Rania, mempunyai suami yang sempurna sebagai laki-laki. Dengan wajah yang tampan, tubuh yang bagus, Sudah bisa di pastikan ia adalah laki-laki sejati, tapi pernikahannya sudah berlangsung 1 tahun. laki-laki yang menjadi suaminya, tidak pernah menyentuhnya. Tapi kenapa? Apa alasannya sampai harus menikahi Rania jika ia tidak mencintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elleya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku dan Arjuna
Althaf melihat ke arah mereka pergi. Meski kini bayangan mereka sudah semakin menjauh, sebelum akhirnya benar-benar tidak terlihat lagi oleh Althaf.Setelah mereka pergi Althaf tetap bertahan di sana, meski Hari sudah semakin sore.
Terlihat matahari mulai meredupkan sinarnya yang cerah, dan kini berganti dengan kegelapan yang datang.
Tempat ini terasa sangat sunyi ketika malam tiba.
kini Althaf duduk bersandar pada pohon besar di sebelahnya.
Dahannya yang rindang, dengan daun-daunan yang menjuntai, menyembunyikan anak remaja itu dari pandangan orang-orang di sekitarnya
Apa yang terjadi hari ini kembali terlintas di ingatannya.
Sudah tiga hari Ayahnya pergi mengurus bisnisnya di luar kota sana. dan meningalkan Althaf hanya dengan ibu dan kakaknya
.............
Pagi tadi Arjuna berdebat dengan ibunya,, Samar-samar aku mendengar perbincangan mereka, Karena letak kamarku berasa tepat di sebelah kamar Arjuna.
'Ibu menanyakan apa yang telah di lakukan anak kesayangannya,, Hal itu sampai membuat Kepala sekolah memanggilnya.
"Cepat katakan pada ibu,, Apa yang kau lakukan?.
" Kita selamat hari ini.
"Hanya karena Ayah sedang tidak di rumah. Kau tau apa yang akan terjadi jika ayahmu tau?
" Ya Tuhan.....
"Kau tidak akan bisa membayangkan bagaimana jika Ayah mengetahui ini,,
" Ibu tidak tau harus berbuat apa sekarang.
Suara ibu terdengar semakin keras,Pertanda dia benar-benar murka saat itu. tapi itu tak berlangsung lama, karena mungkin saja saat itu Arjuna sudah mengatakan apa kesalahannya, Apa yg dia lakukan sampai sampai membuat ibu harus datang memenuhi panggilan dari sekolah.
Aku bersikap seolah-olah tak mendengar apapun dan melakukan rutinitas ku seperti biasa,Saat aku sudah siap dengan seragam sekolah ku. Aku bergegas keluar kamar dan berjalan menyusuri anak tangga menuju lantai dasar untuk sarapan bersama.
Disaat yang sama ibu keluar dari kamar Arjuna dengan tergesa-gesa.
Ibu berjalan ke arahku.Aku memperlambat langkah kakiku, sampai akhirnya ibu tepat berada di samping ku.
"Selamat pagi Ibu "
Aku menyapanya dengan ramah
Aku berharap sapaan ku bisa sedikit membuat hati ibu menjadi tenang. Ternyata harapanku sia-sia. Dan ibu terus berlalu meninggalkanku yang kecewa.
Lima menit sudah berlalu. Aku telah selesai dengan sarapan pagi ku.
Meski yang sarapan hanya aku seorang diri.
Tapi Di meja makan yang luas ini tetap tersaji dengan berbagai macam hidangan yang di masak oleh juru masak terbaik.
"Aku sudah selesai"
Seperti biasa seorang pria dewasa dengan tubuh tegap datang menghampiriku dan membantu membawakan tas sekolah ku.
"Silahkan tuan muda _ saya akan mengantar anda ke sekolah" Ucapnya tegas. Dia berjalan menggiring ku menuju pintu
Mobil mewah kami melaju membelah keramaian kota. Hingga akhirnya menepi di depan halaman bangunan sekolah yang sangat megah.
...............
Sepulangnya dari sekolah. aku melihat mobil petugas kepolisian terparkir di halaman rumah. Dengan perasaan gelisah aku bergegas masuk, karena tidak seperti biasa mereka datang saat ayah tidak ada di rumah. begitu masuk aku mendapati beberapa orang petugas yang sering datang ke rumah, biasa mereka datang untuk menemui Ayah di paviliun belakang,
Tapi bukan Ayah yang tengah berbincang dengan mereka saat itu Melainkan Ibu.
