NovelToon NovelToon
Hidup Yang Tidak Terpenuhi

Hidup Yang Tidak Terpenuhi

Status: tamat
Genre:Tamat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Keluarga
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Rifaat Pratama

Menganggur selama 3 tahun sejak aku lulus dari Sekolah Menengah Atas, aku tidak mengetahui ada kejadian yang mengubah hidupku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifaat Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 2

Aku menutup pintu kamar dengan rapat, suasana kembali sepi dan sunyi. Aku mengambil kembali earphoneku dan memasangnya di ponselku.

“Besok jam berapa kita main?” Aku bertanya kepada temanku yang berasal dari dunia maya. Salah satu game yang kumainkan, mengadakan sebuah turnamen internasional dengan hadiah yang besar. Karena kebetulan aku bermain game itu dan aku sangat yakin dengan kemampuanku bisa memenangkannya.

Namun, keesokan harinya. Kami kalah di ronde kedua, dan yang lebih menyakitkan lagi adalah beberapa jam kemudian aku melihat berita bahwa tim yang kami lawan di 64 besar berhasil menjadi 2 terbaik dan maju ke babak selanjutnya.

“Wah udah GG sih ini.” Kata temanku yang sudah hampir menyerah melihat skor pertandingan saat itu.

Aku merasa kesal karena mereka menyerah saat permainan belum berakhir. Walaupun begitu, itu adalah reaksi yang normal. Skor 10-0, kami bahkan tidak bisa menyentuh lawan kami sedikitpun. Meskipun begitu, aku belum mati sama sekali. Aku masih berpikir kami bisa memenangkan pertandingannya.

“Gw belum mati, Bing semua monster hutannya kasih semua ke gw.” Aku tidak berputus asa sedikitpun. Karena ini mungkin kesempatanku untuk merubah hidupku dan pergi menjadi salah satu pemain profesional di sana. Saat itu aku bermimpi menjadi salah satunya, siapa yang tidak ingin dibayar dengan pekerjaan yang hanya bermain game setiap saat.

Sebelum permainan aku memang sudah melihat profil lawanku, mereka membawa 2 orang dari China dan mereka sangat hebat. Bahkan Jungler timku tidak bisa berkutik dihadapan seseorang bernama Storm. Aku masih seri melawan Fire, dia bahkan tidak bisa membunuhku dalam situasi 2 melawan 2. Tetapi dengan keunggulan mereka yang jauh, kami berhasil dikalahkan dengan memalukan.

Ketika layar ponselku berubah menjadi abu-abu, aku merasa hampa. Aku menghela nafas, tetapi kami sudah mencoba yang terbaik. Hanya saja level mereka terlalu tinggi untuk dilawan.

Aku selalu berpikir bahwa diriku hebat bermain permainan apapun, aku mengatakan demikian karena aku berada di peringkat ke-6 di negaraku dan peringkat 10 besar di beberapa hero yang kumainkan. Namun, saat bermain dan membentuk tim. Aku tidak tahu siapa yang salah, ketika aku bermain sendirian aku bisa membawa tim meraih kemenangan dengan menggunakan mereka sebagai perisai dagingku. Namun, saat bermain sebagai tim yang lengkap, aku selalu merasa tidak cocok dengan orang-orang.

Aku terkadang menjadi terlalu banyak berpikir dan terlalu sibuk menyatukan sinergi dengan rekan-rekanku. Tetapi aku tidak bisa menyalahkan mereka, karena di beberapa kesempatan aku merasa mereka tidak bisa mengikuti permainanku.

“Yaudah gw off dulu. Makasih, makasih.” Aku pergi meninggalkan voice room dan keluar dari permainan.

Satu kesempatan yang bisa kuraih akhirnya hilang. Aku selalu iri melihat berita tentang para pemain e-Sports yang berhasil menjadi pemain profesional. Aku selalu berpikir bisa menjadi salah satu bagian dari mereka, tetapi sepertinya takdir tidak mengizinkanku.

Dengan perasaan hampa, aku meletakkan ponselku di atas kasur, menatap langit-langit untuk beberapa saat. Ketika aku bingung untuk melakukan apa, aku mengambil laptopku yang berada di sebelah kananku, membuka berkas novel yang sedang kutulis. Namun, ketika aku menyandarkan jari-jariku di atas keyboard, aku sama sekali tidak bisa melanjutkannya.

