NovelToon NovelToon
Jodoh Pilihan Abi

Jodoh Pilihan Abi

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Pelakor jahat
Popularitas:104.9k
Nilai: 5
Nama Author: Siti Nur Halimah

Sebagai anak bungsu dan perempuan satu-satunya, malam itu adalah pertama kalinya Abi membentak Zahra supaya putrinya itu menikah dengan anak Kyai Amir, Gus Afkar. Padahal Gus Afkar adalah suami incaran sahabatnya, dan dia sebenarnya berencana untuk lanjut S-2 dulu.
Setelah pengorbanannya, ia harus menghadapi sikap sang suami yang tiba-tiba berubah dingin karena setelah akad nikah, dia mendengar rencana Zahra yang ingin menceraikannya. Belum lagi, reputasi pondok yang harus ia jaga.
Mampukah Zahra bertahan diantara orang-orang yang punya keinginan tersendiri padanya? Dan akankah ia dapat mempertahankan rumah tangganya?
Zahra sang anak kesayangan keluarga, benar-benar ditempa dalam lingkungan baru yang tak pernah ia sangka-sangka sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nur Halimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dinginnya Sikapmu, Gus

Gus Afkar membawa Zahra pulang dengan mobil pengantin putih berhiaskan bunga di depan dan belakangnya.

Lelaki asing yang sekarang jadi suaminya itu tampak diam saja dan tak berbicara apapun, sikapnya juga begitu dingin sejak masuk mobil tadi. Berbeda sekali dengan tadi pagi, saat prosesi pernikahan dan resepsi berlangsung.

Tidak terdengar lagi lagi suaranya yang lembut apalagi sekedar panggilan habibati. Bahkan lelaki itu langsung melepas pegangan tangannya pada Zahra setelah masuk ke dalam mobil.

‘Apa aku melakukan kesalahan? Apa tadi dia mendengar semuanya?’

Zahra menghela napas panjang dan berbalik ke arahnya, hendak bertanya. Namun baru saja ia membuka mulutnya, Gus Afkar terlihat menyandarkan diri dan memejamkan matanya. 

‘Kau pasti sangat lelah, Gus. Nanti saja kalau pulang, aku akan tanya’

Zahra akhirnya mengurungkan niatnya dan berbalik menghadap ke luar jendela. Ia menghela nafas panjang dan menyandarkan kepalanya di kaca jendela mobil itu..

‘Maaf, Nay. Ini sungguh di luar kendaliku’ Berkali- kali ia meminta maaf pada sahabatnya itu dalam hati.

Perjalanan yang tak terlalu jauh itu terasa sangat melelahkan, bukan karena mereka habis melaksanakan serangkaian acara besar. Pikiran Zahra sedang dipenuhi banyak beban dan pertanyaan. 

Ia seperti dihimpit banyak keinginan orang-orang yang menginginkannya berjalan sesuai keinginan mereka, tanpa ia diberi pilihan.

Dan yang hanya bisa ia lakukan sekarang hanya menatap sendu keluar jendela yang bisu itu, sambil menghela nafas panjang.

Dalam keadaan seperti ini, rasanya hanya Tuhannya yang mampu mendengar teriakan galau dalam dirinya yang terlihat bahagia dan baik-baik saja itu.

Akhirnya mereka hampir sampai di depan pintu gerbang pondok tempatnya dulu menuntut ilmu saat Madrasah Aliyah. 

Gus Afkar tiba-tiba membuka matanya dan berujar kepada sopirnya, “langsung ke depan rumah saja lewat gerbang belakang, ndak usah berhenti di tempat penyambutan, kami mau istirahat.”

Sopir itu terlihat senyum-senyum sendiri dari balik kaca spion depan, berbeda dengan suaminya yang kembali memejamkan mata.

‘Apa dari tadi kamu tidak tidur, Gus?’ pikir Zahra sambil menoleh sekejap ke arah suaminya.

“Sudah sampai, Gus,” ucap sopir itu sambil menoleh ke belakang.

