Dikira Miskin Oleh Tetangga Julid

Dikira Miskin Oleh Tetangga Julid

Bab 1

"Dara, bukain pintunya. Kamu jangan coba kabur lagi ya, Dara! " Teriak Puspa sambil menggedor pintu rumah kontrakan.

"Ada apa buk, mau nagih uang kontrakan ya? " Ujar Gita yang mengintip dari depan rumahnya.

"Yang dipangil siapa, yang keluar siapa. Dara kemana sih? Dari kemarin didatangin kok gak ada"

"Kabur mungkin buk, kemarin saya lihat mereka pergi seharian. Itu motor nya ada di rumah berarti orang nya juga ada di dalam, coba diketuk lagi pintu nya"

Saat akan mengetuk pintu untuk kedua kalinya, Dara keluar dengan kaos oblong dan celana pendek.

"Nah ini dia anaknya keluar juga. Mana uang kontrakan bulan ini? Kenapa gak dianterin ke rumah? " Puspa menengadahkan tangannya pada Dara untuk meminta uang.

"Halah palingan gak ada uang tuh, kalau ada pasti udah dibayar dari kemarin" Gita menyambar ucapan yang seharusnya dijawab oleh Dara.

"Maaf buk, besok Dara antar ke rumah. Hari ini belum ambil uang jadi.. "

"Kenapa gak ngabarin? Saya jadi repot bolak balik kesini. Yasudah besok kamu antar ke rumah, jangan telat lagi! "

"Kenapa dibolehin buk? Nanti ngelunjak kalau dikasih hati, mending paksa aja buat bayar daripada rugi"

Puspa pergi tanpa menghiraukan ucapan Gita yang selalu julid kepada siapapun. Bahkan orang sebelum Dara yang mengontrak juga selalu mendapatkan ocehan nya.

Dara juga masuk ke dalam rumah karena memang biasanya jarang menanggapi Gita.

"Ada apa mbak, pagi pagi udah ribut" Tanya Fira yang sedang sarapan.

"Biasa dek, kalau telat bayar pasti gini"

"Mbak lupa ambil uang? "

"Bukan lupa dek tapi kemarin di ATM ngantri panjang, jadi males rasanya. Nanti aja setelah ngantar kamu sekolah pasti belum banyak orang di ATM"

Dara melanjutkan aktivitas nya membersihkan rumah sambil menunggu Fira menyelesaikan sarapan. Setelah selesai, langsung mengantarkan ke sekolah SMA lalu mengambil uang di ATM.

"Ehm, sombong banget mau ngambil duit sampai gak lihat kalau ada tetangga nya" Sapa Hesti yang melihat Dara tanpa menatap ke arah nya

"Oh iya pagi mbak, mau ambil uang juga? "

"Iya dong, kamu pikir saya mau markir disini! "

Dara mengelus dadanya pelan karena setiap hari harus bertemu dengan tetangga nya yang memiliki tingkah menyebalkan. Kalau bukan karena menamani Fira yang ingin sekolah di desa ini, maka sudah jauh jauh hari ia tidak mau tinggal disini. Ia menunggu giliran setelah Hesti masuk ke dalam ATM.

Hesti mengibas ngibaskan uang berjumlah 500rb dengan niat pamer kepada Dara. Seyuman nya remeh menatap orang orang disekeliling juga. Seolah dia yang memiliki paling banyak uang. Maklum lah karena hidup di desa terbilang cukup murah.

Dara hanya tersenyum geli melihat kenorakan yang dilakukan oleh Hesti. Padahal cuma uang 500rb yang sudah pasti kecil untuk nya. Ia memanfaatkan kesempatan ini untuk menagih hutang Hesti.

"Mbak Hesti gak lupa kan kalau punya hutang sama saya" Ujar Dara senyum.

"Kamu mau nagih hutang? Butuh banget ya sampai nagih nya disini? " Raut wajah Hesti mendadak berubah tidak senang.

"Butuh dong mbak, siapa sih yang gak butuh uang? "

"Em ka-kamu kan mau narik uang juga, sana buruan daripada nanti keduluan orang lain" Hesti mengalihkan pembicaraan agar tidak didesak untuk membayar hutang.

Dara mengiyakan dan langsung masuk ke dalam. Hesti masih menunggu nya diluar untuk melihat berapa banyak uang yang ditarik. Matanya melotot fokus ke arah dompet Dara saat dia keluar.

