Ditengah keterpurukannya atas pengkhianatan calon suami dan sahabatnya sendiri, Arumi dipertemukan dengan Bara, seorang CEO muda yang tengah mencari calon istri yang sesuai dengan kriteria sang kakek.
Bara yang menawarkan misi untuk balas dendam membuat Arumi tergiur, hingga sebuah ikatan diatas kertas harus Arumi jalani demi bisa membalaskan dendam pada dua orang yang telah mengkhianatinya.
"Menjadi wanitaku selama enam bulan, maka aku akan membantumu untuk balas dendam."_ Bara Alvarendra.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 : Ikatan Diatas Kertas.
"Dua garis merah..."
Delia begitu terkejut saat melihat hasil dari benda berukuran kecil yang baru saja dia coba itu. Itu adalah sebuah alat tes kehamilan yang tadi dia beli di apotik sepulang kerja. Tanpa melepaskan pandangannya dari benda kecil ditangannya, Delia berjalan keluar dari dalam kamar mandi dengan langkah gontai, dia mendudukkan dirinya di tepi ranjang sembari menghembuskan nafas berat.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang," Delia memegangi perutnya yang masih nampak rata, dia menatapnya sebentar sebelum mengarahkan kembali pandangannya lurus ke depan, "Aku bahkan tidak tau ini benih siapa,"
Ya, jauh sebelum berhubungan dengan Randy, Delia memang sudah memiliki hubungan gelap dengan pak Anton lebih dulu, Pak Anton adalah bos ditempat dia kerja. Hubungan mereka terjalin sudah hampir satu tahun, bahkan mereka sering menyewa kamar hotel untuk saling memuaskan. Namun selama ini mereka selalu bermain dengan aman karena pak Anton selalu memakai alat pengaman berupa kon-dom. Dan Delia juga tidak mungkin meminta pertanggung jawaban dari bosnya itu karena pak Anton adalah pria beristri dengan dua orang anak.
"Aku yakin, janin ini pasti adalah anak Randy. Aku harus menemui Randy dan keluarganya untuk meminta pertanggung jawaban!"
_
_
_
Keputusan Tuan Abian mengirim Bara dan Arumi untuk pergi berbulan madu sepertinya adalah sebuah keputusan yang sangat tepat. Terbukti sekarang keduanya nampak mulai dekat, mereka mulai merasa saling ketergantungan dan saling membutuhkan satu sama lain.
Arumi yang memang begitu menanggapi ucapan Bara dengan serius tentang ular masih begitu takut kalau-kalau ular itu akan masuk kedalam kamar, hingga setiap malam jika Bara belum masuk ke dalam kamar maka Arumi akan memanggilnya dan memintanya untuk masuk dan menemaninya.
Perlahan, Arumi membuka kedua kelopak matanya, setelah makan siang tadi Arumi memang merasa sangat mengantuk hingga dia memutuskan untuk pergi istirahat didalam kamar. Sementara Bara memilih untuk tetap berada dilantai bawah dengan alasan ingin menonton televisi di ruang tengah.
Arumi menatap jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul empat sore. Namun dia tidak melihat keberadaan suaminya didalam kamar, mungkinkah suaminya sejak tadi masih asyik menonton televisi?
"Sejak kapan dia suka menonton televisi berlama-lama?" gumam Arumi, biasanya Bara hanya akan bertahan selama 20 menit saja untuk duduk-duduk santai di depan layar televisi saat mereka sedang bersantai di rumah bersama kakek, tante Sherly dan Cia.
Arumi menarik tubuhnya turun dari atas ranjang dan berjalan menuju ke arah balkon, tubuhnya merasakan sejuk ketika hembusan angin sore menyapu kulit tubuhnya. Sejak tinggal disana pikiran Arumi memang jauh lebih tenang dan mulai merasakan nyaman, untuk sesaat dia bahkan bisa melupakan masa-masa pahitnya.
Pandangan Arumi beralih ke arah bawah saat dia mendengar suara berisik air dari arah kolam renang. Sejenak, Arumi langsung terpaku begitu melihat Bara yang baru saja keluar dari dalam air sembari menyugarkan rambutnya kebelakang. Tubuh polos bagian atasnya itu membuat Arumi merasa malu saat menatapnya. Sebenarnya ini bukan untuk pertama kalinya dia melihat Bara bertelanjang dada seperti itu, hanya saja biasanya dia tidak begitu memperhatikannya seperti sekarang ini.
Sempat terpukau, Arumi segera memalingkan wajahnya ke samping, tak ingin dia sampai mengagumi berlebih, terlebih hubungan mereka ini hanya sebuah ikatan diatas kertas saja. Dalam kurun waktu enam bulan semuanya akan berakhir dan mereka akan kembali pada kehidupan mereka masing-masing.
Beralih dari balkon kamar, Arumi turun ke lantai bawah, mbak Retno yang baru selesai bersih-bersih menghampiri istri tuan mudanya itu begitu Arumi turun dari anak tangga terakhir.
"Non, sebentar lagi saya pulang, udah jam setengah lima soalnya," ucap mbak Retno.