Gus Afkar membuka matanya kembali, “ya makasih. Nanti langsung saja dimasukkan garasi, mobilnya. Kalau ada yang tanya, bilang kami lelah, ingin istirahat.’

“Iya, Gus,” ucap lelaki itu sambil senyum-senyum sendiri.

Gus Afkar kemudian turun dari mobil menuju kediamannya, tanpa berkata apa-apa. 

Zahra yang pakewuh, segera keluar mengikutinya.

‘Apa dia sedang marah padaku?’

Lelaki itu tampak masuk begitu saja, tanpa mengajaknya apalagi sekedar basa- basi ringan.

Pintu depan rumah itu terlihat sengaja dibiarkan terbuka setelah dia masuk.

Zahra menghela napas panjang menatap kediaman barunya dengan lelaki yang sekarang tidak terlihat baik-baik saja itu.

‘Bismillah’ gumam Zahra dalam hati sambil melangkah masuk ke dalamnya dan menutup lalu mengunci pintu rumah itu.

Terlihat lelaki itu masuk ke dalam kamar yang cukup besar. 

‘Apa itu kamar kami?’ Zahra tertegun di depan kamar tersebut begitu lama.

Sampai akhirnya lelaki yang sedang membawa handuk di tangannya itu menatapnya dingin dan berkata dengan nada yang datar, “Masuklah! Apa kau akan berdiri saja disitu?”

Zahra terlihat tersenyum, namun lelaki itu justru langsung berbalik mengabaikannya.

Zahra yang pasrah dan lelah, langsung bergerak masuk dan melihat sekeliling kamar itu.

Ada ranjang besar dengan sprei dan bedcover warna cream polos kesukaannya. Diatasnya tertabur kelopak bunga mawar warna putih dan merah. 

Ada juga sofa panjang, sebuah meja kerja di sudut yang lain dan lemari panjang warna coklat tua.

Kamar itu terlihat semakin cantik dengan bunga-bunga di sudut-sudut atapnya. Tak ayal aromanya semerbak wangi.

‘Apa Gus yang sudah menyiapkannya? Tidak mungkin, itu pasti kerjaan keluarga ndalem dan anak-anak santri’

Zahra kemudian beranjak duduk di atas ranjangnya. Namun baru saja ia duduk, Gus Afkar terlihat keluar dari kamar mandi dengan handuk yang terselempang di kedua bahunya.

Zahra sontak bangkit dari tempat duduknya.

Lelaki itu terlihat melirik gelagatnya sebentar kemudian berbalik untuk menggantung handuknya di belakang pintu.

Ia tampak lebih menawan dengan rambut hitamnya yang basah dan masih berantakan.

‘Astagfirullah, Apa yang kau pikirkan Zahra’

Setelah itu, dia berjalan perlahan menghampiri Zahra yang terlihat mundur. Dada Zahra slangsung tersentak dan berdegup tanpa irama karena saking gugupnya. Apalagi lelaki itu tampak menatap matanya dalam-dalam.

Namun sepertinya Ia salah sangka….

ternyata lelaki itu bukan menghampirinya tapi hanya melewatinya untuk segera berbaring diatas tempat tidur.

Zahra langsung menghembus nafas panjang sambil memegang dadanya yang terasa begitu lega. Lelaki yang sebenarnya belum pernah ia temui itu, untuk pertama kalinya membuatnya merasakan hal yang aneh, yang ia sendiri tak mengerti.

Ia menelan ludahnya dan berusaha menenangkan diri sebentar, baru kemudian membalikkan badan ke arahnya.

“Tunggu, Gus!” ujarnya agak sedikit keras

Lelaki itu terhenti mendengar panggilannya. Ia menoleh tajam ke arah Zahra. Ia mengurungkan niatnya untuk berbaring di tempat itu, dan kembali bangkit berdiri.

Dia hanya diam dan menatapnya tajam-tajam.

“Apa kita bisa bicara sebentar?” tanya Zahra.

Tak Ada Jawaban keluar dari lelaki itu. Dia hanya duduk di atas ranjang itu dan terus menatapnya dengan tajam, membuat Zahra menjadi gugup kembali.

“Katakan!”