"Lihat apa sih mbak? Ada yang salah sama dompet saya? "

"Gak, kamu narik uang berapa? Kalau boleh sih saya mau minjam uang lagi" Senyum Hesti tidak tahu diri.

"Dikit mbak cuman 100rb" Dara berbohong daripada harus meminjamkan uang lagi kepada orang yang tidak mau membayar hutang.

"Owalah miskin, Uang segitu mending buat bayar parkir aja" Ledek Hesti meremehkan Dara.

"Bisa banget mbak buat bayar parkir setahun" Balas Dara santai karena tidak mau mengambil pusing ucapan Hesti.

"Yasudah sekalian bayarin parkir saya, makasih" Hesti pergi menjauh tanpa mendengar jawaban Dara.

Dara hanya bisa pasrah mendapatkan perlakuan dari tetangga nya yang menghina miskin tetapi bayar parkir saja tidak mampu. Sehingga dengan terpaksa, ia membayarkan Hesti karena kasihan dengan tukang parkir nya jika tidak dibayar. Setelah pulang dari ATM, ia mampir belanja di tukang sayur keliling yang kebetulan mangkal di depan kontrakan nya. Raut wajah malas ditunjukkan saat melihat Hesti yang sedang berbelanja juga.

"Ketemu lagi kita, boleh dong bayarin belanjaan saya. Soalnya lagi buru buru nih nanti saya ganti" Hesti pergi lagi tanpa rasa malu.

"Catat aja ya bang Dede, biar dia bayar sendiri" Ujar Dara kesal.

"Iya neng, mau belanja apa? "

"Pagi bang dede, boleh ngutang ya? " Ujar Gita yang baru keluar dari rumah nya.

"Haduh masak tiap hari ngutang sih, kapan mau bayarnya? " Dede menggaruk kepalanya geram namun tidak bisa melakukan apa apa selain mengiyakan.

"Nanti juga dibayar kalau suami saya pulang"

"Dari tahun ke tahun juga bilangnya gitu, tapi tuh hutang belum dilunasi juga"

"Nih bang, kembalian nya simpen aja buat belanja besok" Dara memotong pembicaraan Dede dan Gita untuk menyodorkan uang 100. Ia masuk ke dalam rumah dan menyimpan sayuran nya di dalam kulkas. Lalu keluar lagi untuk duduk didepan teras dengan membawa sebuah laptop.

Gita yang melihat Dara sibuk dengan laptop nya langsung datang menghampiri. Ia melototkan mata saat melihat merk laptop yang digunakan yaitu Apple.

"Banyak uang kamu Dar? "

Dara terkejut saat mendengar suara Gita yang tiba tiba ada orang di depan nya. Ia fokus melakukan pekerjaan hingga tidak menyadari keberadaan orang itu.

"Maaf ngagetin hehe, laptop kamu bagus. Pasti harga nya mahal ya? " Gita bersikap baik karena ada maunya.

Dara melihat ke arah laptop nya sejenak dan baru teringat jika laptop yang dipakai memang mahal.

"Gak mbak git, ini saya beli bekas. Murah kok cuman satu jutaan" Balas Dara berbohong.

"Wah enak banget ya bisa bergaya pakai uang satu juta. Saya nitip dong beliin laptop kaya gini juga" Gita menyampaikan keinginan nya.

"Buat apa mbak? " Dara bingung karena Gita tidak melakukan kegiatan apapun yang menggunakan laptop.

"Sama seperti kamu lah, duduk di depan rumah sambil pamer merk laptop" Gita meringis senyum membayangkan laptop mahal yang akan dipamerkan ke tetangga. Tangan nya bergerak seolah sedang memegang dan memainkan laptop.

"Maaf mbak, saya beli ini sama teman sendiri. Kalau mau ya harus beli yang harga normal nya. Saya masuk dulu mbak" Dara meninggalkan Gita yang masih berada di depan kontrakan.

Gita mengepalkan tangan karena permintaan nya tidak dituruti. Ia mencari cara untuk memberikan pelajaran kepada Dara.

"Awas aja kamu, berani main main sama saya" Gumam Gita.

Terpopuler

Comments

Murni Dewita

Murni Dewita

👣

2024-07-18

1

No Name

No Name

nah kan sekali kali gw suka ni crita strata sosial gini ga melulu CEO2-an,,skali2 kek gini bkin atensi darah naik😂😂😂smngat thor..suka karakter utama yang ga bisa di tindas

2024-07-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!