Dara tinggal bersama Fira di sebuah desa. Kakak beradik itu mengontrak karena hanya tinggal sementara dengan tujuan untuk melanjutkan sekolah Fira pada jenjang SMA. beberapa tetangga tidak menyukai hingga selalu menghina serta menggangu mereka yang dianggap miskin. Padahal kenyataan nya, mereka adalah orang kaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elinazy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Dara melanjutkan pekerjaan nya di ruang tamu dengan segelas susu dan sepiring camilan. Ketika sudah selesai, ia merasa ngantuk hingga memejamkan mata dan langsung tertidur pulas di sofa yang keras.
"Mbak, bangun mbak. Gak enak tidur disini nanti badan nya sakit semua" Ujar Fira menepuk pundak Dara. Ia baru pulang dari sekolah nya bersama dengan Tyas.
Dara membuka mata lalu duduk dengan kondisi masih mengantuk. Ia terdiam sejenak hingga tersadar kalau laptop nya tidak ada di meja. Padahal seingatnya belum sempat disimpan didalam kamar.
"Kamu nyimpen laptop Mbak? " Tanya Dara kepada Fira yang sedang ganti baju di kamar nya sendiri.
"Aku gak lihat laptop nya mbak Dara, emang disimpan dimana? " Fira berbalik tanya.
Dara masih bingung karena baru bangun tidur dan berusaha mencoba untuk mengingat dimana terakhir meletakkan laptop. Ia mencari di kamar namun tidak menemukan nya. Hingga satu kontrakan yang ukuran nya kecil itu sudah digeledah semua tetapi tetap tidak ada.
"Gimana nih dek, laptop nya pasti dicuri sama orang. Soalnya mbak ketiduran disini terus pintu nya juga sengaja dibuka tadi biar ada udara masuk" Ujar Dara panik.
"Lagian mbak harusnya tahu kalau tetangga kita itu orang nya aneh semua. Mereka suka menghina kita miskin tapi gak ngaca sama diri sendiri. Pasti laptop mbak dicuri sama salah satu diantara mereka" Celoteh Fira.
"Udah gak usah bahas soal mereka. Mbak mau laptop nya ketemu karena banyak kerjaan di dalam nya. Kalau gak ada yang penting juga mbak gak bakalan panik gini karena laptop itu bisa dibeli lagi tapi kalau data nya gak bisa. Kamu tahu kan? "
Fira mengangguk paham lalu menjelma menjadi detektif dadakan dengan mengintrogasi Dara agar mengetahui kronologi sebelum laptop nya hilang. Setelah dijelaskan secara detail, kecurigaan mengarah kepada Gita yang sempat menginginkan laptop itu. Mereka berdua tidak langsung menuduh tanpa ada bukti terlebih dahulu karena orang seperti nya pasti akan terus mengelak mencari alasan. Dara memutuskan untuk datang berkunjung ke rumah Gita.
Kebetulan pintu rumah Gita terbuka lebar dan orang nya sedang sibuk menatap layar laptop seolah mengerti cara memakai nya.
"Permisi mbak Gita, ehem punya laptop baru nih" Ujar Dara tersenyum penuh arti karena kebetulan alam membantu menemukan pelaku yang mengambil laptop milik nya.
"Iya dong, lihat nih laptop baru saya yang pasti nya lebih bagus dari kamu. Mahal loh ini bukan kaleng kaleng" Balas Gita menunjukan merk sambil tersenyum bangga.
Dara memperhatikan laptop itu dengan penuh kejelian. Memang sangat berbeda dengan laptop yang ia punya. Namun tetap saja mencurigakan karena tidak mungkin Gita membeli laptop semahal itu karena suami nya hanya bekerja serabutan.
"Beli dimana mbak Git? Saya jadi pengen beli juga" Ujar Dara berpura pura padahal tidak tertarik sedikit pun. Ia sengaja memancing Gita agar mau mengatakan nya dengan bersikap seolah sedang iri.
"Di seberang jalan sana, kamu tahu kan yang paling besar toko nya itu" Balas Gita tanpa tahu maksud dari pertanyaan Dara.
"Yaudah saya mau kesana sekarang. Makasih loh Mbak Git udah dikasih tahu" Dara langsung beranjak pergi dari rumah Gita.