Tanpa sengaja mata ku dan ibu saling bertemu
Raut wajah ibu yang sebelumnya terlihat baik-baik saja kini berubah setelah melihat kehadiranku, kemudian ibu memalingkan wajahnya melihat ke arah Doni salah satu orang yang selalu berdiri di belakang ibu.
"Don. _ Kenapa kau hanya diam Cepat bawa anak itu pergi"
Ibu memerintahkan salah seorang bawahannya untuk memastikan aku tidak akan mendengar apapun perbincangan mereka, Ya aku sudah tau, karena ini bukan kali pertama ibu memperlakukan ku seperti orang asing. Dia memintaku segera masuk ke dalam kamar.
Sesampainya di kamar aku mengganti pakaianku dan kembali belajar.
Yaa... Hanya dengan belajar aku akan menjadi lebih cerdas, dan Ayah akan selalu menyayangiku itu yang selalu aku tanamkan di pikirku.
Waktu yang ku habiskan setiap harinya memang hanya untuk belajar belajar dan belajar.
Sekitar pukul satu siang Ibu masuk ke dalam kamarku,,. "Ibuu" Suaraku keluar begitu saja saat melihat kehadirannya.
Setelah menutup pintu dengan sempurna Ibu berjalan semakin mendekat ke arahku, Sampai akhirnya dia duduk tepat di sampingku
"Kau selalu menjadi anak ibu yang paling pintar,, Althaf anakku". Ibu berkata dengan lembut bahkan senyum tipis terlihat di wajah cantiknya. Dia juga sempat mengusap halus rambut di kepalaku.
" Apa ibu senang karena aku berhasil mendapatkan nilai terbaik di ujian kali ini?
Ibu kembali tersenyum, Rasanya seperti ini tidak nyata melihat ibu tersenyum ramah kepadaku saat Ayah tidak ada di rumah.
Selama ini ibu memang selalu tersenyum dan bersikap ramah padaku. Tapi itu hanya terjadi saat ada Ayah di antara kami.
Kali ini sikap ibu yang tidak biasa kembali terjadi, dia menarik tanganku dan di genggamnya. Dia meletakan tangan kami pada pangkuannya, tangan ibu yang halus terasa hangat, Aku sangat menyukai moment ini. Sampai rasanya aku tidak ingin ibu melepaskan tangannya. Mungkin aku terlihat kekanak-kanakan sekali.
"Andai saja Althaf tidak pernah hadir. " Kini ibu berkata pelan.
Aku yang selalu merasakan sikap ibu yang dingin padaku, rasanya sudah terbiasa dengan ucapannya saat ini, meski genggaman tangannya terasa hangat. Hanya saja rasanya kali ini sorot matanya berbeda.
" Apa ibu tidak senang aku lahir?.
pertanyaan yang selalu ku simpan rapat, tapi juga pertanyaan yang selalu ku ingin dengar jawabannya.
"Jujur saja..
" Tidak ada seorang wanita pun yang akan senang,. jika dia harus merawat dan mencintai anak yang lahir dari perempuan lain bersama suaminya. " Ibu melanjutkan kata-katanya
Aku bukan anak yang bodoh sampai tidak memahami arti ucapannya.
Ternyata sikapnya yang acuh dan dingin selama ini memiliki alasan..
Hanya saja, Aku benar-benar belum siap menerima kebenarannya.
"Apa yang ibu katakan.?
Tanpa ku sadari aku bertanya dengan suara yang tinggi, Seolah ingin menyangkal perkataannya saat ini. Aku benar-benar tidak ingin mendengar perkataannya itu. Aku berharap ini hanya karena ibu yang sedang kesal saja dan melampiaskan kekesalannya padaku.
Tapi ternyata itu sebuah fakta
Mataku kini mulai terasa panas,Dan air bening mulai mengalir dari sana tanpa seijin dariku.
Aku yang selalu berusaha Terlihat kuat dan baik-baik saja, ternyata tidak bisa membohongi perasaanku. Hatiku sakit mendengar apa yang ibu ucapkan, meski itu sebuah kebenaran.
.
.
."Anak Malang suamiku "
ditunggu up selanjutnya
semangat 💪🏻💪🏻💪🏻 dan sehat selalu kak