Menikah dengan pria idaman adalah dambaan tiap wanita. Adelia menikah dengan kekasihnya bernama Adrian. Di mata Adelia Adrian adalah laki-laki yang baik, taat beragama, perhatian sekaligus mapan. Namun ternyata, setelah suaminya mapan justru selingkuh dengan sekretarisnya. Apakah Adelia mampu bertahan atau justru melangkah pergi meninggalkan suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alasan Cari Angin
"Dari mana saja sih, kamu Mas?" tanya Salsa.
"Cari angin," balas Adrian seenaknya.
"Cari angin? Memangnya di sini tidak ada angin?" cerocos Salsa.
"Ya, ada. Tapi yang ada anginnya bikin sumpek." Adrian masuk ke dalam rumah meninggalkan istrinya yang melotot setelah mendengar perkataannya.
"Gitu ya, Mas. Setelah aku hamil besar kau sudah mulai bosan padaku. Tahu gini aku tidak akan mau kau nikahi Mas," gerutu Salsa.
Adrian menghentikan langkah kakinya ia berbalik ke arah Salsa. "Kamu tahu kenapa aku sumpek di rumah, karena istriku sangat cerewet nuntut ini itu!" tunjuk Adrian di kening Salsa.
Salsa membalas menunjuk jarinya di dada Adrian. "Wajar dong Mas, aku nuntut ini itu. Kamu sekarang pengangguran, bagaimana nasib anak yang ku kandung ini. Papanya tidak punya duit!" tandas Salsa.
"Uang-uang!"
"Uang terus yang ada di otakmu!"
"Apa kamu pikir uang sumber semua kebahagiaan!" sentak Adrian.
"Yaaaaa!"
"Tentu saja, aku bahagia ketika kamu punya uang banyak!"
"Aku bisa membeli apapun yang aku inginkan!"
"Sekarang, kau hanya memberikan penderitaan buatku!" balas Salsa.
"Aaargh!" Adrian mengusap rambutnya kasar.
"Inilah alasannya kenapa aku bosan di rumah. Kau bertambah cerewet dan selalu saja mengeluh!"
"Berbeda dengan Adelia, ia selalu sabar dan menerimaku apa adanya."
Mendengar nama Adelia di sebutkan makin membuat Salsa meradang. Meskipun Adelia sudah tidak ada di rumahnya, tapi bayangan Adelia tidak mampu hilang dari otak Adrian suaminya.
"Kamu bilang dia istri yang baik!"
"Jangan munafik kamu, Mas!"
"Adelia juga meninggalkanmu karena tidak tahan dengan perlakuanmu!" balas Salsa. Ia terus saja menyerang Adrian dengan perkataannya. Tak rela ia di bandingkan dengan Adelia. Salsa benar-benar tidak terima.
"Cukup!" Aku tidak mau mendengar apapun darimu!"
Brakk!
Seperti biasa Adrian memilih masuk ke kamarnya daripada bertengkar dengan Salsa.
"Huh, menyebalkan sekali. Ia pikir cari pekerjaan mudah apa? Sialan, Arga benar-benar telah membuatku tidak di terima di manapun," keluh Adrian.
Belum hilang amarahnya Salsa sudah berdiri di ambang pintu sambil memegangi perutnya yang makin besar. Ia menatap ke arah Adrian seperti ada yang mau di katakannya.
"Tolong Salsa, kepalaku pusing kamu jangan berkata yang tidak menyenangkan," kata Adrian lemah. Lelaki itu membujurkan kakinya. Ia sudah cukup lelah mendengarkan ceramah Salsa.
"Aku ingin makan rujak," kata Salsa.
"Beli saja sendiri," jawab Adrian.
"Aku tidak punya duit," balas Salsa.
"Ya, kalau tidak punya uang jangan macem-macem deh," peringat Adrian.
"Lah, terus bagaimana nasib bayi yang ku kandung ini. Dia pingin makan rujak, Mas," rajuk Salsa.
"Aaah, ngomong saja mamanya yang pengen. Tidak usah bawa-bawa bayi yang kau kandung," kata Adrian.
"Maas! Kamu kok makin tega sama aku. Anakmu itu butuh nutrisi. Jangan pelit dong!"
Adrian tidak jadi tidur, suara berisik menuntut dari Salsa membuatnya tidak tenang. Ia pun bangkit dari tempat tidurnya dan menyerahkan selembar uang pada Salsa.
"Kok cuman segini?" tanya Salsa.
"Itu cukup untuk beli rujak, kamu harus irit dong, kan aku belum dapet pekerjaan baru," ucap Adrian.
"Irit ... irit, itu terus yang kamu katakan. Harusnya tambah usaha dong. Biar dapet kerjaan yang bagus, gimana caranya kek," gerutu Salsa.
