NovelToon NovelToon
Hanya Permainan

Hanya Permainan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Pemain Terhebat / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:458
Nilai: 5
Nama Author: Bada'ah Hana

Apa yang akan kalian pilih? antara persahabatan dan nyawa? dimana saat kalian tidak ingin kehilangan teman-teman, tapi kamu juga tidak ingin kehilangan nyawamu. apa yang akan kalian pilih?

permainan ini mengatakan bahwa jika kami menang, mereka akan membebaskan kita. namun aku sendiri juga tidak yakin jika mereka akan melepaskan kami dengan mudah begitu saja. kami harus kehilangan teman-teman, kehilangan harapan, putus asa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bada'ah Hana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Petak umpet

Anak-anak lain mulai meninggalkan lapangan kecuali yang disebutkan oleh Yardan. Tersisa tujuh anak yang masih disana. Ela, Sena, Zayyan, Gavin, Mada, Andrian serta Yardan. Sena dan Gavin membantu meneliti kembali tulisan yang sama dengan catatan tersebut. Sementara Ela, Zayyan, Mada, Andrian dan Yardan kembali ke tempat dimana kedua temannya meninggal dunia.

Yardan tidak mengajak anak lainnya, karena dia tau bahwa teman-temannya itu akan semakin beradu argumen. Saling tuduh menuduh dan itu membuatnya semakin stress. Untuk itu Yardan meminta yang lain tetap berada di kamar mereka, agar mereka bisa tenang dengan kejadian seperti ini.

Darah Danish dan Laila masih ada di tempat yang sama. Tidak ada bekas goresan di atas tempat tidur yang dipakai oleh dua sejoli ini. Yang mereka temukan hanya sebuah jejak kaki kecil yang berlari keluar ke arah pintu. Zayyan mencoba mengikuti jejak kaki kecil itu, namun saat menuju pintu, jejak itu tiba-tiba menghilang begitu saja.

"Ela." Panggil Zayyan.

"Kenapa, Yan?" Tanya gadis itu kepada seorang anak laki-laki yang berada diambang pintu.

"Di deket pintu nih darahnya kayak jelas banget. Tapi, aku ngerasa Seeker ngambil boneka itu tepat di depan pintu. Lihat deh, dari sana ke sini, jejak kakinya jelas banget kan. Dan ini bukan jejak kaki manusia, ini kaki boneka."

Mendengar itu, Ela memperhatikan jejak kecil yang dimaksud oleh temannya ini. Jejak yang tadinya sangat jelas tiba-tiba menghilang begitu saja. Jika benar Seeker mengambil boneka tersebut. Pasti di pakaiannya akan terlihat jelas bekas darah.

"Yan, semisal bener ini diambil sama Seeker. Pasti Seeker itu punya bekas darah dari kaki bonekanya. Entah di pakaiannya atau malah di tangannya. Tapi, semisal Seeker gendong nih boneka, udah pasti di pakaiannya ada bekas darah." Kata Ela.

"Bener juga. Dan nih boneka kayaknya cukup gede deh. Paling tingginya 50cm." Ucap Zayyan.

Ela mengangguk. Mereka kemudian mendiskusikan hal tersebut kepada Yardan dan teman-teman lainnya berada di lokasi yang sama. Yardan kembali memastikan yang dikatakan Ela dan Zayyan mengenai jejak kaki. Jejak kaki itu seperti milik boneka beruang berbulu.

"Kamu yakin nih boneka berbulu?" Tanya Mada.

"Aku yakinnya pas deket pintu ini, jejak boneka itu ada sedikit goresan di sekelilingnya. Aku yakin ini boneka berbulu. Dan pasti bakalan lama buat keringin darah yang berada di kain ini." Jawab Yardan.

"Oke deh. Kita cek mereka satu persatu. Apa ada bekas darah di pakaian mereka." Ucap Mada yang segera mendapatkan anggukan dari teman-temannya.

Yardan mulai mengirim pesan di grub kelasnya untuk meminta teman-temannya menuju lapangan dimana mereka pertama berkumpul. Setelah beberapa lama menunggu, Ela dan Sena mulai mengecek pakaian para siswi. Sementara Mada dan Zayyan mengecek pakaian para siswa.

Tidak ada bekas apapun di pakaian mereka. Pakaian mereka dengan yang tadi pagi digunakan juga sama. Kecuali satu orang, Haru. Gadis dengan rambut di kepang itu mengatakan bahwa dia dalam masa haid. Itu sebabnya dia harus mandi di pagi hari dan mengganti pembalutnya.

"Bisa kita cek baju yang kamu pakai tadi pagi?" Tanya Sena.

"Boleh. Ayo." Ucap Haru tanpa ragu menuju ke kamarnya.