Gita tersenyum puas karena mengira bisa memanas manasi Dara dengan laptop baru nya hingga dia merasa iri. Ia senang karena bisa mengerjai Dara yang menurut nya terlalu sombong padahal gak punya uang banyak.
"Kamu gak akan mampu beli" Batin Gita sambil melihat ke arah Dara yang menyiapkan motor untuk pergi.
Dara langsung melajukan motor nya ditemani oleh Fira. Ia harus segera menemukan laptop nya karena jika sampai tidak ditemukan, maka bisa berakibat fatal terhadap pekerjaan nya. Sesampainya di tempat tujuan, Dara langsung menanyakan soal Gita.
"Kemarin ada orang yang namanya Gita beli laptop disini gak pak? " Ujar Dara kepada seorang karyawan laki laki.
"Oh mbak Gita yang rumah nya diseberang sana? Kemarin sih jual laptop terus ditukar tambah sama laptop baru disini, tapi ngutang karena gak punya cukup uang" Balas karyawan toko secara blak blakan yang seharusnya menghargai privasi para customer.
"Saya boleh lihat laptop yang dijual sama mbak Gita? Kalau cocok mau saya beli"
Karyawan tersebut mengangguk lalu mengambil laptop yang ternyata benar milik Dara. Untung saja belum sempat terjual dan data data di dalam nya juga masih utuh karena baru berada di toko beberapa jam yang lalu jadi belum sempat diperiksa.
Dara mengatakan yang sebenarnya kepada karyawan itu tentang Gita yang mencuri laptop milik nya lalu dijual untuk membeli yang baru agar tidak terlihat mencuri. Namun perbuatan nya bisa terdeteksi dengan mudah.
"Saya mau ambil laptop ini karena didalam nya ada banyak data pekerjaan. Berhubung ini laptop hasil curian, jadi saya bisa ambil tanpa membayar kan? " Ujar Dara.
"Tetap harus dibayar sesuai dengan harga pasaran. Untuk masalah yang mbak alami, itu bukan tanggung jawab kami" Balas karyawan itu yang tidak ingin melepaskan laptop secara cuma cuma.
Dara mengeluarkan kartu debit nya untuk transaksi itu namun ditahan oleh Fira. Menurut nya, mereka harus memberikan balasan agar Gita tidak sembarangan mencuri barang milik orang lain terutama tetangga nya sendiri.
"Catat aja sebagai hutang nya mbak Gita pak" Ujar Fira memberikan ide.
"Gak bisa mbak, kami gak bisa mengambil keputusan tanpa persetujuan dari pihak yang bersangkutan"
"Saya akan memberi jaminan berupa kartu nama, kalau mbak Gita protes dan gak mau bayar maka silahkan mengubungi saya" Balas Fira Cerdik. Ia memang lebih pintar kalau soal balas membalas daripada kakak nya Dara yang cenderung menerima perbuatan buruk dari orang lain.
Karyawan itu langsung mengangguk dan mencatat sejumlah uang di catatan hutang Gita.
Ketika mereka kembali ke rumah, Gita segera menghampiri karena dari tadi menunggu di depan.
"Coba lihat laptop nya, palingan gak jadi beli kan karena terlalu mahal untuk kamu? " Ujar Gita meremehkan.
Dara menyuruh Fira untuk segera masuk karena tidak suka jika dia harus ikut berurusan dengan tetangga rese nya.
"Nih mbak, bagus gak? " Dara mengeluarkan laptop dari wadah nya.
Mata Gita melotot tidak percaya dengan apa yang dilihat. Tangan nya menggenggam gemetar hingga tidak mampu menjawab pertanyaan Dara. Ia berpikir keras bagaimana bisa laptop itu kembali ke tangan nya.
"Kok diam mbak? Ada sesuatu yang janggal? " Dara tersenyum menatap Gita yang terlihat gugup.
"Ga-gak ada, saya pulang dulu" Balas Gita terbata bata. Ia langsung berlari masuk ke dalam rumah karena menyadari jika Dara sudah mengetahui nya. Rasa kesal menyelimuti, ia tidak menyangka kalau akan ketahuan secepat itu.