Istri Kontrak Brondong Kaya

"Sayang, kamu dimana ?"

"Cepat pulang !"

"Mama ngamuk-ngamuk !"

"Kata mama, baru pulang honey moon bukan nya istirahat dulu. Malah ngurus kerjaan !"

Varent melirik ponsel nya sekilas.

Ia hanya membaca rentetan chat dari Ayu tanpa memberikan balasan. Dalam benak nya saat ini, hanya ada emosi yang butuh pelampiasan. Ia sudah tak sabar untuk menemui Acha yang menjadi sumber masalah hidup nya saat ini.

BAR TRIPLE X.

Cuma lima belas menit, Varent sudah sampai di dalam Bar yang selalu menjadi tempat perkumpulan para kaum elite untuk bersenang-senang.

Dulu, ia sering datang kesitu bersama Radith dan beberapa teman nya. Sesekali, Varent mengajak Acha kesana hanya untuk sekedar merayakan pesta ultah atau hari-hari tertentu saja.

Varent cukup heran, mengapa hari ini Acha berada disana. Entah apa yang dilakukan gadis itu di Bar yang cukup rawan untuk seorang perempuan, apalagi sendirian.

Meski saat ini ia membenci Acha, namun naluri nya sebagai lelaki tetap mengkhawatirkan keadaan gadis itu.

"Apa yang kau lakukan disini ? Kamu gila ya !"

Hardik Varent saat diri nya memergoki Acha duduk di sebuah meja yang terletak di sudut ruangan Bar sambil menikmati minuman yang beralkohol.

Tangan Varent bergerak cepat menyambar gelas minuman yang di pegang Acha dan menaruh nya jauh dari Acha.

"Varent, hiks. Kamu datang ! Hiks !"

Acha terlihat mulai mabuk dan sempoyongan.

Niat hati Varent menemui Acha untuk menyelesaikan masalah postingan Acha di sosial media itu jadi batal. Ia tak mungkin bicara dengan orang mabuk.

Perasaan amarah nya malah sirna berganti iba dan kasihan. Baru kali ini, ia melihat Acha minum- minuman ber alkohol.

"Varent, aku rindu kamu !"

Mendadak, Acha bergelayut manja di lehernya.

"Sadarlah Acha, kau sedang mabuk !"

Varent tampak risih.

Ia mencoba menyingkirkan tangan Acha dari lehernya. Namun, Acha tak mau melepaskan Varent begitu saja. Dari leher, tangan nya berpindah memeluk pinggang Varent dan menyandarkan kepala nya.

Lagi-lagi, Varent mencoba melepaskan tangan Acha. Gadis itu terus menggoda nya. Kali ini ia berusaha mendekatkan bibirnya hendak mencium Varent. Wajah Varent seketika merona merah menahan malu. Banyak orang yang memperhatikan adegan itu. Dan menjepret diam-diam dengan kamera ponsel mereka.

Otomatis, adegan romantis mereka pun kembali bertebaran di sosial media.

Menyadari gelagat yang tidak baik di sekitar nya. Varent pun menarik tangan Acha untuk segera keluar dari Bar.

"Ayo ikut aku !"

Ucap Varent dengan nada kesal.

Ia bergegas membawa Acha yang sedang mabuk ke dalam mobil nya. Acha yang pura-pura mabuk tersenyum diam-diam di belakang Varent. Ia merebahkan tubuh nya di jok mobil bertingkah seolah mabuk berat.

"Mau kemana kita ? Hiks !"

Tanya Acha.

"Aku akan mengantar mu pulang !"

Jawab Varent kesal.

Ia pun segera memutar mobil nya keluar dari parkiran Bar.

"Pulang ? Ha ha ha, Aku sudah di usir Papa ku dari rumah. Untuk apa aku pulang ?"

Sahut Acha sambil tertawa getir.

Varent tertegun sejenak. Dahi nya berkerut heran.

"Bawa saja aku ke hotel Mandala. Aku nginap disana."

Cetus Acha kemudian.

Ia sempat melihat ada kebimbangan dari sikap Varent.

"Jika kau tak mau mengantarku, turunkan saja aku disini. Biar aku naik grab saja !"

Tutur Acha dengan raut wajah pura-pura sedih.

Varent menarik nafas panjang. Tanpa pikir panjang, ia pun melajukan mobil nya ke hotel Mandala. Ia tak sadar, jika diri nya telah masuk perangkap Acha.

