Anin akhirnya menemukan alasan yang mungkin menjadi penyebab suaminya bersikap cuek terhadapnya. Tidak lain adalah adanya perempuan idaman lain yang dimiliki suaminya, Kenan.
Setelah berbicara dengan sang suami, akhirnya dengan berbagai pertimbangan, Anin meminta suaminya untuk menikahi wanita itu.
" Nikahilah ia, jika ia adalah wanita yang mas cintai," Anindita Pratiwi
" Tapi, aku tidak bisa menceraikanmu karena aku sudah berjanji pada ibuku," Kenan Sanjaya.
Pernikahan Anin dan Kenan terjadi karena amanah terakhir Ibu Yuni, ibunda Kenan sekaligus ibu panti tempat Anin tinggal. Bertahannya pernikahan selama satu tahun tanpa cinta pun atas dasar menjaga amanat terakhir Ibu Yuni.
Bagaimana kehidupan Anin setelah di madu? Akankah ia bisa menjaga amanah terakhir itu sampai akhir hayatnya? Atau menyerah pada akhirnya?
Happy reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAT 2 Rencana Menikah
Menjaga Amanah Terakhir (2)
Kenan masih perpustakaan selepas kepergian Anin. Pikirannya kacau. Bukunya ia baca tadi tak ia lanjutkan.
Nikahilah ia, jika ia adalah wanita yang mas cintai
Perkataan Anin di akhir pembicaraan mereka terus terngiang. Walaupun ia sudah menjawab, "Tapi, aku tidak bisa menceraikanmu karena aku sudah berjanji pada ibuku,"
Anin setuju. Artinya ia siap di madu.
Aneh, bukannya merasa senang. Kenan malah menjadi gusar. Ia sadar setahun menikahi Anin, ia belum pernah membahagiakannya. Namun, ia juga tidak bisa untuk meninggalkan Laras yang sudah mengisi hatinya.
Ponsel di atas meja yang terus berdering pun tidak Kenan hiraukan. Padahal panggilan dari Laras biasanya sangat ia tunggu. Namun, saat ini ia tak seantusias itu untuk mengangkat panggilan dari kekasihnya.
...******...
Di panti, Anin hanya duduk-duduk sambil melihat anak-anak bermain bola di lapangan.
" Kamu yakin, neng?," tanya Bi Titin.
Neng adalah panggilan kesayangan dari bi Titin untuk Anin.
" Harus yakin, Bi. Anin tidak ingin egois. Anin belum pernah lihat Mas Kenan tersenyum seperti saat dia bersama kekasihnya."
Sangat miris.
Bi Titin mengusap punggung Anin memberi kekuatan.
" Anin tidak mau mas Kenan terus-menerus mendekati Zina. Hari ini, pegangan tangan, lalu cium pipi, terus ke bibir. Bagaimana kalau esok lusa berbuat lebih," Anin tak bisa membayangkan. " Lebih baik mereka menikah saja. Lagi pula, disini Anin yang orang ketiga, Bi. Bukan wanita itu," jelas Anin.
Anin belum tahu siapa nama calon adik madunya itu.
" Kamu juga berhak bahagia, Neng. Kalau Kenan tidak bisa membahagiakan mu? kenapa bertahan? Ini sudah satu tahun?." heran Bi Titin.
Anin mendesah. Berat. Ini juga berat untuknya. Tidak ada yang benar-benar ridho suaminya menikah lagi. Sakit itu pasti. Tapi, ini pilihan Anin.
" Kebahagiaan Anin disini, Bi. Dengan bibi, anak-anak panti. Kalau Anin sama mas Kenan pisah, Anin harus kemana? Ini rumah Anin. Sejak kecil, Anin tinggal disini.
Ibu sudah menitipkan panti dan anak-anak pada Anin. Apalagi Anin selalu ingat pesan almarhumah yang minta agar kami tidak bercerai,"
" Iya, tapi kalau membuatmu tidak bahagia? Mau bagaimana?,"
" Anin insya Allah akan selalu bahagia selama dekat anak-anak dan bibi. Kalau Anin pisah, rasanya canggung, Bi. Karena akan ada istrinya mas Kenan yang lebih berhak pada panti daripada Anin,"
Ya, jika bercerai Anin pastinya tidak ada hak apapun.
" Iya sih, Neng. Bibi juga kalau orang lain yang megang panti kayaknya tidak yakin. Kalau kamu kan sudah tahu seluk beluk panti."
Anin tersenyum. Ia juga tak sadar, ternyata dulu Bu Yuni selalu melibatkan ia dalam apapun yang berurusan dengan panti ternyata ada maksud lain. Bu Yuni seolah mempersiapkan penerusnya. Re generasi.
" Bibi mah cuma bisa dukung apapun yang Neng Anin pilih. Sing sabar, Neng,"
" Insya Allah, Bi."
...******...
Malam ini, Anin memasak karena Kenan ada di rumah. Makan malam terasa hening dan lebih sunyi. Baik Anin maupun Kenan masih sibuk dengan pemikirannya.
Kenan langsung masuk ke dalam kamar setelah makan malamnya selesai. Anin sendiri melanjutkan membereskan piring kotor.
" Nin, kenapa kamu meminta aku menikah lagi? Kamu tidak masalah?," tanya Kenan.