Arumi mengangguk sembari tersenyum, "Iya Mbak, makasih ya udah bantu-bantu,"
"Sama-sama Non," jawab Mbak Retno. "Gak kerasa ya udah hampir seminggu Non disini, besok Non dan Tuan bakal balik lagi ke kota, rumah ini pasti akan sangat sepi,"
"Iya Mbak, sebenarnya saya juga masih betah tinggal disini, tapi mas Bara punya pekerjaan yang tidak bisa ditinggal terlalu lama,"
"Tapi kapan-kapan kalau Tuan sedang liburan panjang, Non sama Tuan datang kesini saja lagi,"
Arumi terdiam, mungkin tidak akan ada kata lagi untuk mereka datang ketempat itu. Mungkin ini adalah yang pertama dan yang terakhir dia mengunjungi rumah itu.
"Iya Mbak," hanya jawaban singkat itu yang Arumi berikan karena tidak mungkin dia berkata tidak.
"Ya sudah Non, kalau begitu saya mau siapkan untuk makan malam dulu sebelum saya pulang, saya permisi Non."
Wanita berusia 30 tahun itu melenggangkan kakinya pergi ke arah dapur. Setelah Mbak Retno pergi, Arumi memilih untuk menghampiri Bara yang masih menyeburkan tubuhnya didalam kolam renang, terlihat pria itu yang sedang menyenderkan tubuhnya pada sisi kolam dengan kedua tangan direntangkan.
"Mas..." panggil Arumi, Bara langsung menoleh ke arah kehadiran istrinya itu.
"Kamu sudah bangun?" tanya Bara yang dijawab anggukan oleh Arumi.
"Aku pikir kamu masih nonton tv, tapi kamu malah ada disini,"
"Aku bosan nonton tv, acaranya tidak ada yang menarik,"
Sebenarnya ini hanya sebuah alasan klasik, tadinya Bara sudah masuk ke dalam kamar dan lagi-lagi miliknya kembali dibuat berdiri ketika melihat dress yang dipakai Arumi terbuka sampai ke paha. Tak tahan dibuat cenat-cenut atas bawah, akhirnya Bara memutuskan untuk keluar dan menyeburkan dirinya ke dalam kolam renang.
Arumi mendudukkan dirinya di tepian kolam, disamping Bara, dengan kedua kakinya dimasukkan ke dalam air.
"Gak kerasa ya Mas, udah seminggu aja kita disini, besok kita akan pulang," ucap Arumi.
"Hmm, baguslah, lagian mas gak kuat lama-lama disini," ucap Bara yang menimbulkan tanda tanya dibenaknya Arumi.
"Gak kuat kenapa Mas?"
Pertanyaan Arumi membuat Bara gelagapan, tidak mungkin kan dia jujur kalau dia tidak kuat melihat kemolekan tubuh Arumi yang membuatnya merasa kepanasan hampir setiap hari.
"Maksud Mas, mas gak kuat karena disini udaranya sangat panas, tiap hari mas keringetan,"
Kening Arumi mengernyit, "Masa sih mas, padahal disini udaranya sangat sejuk dan segar, tidak banyak polusi seperti dikota,"
"Itukan di kamu, di Mas enggak!"
Arumi menggeleng-gelengkan kepalanya, "Ada-ada aja kamu Mas."
Bara segera menahan pergelangan tangan Arumi saat istrinya itu hendak beranjak bangun dari tepian kolam.
"Mau kemana Rum?"
"Mau mandi Mas, udah sore,"
"Ya udah mandi bareng aja disini," goda Bara.
Wajah Arumi langsung merona merah, "A-aku gak bisa berenang Mas, aku mau mandi di kamar mandi saja,"
Belum sempat Arumi mengangkat tubuhnya bangun, Bara sudah lebih dulu menarik tangannya hingga tubuh Arumi terjatuh masuk ke dalam air. Dengan gerakan cepat Bara langsung merengkuh pinggang Arumi dan menariknya mendekat.
Arumi mengusap-usap wajahnya yang sudah basah dengan kedua tangannya, "Mas aku bilang kan aku tidak bisa..."
Arumi menggantung kalimatnya saat melihat wajah Bara begitu dekat dengan wajahnya. Bara mengedipkan sebelah matanya pada Arumi.
"Ini hanya untuk kebutuhan akting Rum, sekarang sedang ada yang memantau kita dan memberikan laporan pada kakek," tunjuknya dengan dagu ke arah rumah.
Arumi menoleh ke arah yang ditunjuk Bara dan melihat mbak Retno yang sedang memotret mereka secara sembunyi-sembunyi dari balik tembok.
"Maksud Mas, kakek menyuruh mbak Retno untuk mengawasi kita?"
"Tepat sekali. Jadi mendingan kita mandi bareng aja sekarang biar kakek semakin percaya kalau kita ini menikah karena saling cinta,"
Arumi menghela nafas panjang, "Ini bukan modus kamu kan mas biar bisa mandi bareng? Ingat loh Mas, kita ini sudah ada perjanjian kontrak. Mas ingat kan poin nomor dua untuk tidak ada kontak fisik,"
Bara menyunggingkan senyuman diwajahnya, "Tapi ada kecualinya Rum, kecuali jika dalam keadaan mendesak atau darurat. Dan anggap saja saat ini sedang dalam keadaan darurat,"
"Mas!!!"
...🍁🍁🍁...
di tunggu lho kiss nyaa... ehhh
🤭
balas semua sakit hati mu Rum...
air mata mu terlalu berharga untuk menangisi laki laki penghianat seperti Randy...