Agnia merupakan anak keluarga kaya raya. Ia akan berencana akan menikah dengan kekasihnya namun tepat di hari pertunangannya, ia malah melihat kekasihnya bermain api dengan sahabatnya sendiri.
Ia pikir status dan derajat yang sama bakal membuat semuanya bahagia. Tapi, ternyata ia jatuh pada seseorang yang bahkan tidak pernah dia pikirkan sebelumnya....
"Kehormatan mu akan terganggu jika bersama pria seperti ku!"
"Apa pentingnya kehormatan jika tak mendatangkan kebahagiaan?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Eng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Agnia Hardianto
Sinar matahari berhasil membuat sepasang mata yang terpejam terganggu. Agnia mengerjap lalu terbangun dengan kepala yang kali ini jauh lebih berat dari sebelumnya. Perlahan , ia mulai mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan merasa tempat itu begitu asing untuknya.
Sebuah ruangan bercat terang tanpa foto atau hiasan apapun. Tidak terlalu bagus, namun tidak adil juga jika ia mengatakan jelek. Furniture yang ada juga standard. Ia menebak, rumah ini memang milik rakyat biasa.
"Dimana aku?" batinnya sambil membetulkan posisinya. Ia meraba sofa bertekstur agak kasar lalu sesekali memejamkan matanya lagi karena denyutan di kepalanya masih terasa mengganggu.
"Kau sudah bangun?"
Agni terkejut karena seorang pria yang sama sekali tidak ia kenali kini melempar pertanyaannya kepadanya. Siapa dia? Apakah dia orang jahat?
"Siapa kamu?" tanya Agnia yang kini benar-benar membuka matanya lebar-lebar. Perasaannya takut, juga was-was.
Pria berwajah datar itu memindai tampilan kusut Agnia.
"Aku kira kau lemah. Ternyata, kau galak juga." sahut pria itu sambil mendudukkan tubuhnya ke sofa, "Aku bukan orang jahat. Kau hampir mati karena ku tabrak saat mau tiba-tiba jatuh di jalan, tidakkah kau ingat?"
Agni mencoba mengingat-ingat. Dan ia akhirnya berhasil mengingat kejadian terakhir sebelum ia tak sadarkan diri. Ia lalu menatap seraut wajah segar yang terlihat seperti baru saja mandi dengan bingung.
"Kenapa kau membawaku kemari?" tanya Agni lagi.
Pria itu terkekeh demi pertanyaan konyol. Membuat gigi bersih nan rapih itu terlihat jelas menghiasi wajah tampannya.
"Lalu aku harus membawa mu kemana? Ke Dinas Sosial? Atau seharusnya ku tinggalkan saja kau semalam."
Agni seketika terdiam. Ia memejamkan matanya lagi dan memilih tak mendebat meskipun ia ingin. Lagi-lagi kepalanya berdenyut.
Oh ya ampun, kenapa dalam sekejap hidupnya berputar haluan pada posisi seperti sekarang ini? Usai menenangkan dirinya, ia mulai membuka matanya lagi lalu melihat kalender di atas meja pria asing itu.
"Astaga, sudah tanggal 7?" ia menjengit kaget.
Pria di depannya semakin mengerutkan kening.
"Jadi aku..."
"Sebentar, kau ini bukan ODGJ kan?" kata si pria yang bingung dengan perilaku janggal Agnia.
Agnia yang di sebut seperti itu langsung melempar tatapan tajam kepada pria di depan.
"Apa kau bilang?"
"Aku curiga kau ini bukan orang waras!" kata pria itu sebab gelagat Agnia benar-benar aneh.
"Kurang ajar. Aku mau pergi saja!" kata Agni yang kesal karena di sebut orang gila.
"Tunggu dulu!" sergah pria itu dan berhasil mencegat langkah Agnia.
Agnia nyaris percaya diri karena menyangka pria asing itu bakal meminta maaf.
"Apa kau pikir bantuanku gratis?" ucap si pria kali ini dengan mengelilingi Agnia yang berdiri melongo karena tak percaya dengan jawaban yang terlontar.
Agni menatap kesal ke arah pria itu. Apa pria itu benar-benar mau minta ganti rugi? Benar-benar bukan orang baik, begitu pikirnya.