Untuk beberapa saat aku termenung, memikirkan bagaimana jalan cerita yang harus aku tulis. Tetapi otakku saat ini sangat buntu dan tidak bisa berpikir. Aku sudah beberapa bulan tidak keluar dari rumah, mungkin ini saatnya aku harus pergi keluar untuk mencari referensi dari dunia luar.

Aku mengambil jaket biruku yang menggantung di belakang pintu, memakai celana jeans hitam yang selalu kugunakan dan parfum untuk membuat tubuhku harum.

Ketika aku ke luar, Ayah sedang duduk di ruang keluarga. Menonton siaran berita tentang virus yang menjamur di tengah masyarakat. Namun, untuk saja mereka sudah menyiapkan vaksin dengan cepat, jadi orang-orang tidak perlu khawatir lagi untuk keluar rumah.

“Mau kemana nak?” Tanya Ayah sambil menoleh ke arahku.

Langkahku terhenti dan menjawab: “Mau keluar bentar yah.” Aku berpamitan kepada Ayahku dan mengambil masker hitam dari kotak yang berada di meja makan. Meskipun aku tidak menyukai menggunakan masker, aku tidak bisa melanggar aturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

“Bukannya udah boleh gak pake masker?” Kata Ayah ketika melihatku menggunakan masker yang menutupi hidung dan mulutku.

“Oh iya?” Aku tidak mengetahui itu karena aku tidak pernah melihat berita tentang itu. Saat virus itu pertama kali menyebar, seluruh kegiatan di masyarakat dihentikan. Entah kenapa itu membuatku senang karena aku tidak perlu keluar rumah dan kami juga tidak diperbolehkan keluar rumah. Namun, sepanjang tahun itu banyak bisnis dan usaha yang tutup. Menyebabkan kerugian bagi banyak orang.

“Iya, kamu kan udah vaksin.” Kata Ayah.

Aku melepas maskerku dan mengantonginya untuk berjaga-jaga jika semua orang di luar ternyata menggunakannya. “Iya udah. Yaudah kalau gitu saya pergi dulu yah.”

“Ya, hati-hati.”

Aku menutup pintu dengan perlahan, rumahku cukup jauh dari jalan raya. Karena rumahku berada di dalam gang, aku juga tidak bisa mengendarai sepeda motor karena itu aku harus naik angkutan umum ke salah satu mall yang ada toko buku di dalamnya.

Ketika aku memberhentikan salah satu angkutan umum untuk aku naiki, ada beberapa penumpang di dalamnya dan memang tidak ada yang menggunakan masker saat itu. Jadi aku berpikir bahwa saat ini masih aman.

Setelah 20 menit di perjalanan, ditambah waktu angkutan umum berhenti untuk mencari penumpang di satu titik dan menurunkan penumpang di titik yang lainnya. Aku akhirnya sampai di mall tempat tujuanku.

Aku masih harus berjalan sekitar 30 langkah untuk melewati pos pengecekan mobil dan tiba di lobby, karena angkutan umum hanya mengantarkanku sampai di sisi jalan mall berada.

Saat aku masuk, udara dingin dari pendingin ruangan langsung menyelimuti tubuhku, orang-orang berjalan santai sambil berbincang-bincang dengan keluarga dan teman-teman yang berjalan bersama mereka.

Aku berjalan di sepanjang lobby untuk mencapai tangga berjalan yang menuju ke bawah untuk sampai di toko buku. Baru beberapa menit aku menginjakkan kaki di sini, aku sudah merasa pusing dengan keramaian dan kebisingan di sekitarku. Tetapi aku mencoba untuk tidak memikirkannya karena aku memiliki satu tujuan ke sini, dan aku yakin di toko buku nanti hanya akan ada sedikit orang yang berada di sana.

Saat ini, tingkat membaca orang-orang mulai menurun dan lebih suka menonton video atau mendengarkan sesuatu dari ponsel mereka. Bahkan jika seseorang ingin membaca buku, mereka tidak perlu lagi pergi ke toko buku atau perpustakaan karena saat ini sudah banyak e-book yang bertebaran di internet.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!