Raika, telah lama hidup dalam kesendirian sejak kematian ayahnya. Dunia yang berada diambang kehancuran memaksanya untuk bertahan hidup hanya dengan satu-satunya warisan dari sang ayah; sebuah sniper, yang menjadi sahabat setianya dalam berburu.
Cerita ini mengisahkan: Perjalanan Raika bertahan hidup di kehancuran dunia dengan malam yang tak kunjung selesai. Setelah bertemu seseorang ia kembali memiliki ambisi untuk membunuh semua Wanters, yang telah ada selama ratusan tahun.
Menjanjikan: Sebuah novel penuhi aksi, perbedaan status, hukum rimba, ketidak adilan, dan pasca-apocalipse.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahril saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 Butiran bercahaya.
Gelap, hanya ada kegelapan di sekitarku. Apa yang terjadi? ... Tubuhku juga dingin, hanya bisa menahan kedua kaki sambil memejamkan mata, karena tidak ada yang bisa kulihat. Entah kenapa, aku merasa, tidak menapak dengan tanah, seperti mengambang di suatu tempat.
'Hu, Apa...itu?' menatap cahaya biru berbentuk butiran-butiran kecil yang secara perlahan menampilkan wujud manusia.
Wujud tersebut berperilaku aneh, ia seperti merangkul tanpa ada pergerakan. Namun, dari pelukannya perlahan menampilkan seorang bayi yang seperti di lindungi oleh-nya.
Aku mencoba untuk menyapa, tetapi suaraku hampir tidak bisa di dengar oleh diriku sendiri. Tidak menyerah, suara, ku-keluarkan dengan lebih keras. Namun ...
Kenapa...mataku seketika basah dengan air yang tak dapat di bendung.
'Apa yang terjadi, kenapa?'
BOUSS
Tempat yang gelap, seketika di penuhi cahaya biru meski tidak semuanya. Di hadapanku terbentuk sebuah asap biru besar yang berputar dengan petir di mana-mana, wujud itu perlahan menjauh, mendekati lubang bercahaya di tengah asap.
Aku berteriak untuk memperingatinya.
WOOUS
Cahaya lenyap, membuat penglihatan menjadi gelap gulita kembali ...
***
TENT---TENT---TENT
"Hu ..." Membuka mata perlahan-lahan. Sebuah ruangan putih dengan beberapa interior bersih terlihat begitu jelas.
"Huh!" langsung terduduk, terkejut, karena apa yang ku lihat sekarang.
Kakiku merasa tertahan oleh kasur yang lembut, tidak kotor, ataupun berlubang. Aroma segar dengan udara hangat membuatku terdiam, karena jarang sekali mendapatkan momen langka ini.
Saat pandanganku tertuju pada sebuah lampu, suara pintu terbuka dari samping, menampilkan ke tiga orang yang tidak asing di hidupku.
"Raika! ... Syukurlah, kamu sudah sadar," ucap Mio tergesa-gesa menghampiriku.
Yuya dan Yuto juga memasuki ruangan, mereka tampak baik-baik saja dengan senyum di wajahnya.
"Yo...akhirnya kau bangun juga, aku telah berlatih menembak dengan lebih baik, jadi, kali ini pasti tidak akan meleset," sapa Yuto dengan semangat.
Yuya, meletakan keranjang berisi buah-buahan di atas meja kecil, sebelah kasur. "Sudah lama, akhirnya siuman juga. Apakah masih ada rasa sakit yang tersisa, Raika?" tanya Yuya.
Menggelengkan kepala.
"Sudah lama? Berapa lama aku tertidur?" tanyaku balik.
"24 hari, setelah kematian Bridgecrash," jawab Yuya.
"24? Apa kau tidak salah Yuya? Dan apakah aku sedang berada di eksp---"
Yuya menepuk tangan satu kali.
Mio berbisik. "Tidak ada yang tahu tentang kekuatan mu, tidak perlu khawatir."
"Aku tau, kau pasti bingung, kenapa bisa berada di tempat yang seperti ini, yah," ujar Yuto.
"Biar aku cer---"
"Tunggu...Kau pasti akan ngawur kalo cerita, nanti akan; akulah penebak terhebat, hohoho ...."
"Oi...."
Mereka berdua sedang adu debat.
Yuya tertawa kecil. "Singkatnya, kami telah bergabung dengan pasukan Distrik 11."
"Pasukan?"
"Yah, setelah kejadian itu, aku Yuya dan Mio, membawamu kembali ke dalam Camp, hanya saja Raika, kamu mengalami overheart akibat terlalu banyak menggunakan tenaga. Jadi, sekarang kamu masih dalam pemulihan."
"Tunggu, overheart? Tapi, aku tidak menggunakan fury mode, dan aku rasa tidak terlalu lama juga menggunakan kekuatan itu."
Yuya mengangguk. "Sejujurnya, aku juga baru tahu. Overheart terjadi akibat terlalu banyak menggunakan tenaga, dan juga, tubuh selalu di aliri oleh tekanan Oaris dalam jangka waktu yang lama.
Namun, dalam kasus-mu, Raika, aku rasa itu ada hubungannya dengan kekuatan yang kamu miliki. Untungnya, para dokter di sini tidak menemukan kejanggalan apapun, jadi untuk sekarang, tidak ada yang mengetahui tentang kekuatan tersebut."
"Begitu...yah, tapi apakah kalian tidak keberatan bergabung dengan pasukan?"
"Soal itu, aku sudah memikirkan ini bersama yang lain, kami juga di perbolehkan menggunakan tempat ini untuk merawat-mu. Jadi, kurasa tidak ada salahnya untuk menerima kesempatan yang mereka tawarkan."
"Bodoh! Jika menebak harus ...."
Pintu, kembali terbuka dengan tiba-tiba, menghentikan pertengkaran Mio dan Yuto. Seorang Wanita berambut merah, Feilin, berjalan mendekati kami.
"Sepertinya kau sudah bangun. Apakah sudah bisa berjalan?" tanya Feilin menatapku tegas.
"Tunggu, Raika baru saja terbangun mung---"
"Tidak apa-apa Mio, aku rasa aku bisa," menyela perkataan Mio, karena tidak ingin terlalu berurusan lebih jauh dengan sosok seram di hadapanku ini.
"Kalo begitu, kau harus ikut dengan-ku, kalian bertiga juga," tegas Feilin.
'Kurasa, mereka mengetahui sesuatu. Aku harus berhati-hati.'
"Baik ...."
End bab 31
gabung yu di Gc Bcm..
caranya Follow akun ak dl ya
untuk bisa aku undang
terima kasih.