Haru menunjukkan pakaian yang sempat dia pakai semalam. Ada bekas darah tepat di bawah sakunya. Sena dan Ela saling bertatapan. Seolah pemikiran mereka sama mengenai Haru. Namun, mereka juga tidak yakin apa benar ini Haru? Seingat Ela, tadi pagi Haru masih memakai dress ini. Akan tetapi, tidak ada bekas darah seperti ini. Bisa jadi ini sebuah jebakan untuk Haru.

"Ada apa?" Tanya Haru yang mendapati dua temannya saling beradu pandang.

"Kita ke lapangan sekarang." Jawab Ela sembari membawa dress milik Haru.

Gadis itu mengangguk sembari mengikuti Ela dan Sena. Sesampainya di lapangan, Ela memberikan dress milik Haru kepada Yardan. Dress warna putih dengan pita di bagian kerahnya. Dibawah saku bagian atas, Yardan melihat ada bekas darah di pakaian milik Haru.

"Haru sekamar sama siapa?" Tanya Yardan.

"Aku sekamar sama Cellyn." Jawab Haru.

"Pas kamu mandi tadi, Cellyn ada di kamar?" Tanya Ela.

"Gak, dia tadi ke kantin hotel. Ya kan?"

"Bener." Jawab Cellyn dengan santai.

Ela kembali menatap Yardan.

"Dan, aku ngerasa ini jebakan. Aku ingat betul tadi pagi dress Haru masih bersih kok." Kata Ela.

"Kamu yakin, El? Bisa jadi kamu lupa, kan? Gimana kalau beneran Haru yang jadi Seekernya?"

"Aku gak tau pasti."

Mada, Andrian dan Gavin berlari ke arah teman-temannya. Mereka terengah-engah setelah berlari dari ruang security menuju lapangan yang jaraknya sebenarnya tidak cukup jauh. Mada mengambil nafas sebentar sebelum berbicara kepada Ketua Kelas.

"Dan, cctv-nya gak ada yang nyala. Gavin dan Andrian berusaha nyalain. Tapi, ada yang putusin kabelnya."

"Udah dibenerin?" Tanya Yardan.

"Kita gak tau dimana putusnya kabel itu. Seakan semua kabel cctv emang sengaja dirusak." Jawab Mada yang masih terengah-engah.

Ela mengambil tiga botol minuman yang berada di pojok lapangan untuk ketiga temannya baru saja datang. Mada dengan cepat mengambil botol tersebut dan meminumnya.

"Pelan-pelan." Ucap Ela.

"Cie perhatian." Ledek Mada.

"Aduh! Sakit, El." Kata Mada yang tiba-tiba kakinya diinjak oleh Ela. Seakan gadis itu memang sengaja melakukannya.

"So? Siapa yang jadi Seekernya? Haru?" Tanya Namira dengan wajah judesnya.

"Kita belum tau pasti, Ra. Bisa jadi ini jebakan buat dia, kan?" Kata Ela.

"Halah. Kamu disogok berapa sih sama Haru!? Sampai kamu bela-belain dia. Gimana kalau dia nanti juga bakal bunuh kamu?"

"Tapi, aku beneran bukan Seeker." Ucap Haru.

Terlihat jelas rasa takut diwajah Haru. Jika sudah berhadapan dengan Geng Cicipi, nyali Haru seketika menciut. Gadis itu memang tidak ingin membuat masalah dengan Geng Cicipi. Sejak awal masuk, Geng Cicipi memang lebih sulit diatur. Namun, tentu saja Geng Keiji lebih sulit diatur.

"Gimana kalau ternyata Evano?" Kata Olivia yang masih teguh dengan pilihannya ini.

Laila adalah sahabat dekatnya, apapun yang terjadi pada Laila juga derita bagi Olivia. Laila senang, Olivia ikut senang. Laila sedih, Olivia juga ikut bersedih. Evano yang dituduh pun tidak terima. Sejak awal, pasangan ini sudah sangat menyusahkan baginya.

"Aku!?" Ucapnya dengan sangat marah.

"Kamu kan licik, Evano. Bisa jadi kamu sengaja buat jebak Haru." Kata Olivia dengan amarah yang sama dengan Evano.

"Gimana kalau bukti yang sebenarnya ada di Haru? Udah jelas kan kalau bukti bekas jejak kaki boneka itu ada pada Haru?"

Keduanya terus berdebat dan membuat Yardan semakin pening. Mada berusaha menghentikan perdebatan mereka, namun Yardan menahan Mada untuk tidak melakukannya. Yardan ingin mendengar apa saja yang ada pada pemikiran dua orang ini. Jika Yardan menjadi Evano, dia pasti juga akan berpikir bahwa Haru bisa jadi adalah Seekernya.