Kenan tak bisa menerka isi hati Anin yang memang pandai menyembunyikan isi hatinya.
" Hanya ingin menjaga saja. Menjaga hati Anin agar tidak berburuk sangka pada Mas. Juga menjaga agar mas dan dia tidak terjebak pada situasi yang salah. Intinya menjaga agar kita terhindar dari dosa,"
Deg
Hati Kenan terasa tercubit. Anin memikirkan sejauh itu. Sementara dirinya malah menikmati hubungan yang salah itu.
" Tapi, Anin hanya minta. Jika nanti mas menikahinya, tolong tinggal di rumah yang berbeda. Dan panti, biar tetap jadi urusan Anin. Ibu sudah mengamanahkan pada Anin.
Anin tidak akan mengklaim menjadi milik Anin, hanya saja Anin ingin tetap bertanggung jawab pada panti sekalipun mas punya istri lain,"
Kenan terdiam. Hanya itu? . Pikirnya
Disaat orang lain bisa meminta hal-hal bersifat materi, Anin tak memintanya. Hanya panti dan panti yang ada dalam pikirannya.
" Karena panti adalah rumah Anin." tambah Anin seolah sadar apa yang ada di dalam pikiran suaminya.
Anin sudah terlelap sementara Kenan masih terjaga.
Ia melihat wajah Anin yang kini sudah tampak damai. Apa Anin tidak cantik? Jawabannya, Anin cantik. Bahkan sangat cantik saat ia melepaskan kerudung dan memakai baju rumahannya tampaklah tubuhnya yang indah.
Tapi, cinta itu buta.
Kenan kembali teringat pada kejadian siang tadi saat ia berada di rumah sakit karena ayah Laras sedang sakit.
Flashback on
" Kapan kamu menikahi putriku?," tanya ayah Laras
Kenan masih diam. Belum bisa memberi kepastian.
" Aku tahu kamu sudah beristri. Tapi, Laras pun tidak masalah jika menjadi istri kedua," ucapnya
" Aku akan memberi kepastian secepatnya,"
" Jika tidak ingin menikahi putriku, aku akan mencarikan calon suami untuknya. Aku ingin melihat putriku menikah sebelum aku menutup mata selamanya," gertak calon mertua Kenan.
Flashback end
Kenan merebahkan tubuhnya. Menatap langit-langit. Semua serba kebetulan. Anin yang mengetahui bahwa ia punya kekasih, lalu Anin yang memintanya menikahi Laras dan selanjutnya ayah Laras yang mendesak untuk segera menikahi Laras.
Padahal, tidak ada yang serba kebetulan. Semua sudah rencana yang Maha Pencipta.
Setelah sarapan, sebelum Kenan berangkat, Kenan meminta Anin duduk dulu.
" Soal kemarin. Aku akan memberitahu Laras bahwa aku akan menikahinya secepatnya,"
Deg
Harusnya Anin biasa saja. Lagipula ini pun usulnya. Tapi, tetap saja semakin sakit yang ia rasa.
Kenan mencoba menebak apa yang Anin rasakan dari raut wajahnya. Namun, ia hanya melihat keterkejutan yang hanya beberapa detik. Setelahnya, biasa saja.
" Alhamdulillah. Baguslah kalau begitu," respon Anin membuat Kenan mengernyitkan dahinya.
Dimana ada istri yang justru malah bersyukur saat suaminya akan menikah lagi?
" Untuk urusan catering, biar jadi urusanku. Sebagai hadiah pernikahan untuk kalian berdua," Anin tersenyum.
Namun, Kenan merasa terluka melihat senyum itu.
" Apa ada lagi yang ingin di sampaikan? Hari ini aku akan pergi ke rumah makan karena ada urusan," jelas Anin.
Senin dan Kamis adalah jadwal Anin memantau usahanya. Ia pun sudah memberitahukan tentang itu dan meminta izin pada suaminya sebelumnya tentang jadwal yang ia miliki. Jadi, ia tak perlu meminta izin lagi.
" Tidak apa-apa. Biar aku antar."
Anin heran atas tawaran Kenan padanya. Ini pertama kalinya Kenan menawarkan diri.
" Tapi, Rumah Makan Nusantara milikku arahnya berlawanan dengan kantormu, mas," tolak Anin.
" Tidak apa-apa. Ayo berangkat,"
Kenan melangkah lebih dulu. Ia baru tahu bahwa nama rumah makan milik istrinya adalah Rumah Makan Nusantara yang cukup terkenal. Pantas Anin menawarkan catering darinya.
Lagi-lagi Kenan merasa tak mengenal Anin. Ia hanya tahu Anin sudah membuka usaha rumah makan bersama teman-teman kampusnya. Lalu merambah membuka restoran yang kemarin ia datangi.
Seingatnya, Anin juga pernah meminta izin membuka usaha untuk anak-anak yang pernah tinggal di panti namun, tidak lagi tinggal disana karena sudah ingin mandiri. Namun, Kenan lupa usaha apa.
Bukan lupa, Kenan tidak pernah ingat. Setiap Anin meminta izin akan sesuatu, semua masuk kuping kanan dan keluar dari kuping kiri.
TBC
sampai selalu ngulang setiap kalimat yg ada kata Maslah.