jangan laporkan aku. Aku beri kamu kompensasi yang besar atas apa yang sudah aku lakukan padamu," ucap Dean memberikan tawaran.
"Aku tidak menjual diri," ucap Anna dengan sorot mata tajam.
"Jangan sombong! Seumur hidup kamu bekerja banting tulang jadi pembantu di hotel ini tidak akan mampu mengumpulkan uang sebanyak yang aku berikan padamu," ucap Dean kesal.
"Aku tahu, tapi jika aku terima uang itu, selamanya aku tidak bisa mengangkat wajahku di hadapan kamu! Tidak perlu bicara lagi. Serahkan saja dirimu ke polisi!" seru Anna hendak melangkah pergi dari hadapan Dean tapi laki-laki itu menahan lengannya.
"Jadi kamu mau menikah denganku?" tanya Dean dan menarik gadis itu mendekat padanya.
Anna menatap tajam sekaligus sendu wajah tampan yang begitu dekat dengannya itu. Ditanya seperti itu Anna sendiri tidak tahu harus menjawab apa. Keputusan apa yang terbaik bagi mereka. Hanya saja Anna tidak rela laki-laki itu bebas dari tanggung jawabnya.
"Uang itu hanya secuil dari saldo rekeningmu tapi bagiku, aku telah kehilangan kehormatanku untuk seumur hidupku. Aku tidak tahu bagaimana pandangan seorang suami terhadap aku kelak jika menerima uangmu. Bagaimana aku bisa jelaskan kalau aku kehilangan kesucianku karena direnggut paksa. Jika kamu dipenjara, aku punya bukti bahwa aku adalah korban perkosaan …."
"Kamu tega melihat ayahku yang telah tua itu berlutut di hadapanmu?" tanya Dean.
Pertanyaan Dean membuat langkah Anna langsung terhenti. Gadis itu tertunduk. Anna memang tidak tega melihatnya. Gadis itu hampir saja luluh saat bapak itu memohon padanya. Melihat Anna yang tertegun, Dean menetapkan keputusan.
"Baiklah aku akan menikah denganmu. Mungkin kamu ingin merasakan jadi istri terhormat seorang pengusaha kaya tapi ingatlah aku tidak akan mencintaimu ….”
“Apa katamu?” tanya Anna merasa terhina.
“Aku tidak akan menganggapmu sebagai seorang istri tapi hanya sebagai pembantu dan jika waktunya tiba aku akan menikahi kekasihku. Kamu tidak boleh melarangku," jelas Dean lalu kembali masuk ke kamar kelas presidential suite itu.
"Aku bersedia menikah dengannya Daddy," ucap Dean lantang.
Setelah melihat kemarahan ayahnya. Dean merasa ayahnya sungguh-sungguh bisa mengusirnya. Tanpa fasilitas dari keluarga, kekasih yang dicintainya pun bisa mendepaknya. Dean merasa tak sanggup menjalani hidup seperti itu.
Mengambil keputusan untuk menikahi Anna seolah-olah adalah keputusan berat baginya. Namun, dibalik semua itu terselip niat ingin pertahankan segala kemewahan yang tak sanggup dilepasnya. Dean seolah pasrah dan patuh pada perintah ayahnya. Padahal sesungguhnya semua itu demi mengamankan posisinya sebagai ahli waris tunggal seluruh harta ayahnya.
"Benarkah? Apa itu benar?" tanya Monteiro pada Anna yang baru memasuki ruangan itu.
Anna mengulurkan tangannya, meminta Tn. Monteiro untuk berdiri dari posisi berlutut. Tn. Monteiro meraih kedua tangan Anna dan menggenggamnya dengan penuh harapan. Ny. Maria menatap adegan itu dengan wajah kesal. Sementara Dean hanya tersenyum sinis sambil berkacak pinggang.
...🍀🍀🍀 ~ Bersambung ~ 🍀🍀🍀...