Wajah Haru memang terlihat sangat polos seolah gadis itu tidak memiliki kesalahan apapun. Seolah dia tidak melakukan apa-apa yang dituduhkan padanya. Akan tetapi, Yardan juga tidak bisa sepenuhnya percaya pada Haru. Banyak yang bermuka polos seakan tidak mengerti apapun, namun ternyata dia adalah pelakunya. Ela juga kembali mengingat-ingat apa benar tadi pagi dia melihat bekas kaki itu atau tidak pada dress milik Haru.

Haru terlihat penuh harapan kepada Ela. Seakan dia percaya kepada gadis itu akan membelanya. Akan tetapi, jika Ela terus membela Haru padahal sudah jelas bukti yang ada, Haru tetap akan kalah. Dia tetap akan di eksekusi walaupun bukan kesalahannya.

"Gimana kalau kita coba voting?" Tanya Yora.

"Voting? Kamu gila!? Bisa jadi kalau aku yang kepilih, aku yang mati!" Kata Evano.

"Bener. Lagipula belum tentu kita kok!" Kata Haru dengan tegas.

"Orang mana ada yang mau ngaku salah sih? Mereka pasti bakalan kelihatan busuknya." Ucap Namira.

"Bener, gimana kalau kita voting salah satu diantara mereka. Sebagai bukti?" Tanya Irene.

"Wait, kita masih ada waktu kan? Kenapa kita gak coba selidiki lagi? Mungkin ada bukti yang tertinggal?" Tanya Gavin.

"Tapi, kita udah dua jam selidiki tempat tadi, Vin. Bukti yang ada cuman kertas tadi sama jejak kaki." Jawab Mada.

"Iya bisa jadi, kan?"

"Tunggu, Seeker kan punya boneka. Dan pasti mereka bakal sembunyiin boneka tersebut di kamarnya, kan? Kita gak geledah aja?" Tanya Zayyan.

Yardan berpikir sejenak untuk mempertimbangkan ucapan Zayyan. Anak laki-laki itu mengangguk sebagai tanda setuju. Mereka pun mulai menggeledah setiap kamar yang ada. Namun, tidak ditemukan satupun boneka di sana.

Sementara Olivia mulai berdebat dengan Evano. Seakan gadis itu benar-benar yakin bahwa Evano yang berada di balik ini semua. Akan tetapi, Geng Keiji malah berpikir bisa jadi Haru yang Seeker. Gadis itu tentu saja mengelak bahwa bukan dirinya yang menjadi Seeker. Tentu saja Geng Keiji dan Geng Cicipi tidak percaya pada Haru.

"Kita voting dia!" Kata Irene sembari mengeluarkan ponselnya.

Irene mencari nama Haru di daftar kelasnya. Gadis itu menekan yang bertulisan nama 'Haru Vianika' pada layar ponselnya. Barulah muncul tampilan 'memilih' dan 'batal'. Segera Irene menekan layarnya yang bertuliskan 'memilih'. Pemberitahuan muncul kembali dengan menyebutkan nama Irene dan Haru.

"Irene memilih Haru."

"Yang bener aja!?"

"Apa? Kalau bukan kamu mah santai aja kali." Ucap Irene.

"Masalahnya ini nyawa! Kalau nyawaku 9 gak apa-apa. Nyawaku cuman satu." Kata Haru.

Hal yang sama terjadi, Haru memilih Irene. Seketika Irene menghampiri Haru dan mendorongnya seakan dia tidak terima mendapatkan voting. Wajah gadis itu terlihat memerah karena amarahnya. Sama halnya dengan Haru, gadis itu berdiri dan mendorong Irene hingga terjatuh. Begitu Irene terjatuh, Haru memukul kepala Irene ke arah lantai.

"Haru!"

Sena dan Ela dengan segera memisahkan mereka. Dua gadis itu benar-benar didalam amarahnya. Ela membantu Irene untuk berdiri. Sementara Sena menjauhkan Haru dari Irene.

"Aku gak salah dalam hal ini!" Ucap Irene yang tidak terima.

"Belum tentu juga aku yang salah!" Kata Haru.

"Cukup!" Yardan menghela nafas sejenak sebelum berbicara kembali.

"Dan." Panggil Gavin.

"Apa?"

"Aku cek lagi bukunya dan ada salah satu yang sama dengan catatan ini. Maksudku tulisannya." Ucap Gavin.

Anak laki-laki dengan kaos abu-abu itu menunjukkan salah satu tulisan yang mirip dengan di catatan. Sena dan Ela juga memperhatikan buku dan catatan tersebut. Sekilas mereka terlihat sama.

"Ini tulisannya Haru." Ucap Sena.

"Udah terbukti!" Kata Irene.

"Bukan aku!" Kata Haru.

"Ela, percaya ini bukan aku! Ini jebakan kan, La!" Ucapnya lagi kepada Ela.