"Pusiiing aku denger kamu ngomoong dari tadi tidak ada berhentinya. Makanya, lama-lama aku tidak betah di rumah kalau begini," balas Adrian. Lelaki itu mengambil jaketnya dan berniat untuk pergi lagi.
"Mau kemana, Mas!"
"Mau cari udara segar. Bosen di rumah di ceramahi terus!" balas Adrian. Ia tidak menghiraukan Salsa yang sudah berdiri di depan pintu. Laki-laki itu lewat menerobos begitu saja meski menyenggol sedikit tubuh Salsa.
"Mas!"
"Jangan pergi!" teriak Salsa. Sayangnya Adrian pergi begitu saja tanpa menghiraukan teriakan istri keduanya. Ia sudah jengah hidup satu atap dengan Salsa.
Sesampainya di bar, Adrian minum banyak. Ia ingin melampiaskan rasa kekesalannya pada alkohol. Di kejauhan tampak Marisa mantan sekretaris Adrian tengah memperhatikan gerak-geriknya. Sudah lama mereka tidak saling bertemu, Marisa yang sekarang bekerja di bar itu sebagai wanita penghibur mulai mendekati Adrian.
"Gimana kabarmu, Mas?" tanya Marisa.
Mendengar suara yang memanggilnya mata Adrian jatuh pada sepasang sepatu higheels berwarns merah yang berdiri tepat di depannya. Ia pun mendongak, melihat pebampilan Marisa dari bawah hingga ke atas. Perempuan seksi berbalut dress ketat berwana merah menyala hanya menutupi paha atasnya saja.
"Kamu di sini?" tanya Adrian.
"Ya, ini aku Marisa." Wanita itu langsung duduk di pangkuan Adrian tanpa permisi. Adrian kaget, sudah lama tidak berhubungan dengan Salsa miliknya yang tersembunyi langsung saja berdiri di duduki Marisa.
"Kamu jangan begini, bagaimana kalau adik kecilku yang di bawah ingin memasukimu?" kata Adrian. Ia mengusap paha putih mulus Marisa.
Marisa tersenyum kecil, jarinya yang lentik meraba dada bidang Adrian. Lelaki itu semakin tergetar tidak karuan. Ia tak sabar langsung melumat bibir Marisa. Lampu kerlap kerlip diskotek menyamarkan perbuatan mesum mereka yang sedang di banjiri hasrat.
"Emmph, ... sudah, Mas," desah Marisa. Adrian melepaskan ciumannya.
"Aku tidak tahan, kita ke kamar saja sekarang," ajak Adrian.
Tak menolak permintaan Adrian, perempuan cantik itu mengajak Adrian ke kamarnya. Kamar yang biasa ia gunakan untuk memuaskan para pelanggannya.
Lelaki itu menaruh tangannya di pinggang ramping Marisa. Ia merangkul wanita itu dari samping.
Di kamar Marisa, udara AC membuat Adrian makin bergejolak untuk segera bercinta dengan mantan sekretarisnya itu. Ia mengunci pintu rapat. Sementara Marisa sudah duduk di atas ranjangnya. Kembali mereka berpagutan agak lama. Lidah mereka bertemu satu sama lain. Lalu Adrian mendorong tubuh Marisa hingga rebahan di atas ranjangnya.
Tangannya mulai bergerilya mencari daerah sensitif yang membuat Marisa mendesah keras. Setelah berhasil merangsang Marisa, Adrian mulai melancarkan aksi utamanya. Memasuki tubuh wanita itu dengan ritme agak cepat.
"Jangan buru-buru," desah Marisa.
Adrian pun melambatkan ritmenya sesuai keinginan Marisa. Ia memompa daerah sensitif Marisa menggunakan miliknya yang sudah mengeras. Hingga tak sadar keduanya melontarkan desahan demi desahan bergantian.
"Kamu seksi Marisa," puji Adrian.
"Milikmu juga seksi sayang," balas Marisa.
Dua bukit kembar padat itu juga di nikmati Adrian bergantian. Ia melahapnya satu persatu membuat Marisa makin ketagihan dengan sentuhan Adrian.
Di sudut lain, Adelia makan bersama dengan Arga di apartemennya. Lelaki tampan itu tidak bisa melepaskan pandangannya dari perempuan cantik itu.
"Aduh, mataku kelilipan," ujar Adelia tiba-tiba mengagetkan Arga.
"Kelilipan, coba aku bantu. Arga mendekat ke arah mata Adelia dan meniupnya. Tak sadar wajah mereka begitu dekat. Adelia dapat merasakan udara segar dari mulut Arga ke matanya.
"Su ... sudah."
Pipi Adelia tiba-tiba merona karena wajah mereka bertemu begitu dekat.
---Bersambung---