"Aku akan pulang dulu, nanti akan ku bayar!" ketusnya.
Membuat si pria tertawa sumbang.
"Bagiamana kau bisa membayar, kau bahkan terlihat seperti gelandangan. Tapi, tunggu dulu, bukankah ini baju rumah sakit?"
Agni seketika tersugesti melihat ke arah tubuhnya sendiri. Pria di depan itu sangat benar.
"Kau punya handphone?" tanya Agnia yang tiba-tiba memiliki ide.
"Untuk apa?"
"Punya apa tidak?" kata Agni sedikit menaikkan nada suara.
Pria itu langsung menyodorkan ponsel hitam kepada Agni meskipun ia masih melempar tatapan curiga.
"Kau mau menelpon keluarga mu?"
"Aku tidak punya keluarga!" jawab Agni masih ketus sembari jarinya mulai menelusuri mesin pencari.
"Lalu kau mau apa?"
Tapi Agni tak langsung menjawab, ia sejurus kemudian menjawab dengan cara menyodorkan sebuah gambar dan biodata dirinya kepada pria itu, hasil pencariannya di laman pencarian.
Pria itu langsung berubah raut wajahnya menjadi sangat serius kala membaca artikel di ponselnya.
"Kau Agnia Hardianto?" tanya pria itu tak percaya.
Agni mengangguk dengan tatapan sayu. Antara bangga juga malu.
Tapi pria itu masih tidak percaya. Sebab keadaannya begitu jungkir balik. Bagiamana bisa anak konglomerat di kota Z ini berpenampilan seperti ini. Apa yang sedang terjadi?
"Apa yang terjadi padamu?" tanya pria itu semakin serius. Menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi.
Namun bukannya berhasil menjawab, Agni tiba merasa dadanya sesak karena sedih. Ia kembali mendudukkan tubuhnya ke sofa lalu tiba-tiba menangis. Membuat pria itu terdiam.
"Aku tidak tahu kalau di khianati ternyata rasanya sesakit ini!" ucapnya di sela-sela tangis yang menyayat kesunyian.
Entah mengapa, pria itu merasa tak kuasa. Dia lantas pergi ke belakang dan langsung membuatkan makanan cepat saji berupa oatmeal untuk Agni dan juga memberikan segelas susu hangat.
"Tidak usah cerita jika kau tidak mau. Makan lah dulu, aku akan keluar sebentar!"
Agni menatap pira yang kini telah berlalu dari pandangannya sampai pintu baja itu tertutup rapat. Agni menatap nanar semangkuk sarapan dan susu hangat yang kini terhidang di hadapan. Sejenak ia benar-benar seperti gelandangan yang makna saja di beri oleh orang lain.
Ia bahkan belum tahu nama pria tadi, tapi ia dengan percayanya kini melahap semangkuk sarapan dan menandaskan segelas susu hangat karena rasa lapar. Beberapa saat kemudian, pria itu terlihat sudah kembali dengan dua kantung kertas di tangannya.
"Ini perlengkapan mandi wanita. Produk biasa, tidak seperti yang kau pakai di rumah mu. Uangku juga hanya cukup untuk membeli dua potong pakaian ini!" seru si pria.
Agni tertegun sejenak, ia lalu melihat dua kantung yang di bawa pria itu untuknya. Ada perasaan berterimakasih karena rupanya pria itu memperhatikan keadaannya.
"Catat saja sebagai hutang. Nanti akan aku bayar!" ungkapnya dan mulai berdiri.
Pria itu diam dengan muka datar saat Agni meraih dua kantung di tangannya. Namun di saat bersamaan, ekor matanya berhasil melihat mangkuk dan gelas yang sudah kosong di depan sana. Makanan itu habis tak bersisa, apa perempuan tadi benar-benar kelaparan?
Beberapa saat kemudian, ponselnya bergetar. Dan sebuah pesan yang masuk berhasil membuatnya terpaku.
Agni Hardianto jatuh dari tangga pasca pertunangan!
Agni Hardianto hilang dari rumah sakit, rumor beredar dia di culik!
"Itu berita terbaru orang yang kau minta. Memangnya ada apa?" kata seseorang melalui pesan.
"Sial!" pria itu mengumpat dan tak membalas pesan dari seseorang yang tadi dia tugaskan.