Ela memandangi gadis yang terus memohon pertolongan di depannya. Kali ini Ela tidak bisa membela Haru. Dia berpikiran yang sama dengan teman-teman lainnya bahwa Haru adalah Seeker. Beberapa anak sudah mulai memilih Haru, kecuali Ela yang masih bimbang dalam pilihannya.

Jam sudah mulai menunjukkan pukul 9 malam. Anak lain juga memilih Haru. Gadis itu berusaha menahan teman-temannya untuk tidak memilih dirinya.

"Bukan aku!"

"Tapi, buktinya di kamu!" Teriak Irene kepada gadis kepang dua itu.

"Ela..."

"Maaf, Haru. Buktinya semua di kamu. Aku gak bisa bela kamu. Maaf." Ucap Ela dengan tatapan sedihnya.

"Elaina memilih Haru."

"Ela..."

Mereka meninggalkan Haru di lapangan. Mereka segera mencari tempat persembunyian terbaik. Sementara Haru masih berada di lapangan. Air matanya mengalir deras, dia tidak percaya dirinya akan mati dalam permainan bodoh ini.

"Voting selesai."

Gadis berkepang dua itu tiba-tiba hilang kesadarannya dan jatuh ke lantai. Diambang pintu lapangan, terlihat satu sosok anak perempuan yang menghampiri Haru. Gadis kecil itu tersenyum melihat siapa yang ada dihadapannya.

"Hehehe ding dong!"

Gadis itu menusukkan pisau ke arah dada Haru. Membelah dadanya hingga terlihat jantungnya. Dirasa kurang, gadis kecil itu kembali membelah dada Haru hingga ke perut. Hingga terlihat semua organ Haru yang masih dalam keadaan segar. Bahkan jantungnya masih berdetak walau sudah dibedah dengan cara kasar.

"Cap cip cup. Jantung? Hati? Atau lambung? Kayaknya jantung aja deh!"

Gadis kecil itu mengangkat dan menarik paksa jantung Haru hingga benar-benar terlepas dari tubuhnya. Gadis kecil tersebut cukup mengalami kesulitan saat menariknya. Tapi, dia terlihat senang saat jantung itu benar-benar terpisah dari tubuh Haru. Dia terkekeh kecil melihat jantung milik Haru kini berada di tangannya.

"Kali ini, jantungnya punyaku! Tunggu."

Gadis kecil itu mencoba melihat bola mata milik Haru. Warnanya yang cantik menggoda Gadis kecil itu. Bola mata dengan warna biru muda yang cantik.

"Aku juga mau punya mata kayak gini." Ucapnya.

Dia mengambil pisaunya dan mulai mencongkel kedua mata Haru. Darah mengalir dimana-mana, namun gadis kecil itu tampak bergembira dengan pilihannya. Satu jantung dan satu mata yang dia dapatkan.

"Kayaknya cukup deh. Selamat beristirahat, Haru. Hehehe."

"Haru Vianika tereleminasi, Haru adalah Hider."

"Sayang banget temen-temen kamu voting yang bukan Seeker. Permainan ini semakin menarik saja. Hehehe."

Gadis kecil itu tertawa sembari berjalan keluar. Sementara anak lain yang mendengar pemberitahuan itu, beberapa diantaranya menyesal sudah memilih Haru. Seperti yang diduga oleh Ela, ini adalah jebakan untuk gadis itu. Seeker menyembunyikan dirinya dengan cara yang baik. Bahkan dia membersihkan namanya dari segala tuduhan.

"Bukan Haru." Kata Ela.

"Sialan." Ucap Zayyan.

Jam menunjukkan pukul 1 dini hari. Gadis kecil itu bisa melihat beberapa boneka yang dikirimkan oleh Seeker mulai mencari-cari anak-anak tersebut. Beberapa diantaranya masuk ke dalam toilet, dapur, serta kamar tidur tamu.

"Aku harus kembali. Setidaknya aku harus membersihkan diri sebelum kembali ke tempatku." Ucapnya sembari berjalan ke arah lain.

Bersambung...

1
miilieaa
hay kak, sejauh ini ceritanya bagus 🥰
Bada'ah Hana: terima kasih 😘💕
total 1 replies
Bada'ah Hana
thank you 🩷
Yoo Si-jin 🦋
Yang semangat kak
𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁
pernah ngalamin sama Aprilia/Frown/
𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁
Menurut saya menarik, apalagi saya suka novel, chat story, dan komik ber genre horor./Drool/
𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁
Lanjutin ceritanya, aku suka banget kisah horor yang buat merinding gitu./Grin/
𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁
Ingat masa kecil main sama adik, petak umpet sama-sama./Smile/
𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁
Yang semangat buatnya/Smile/
Bada'ah Hana: semangat 💗
𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁: Sama-sama, aku pun juga lagi buat episode baru buat kontrak lagi.
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!