KAMAR 213.

"Varent, Aku tak mau disini sendirian."

Acha yang pura-pura mabuk menggenggam lengan Varent erat.

Lelaki tampan yang sudah sah menjadi suami Ayu itu pun menepiskan tangan Acha dengan kasar.

"Sadar lah Acha, aku sudah menikah !"

Hardik Varent tegas.

Gadis cantik yang tengah bersandiwara itu tak putus asa. Ia tampak gigih merayu mantan kekasih nya itu untuk menemani nya tidur di hotel.

" Apa kamu tega ? Aku disini tinggal sendirian. Bagaimana kalau ada yang jahat sama aku ?"

Rayu Acha dengan nada memelas.

Varent sesaat terdiam.

"Apa kamu tak kasihan padaku ? Aku tak punya siapa pun untuk mengadu. Aku cuma punya kamu. Tapi, kamu malah menikahi orang lain. Kamu tega, kamu tega pada ku Varent !"

Jerit Acha, Ia pun memeluk punggung Varent erat.

Kali ini Varent tak berdaya. Ia membiarkan Acha menangis di punggung nya. Hati nya di landa kegundahan. Antara cinta dan benci mulai bergejolak kembali dalam dada nya. Perasaan sayang nya pada Acha yang telah ia simpan jauh di lubuk hati nya, kini terasa menyesakkan dada nya.

"Aku tahu kamu masih mencintai ku Varent. Kamu tidak mungkin melupakan ku begitu saja."

Ujar Acha dengan nada lembut.

"Kembali lah pada ku. Aku janji, aku akan merubah semua sifat buruk ku."

Bujuk Acha.

Varent terpaku diam. Ia mencoba menelusuri setiap kalimat Acha yang terdengar indah dan menarik hati nya.

"Batalkan kontrak nikah mu dengan Ayu. Lepaskan dia, Varent."

Kalimat Acha makin menggugah perasaan nya.

"Aku tahu, papa mu takkan merestui kita. Aku tak kan menyerah lagi Varent. Aku akan menemui Om Brian agar beliau merestui hubungan kita."

Ujar Acha dengan menggebu-gebu.

Varent mendesah serta menarik nafas berat dan panjang. Ia menyesali perkataan yang terucapkan dari bibir Acha.

Semua sudah terlambat. Kenapa baru sekarang gadis itu bersikap seperti ini pada nya. Selama ini, hanya ia yang berjuang keras untuk mempertahan kan cinta mereka.

Tiit ! Tiit ! Tiit !

Mendadak bunyi nada dering ponsel milik Varent terdengar dari saku celana nya.

Varent merogoh ponselnya dan memandang layar ponsel nya dengan perasaan gundah.

Nama Ayu memanggil tampak tertera di layar ponsel nya. Ia juga melihat banyak notifikasi chat dari Ayu yang belum ia baca.

"Sayang, kamu sibuk ya ?"

"Kok chat aku gak di balas ?"

"Ya udah, ntar kalau gak sibuk kabarin aku ya !"

"Jangan lupa makan ya sayang."

"I Love you suami ku !"

Sejenak Varent tercenung.

Perlahan, Varent memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celana nya. Ia pun melepaskan tangan Acha yang memeluk nya erat.

"Maaf kan aku Acha. Istri ku sedang menunggu ku di rumah. Aku tak kan mengkhianati Ayu dengan kisah kita yang harus nya telah berakhir. Kau dan aku memang tak di takdirkan untuk bersatu Acha. Walau papa ku kelak merestui hubungan kita, hati ku bukan milik mu lagi Acha. Saat ini Aku mencintai Ayu !"

Tutur Varent dengan tegas menolak keinginan Acha yang nyaris membuat nya lupa diri.

Acha tertegun melihat sikap Varent. Tanpa sadar airmata nya bergulir. Ia belum siap kehilangan Varent sepenuhnya.

"Kumohon Varent. Jangan tinggalkan aku !"

Pinta Acha dengan wajah sedih.

"Maaf kan aku, Acha."

Ucap Varent tanpa menoleh sama sekali pada Acha.

Ia pun bergegas meninggalkan Acha yang mulai terisak dalam tangis nya sendirian di kamar hotel.

.

.

.

BERSAMBUNG