Suara singkat itu terdengar sinis, tak seperti nada bicaranya setelah akad tadi pagi.

“Apa Gus sedang marah padaku ?” tanya Zahra hati-hati.

Bukannya menjawab, lelaki itu malah bangkit menghampiri Zahra perlahan dengan tatapannya yang bertambah tajam.

Zahra menelan ludah dan mundur, namun lelaki itu semakin mendekat kepadanya hingga Ia pun tersudut di sisi tembok.

Seketika dada Zahra kembali berdegup dengan kencang, nafasnya menjadi tertahan, apalagi sekarang lelaki itu tampak menatap dan mendekatkan wajahnya ke arah bibir Zahra.

‘Apa dia mau melakukan malam pertama kami sekarang?’

Sontak Zahra yang semakin gugup memalingkan mukanya.

Lelaki itu tampak nyengir dan membalikkan badannya.

“Tunggu, Gus.” Panggil Zahra yang belum selesai dengan perasaan gugupnya.

Lelaki itu terhenti melangkah, dan kembali berbalik ke arahnya dengan tatapannya yang masih saja tajam.

“Gus, belum menjawab pertanyaanku. Apa aku membuat Gus marah?” lanjutnya bertanya.

Lelaki itu kembali mendekat ke arahnya. 

Kali ini Zahra berusaha menghadapinya dengan berani dengan tetap berdiri di tempatnya.

“Katakan! Apakah ada alasan aku harus marah. Kenapa kau terus menanyakannya?”  bisik lelaki itu ketika berada dekat di depan Zahra, matanya menatap dingin ke dalam mata Zahra.

Zahra kembali menelan ludah sambil meremas bagian bawah gamis pengantin putih yang tengah dikenakannya.

Ia berusaha mengumpulkan keberaniannya lagi.

“Apa Gus mendengar apa yang aku bicarakan bersama Nayla di kamar hotel tadi,” tanya Zahra was-was sambil menatap lelaki itu dalam-dalam, berusaha memahami apa yang sedang dipikirkan suaminya tersebut.

1
Gebby Saputri
Luar biasa
karyaku
hi kak mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y kk
Siti Yatimatin
mana julukan istri shjolihahmu zàhra yg kau ajarkan pada muridmu emang takut dosa suami minta hak ìstri menolak dilaknat alloh
Siti Yatimatin
Dasar bodoh kamu AZZAHRA KHOIDUNNISA
Lilik Juhariah
disini yg bikin pembaca jengkel , lebih takut janji ke sahabat drpd janji pada Sang Pencipta
Lilik Juhariah
bener bener Gus afkar menahan nafsunya , tapi istrinya yg keterlaluan
Lilik Juhariah
karaktermu aneh Zahra , sama suami berani udah tau hukumnya , kl sama sahabat takutnya minta ampun
Lilik Juhariah
hiks iks ks
Lilik Juhariah
punya suami sprt Gus afkar , jadi istrinya tersanjung banget
Lilik Juhariah
nurut suami zahra
Lilik Juhariah
ceritanya bagus pemilihan katanya bagus
Lilik Juhariah
ya ahirnya, biang keroknya kabur semua, andai suami sprt Gus afkar damai tuh para istri, sabar pengertian
Lilik Juhariah
la opo kok nuduh orang gk jelas
Lilik Juhariah
karakter Zahra sampe disini gk suka banget, mentingin temennya , gk jujur, dan lebih jengkelin lagi sukanya bicara dalam hati
Lilik Juhariah
ini Zahra udah tau bertemu selain mahram apalagi udah punya suami dosa, dilakukan trs , ntar jadi fitnah
Lilik Juhariah
ini kelakuannya nayla
Lilik Juhariah
Zahra lebih banyak bicara dgn hatinya, wkkwk
Lilik Juhariah
Nayla terlalu Ter obsesi
Lilik Juhariah
kesenengnya ngomong gitu, ntar kl nikah beneran sakit hati, untung Islam melarangnya , Zahra Zahra
Lilik Juhariah
haaah janinnya siapa , tapi masih ngejar Gus afkar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!