NovelToon NovelToon
The Great Mafia

The Great Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Perperangan / Bad Boy
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Gatto Pieno

Ini adalah kisah perjalanan seorang mafia italia yang bernama Ken dari keluarga Gatto salah satu keluarga mafia kelas kakap yang ada di italia,lika liku kehidupan gelap mafia ia jalani menjadi mesin pembunuh terbaik di keluarga Gatto,awal mula ketika ia diculik oleh sindikat perdagangan manusia di korea dan ia dibawa ke italia untuk dijadikan pekerja paksa namun siapa sangka ketika ia mencoba kabur dari sindikat tersebut ia bertemu dengan bos mafia di sana.Ken pun menjadi anak angkat bos mafia yang bernama Emilio itu.ia disekolahkan dan didik menjadi mesin pembunuh yang kejam hingga tidak ada satupun di dunia mereka yang tidak mengenal seorang Ken,orang yang kejam,berdarah dingin,diskriminatif dan berani itu menjadi pembunuh nomor satu di italia,bahkan namanya tidak hanya terkenal di keluarga mafia yang ada di italia saja,keluarga keluarga mafia dari berbagai belahan dunia mengenal baik nama seorang Ken

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gatto Pieno, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 26

Malam yang mencekam itu pun tiba. Ken telah mempersiapkan seluruh pasukannya, tim Alpha terdiri dari lima orang anggota elite keluarga Bratstvo yang ditugaskannya menjadi sniper di lima titik yang berbeda, tim Bravo terdiri dari sepuluh orang sisanya yang ditugaskan untuk menjaga area timur markas utama keluarga El Pablo.

“Semuanya bersiap di posisi,” Ken berbicara dari alat komunikasi di telinganya.

“Malam ini akan ada pesta besar di sini,” Argus memegang pistolnya.

Ken dan Argus keluar dari mobil dan berjalan menuju bagasi mobil, lalu mengeluarkan pria berkacamata hitam itu dari dalam bagasi mobil mereka. Pria itu telah dipasangi banyak bom di badannya namun ditutupi oleh jaketnya agar tidak terlihat.

“Kau hanya perlu berjalan masuk ke dalam, dan jika kusuruh berhenti maka kau harus berhenti jangan bergeser sedikit pun. Malam ini kau akan mendapatkan anugerah itu,” ucap Ken dari dalam mobilnya sambil memberikan alat komunikasi pada pria berkacamata hitam itu.

Pria berkacamata hitam itu pasrah dengan nasibnya, ia tidak bisa lagi mengelakkan kematiannya itu sebentar lagi. Ia berjalan hingga ke depan markas utama itu dengan pincang, tiba-tiba ia dihampiri oleh penjaga yang ada di sana.

“Apa Anda baik-baik saja, Tuan? Bukankah tidak ada yang selamat dalam penyerangan itu?” sang penjaga itu ingin menyentuh tubuh pria berkacamata hitam itu.

“Jangan sentuh aku, ada banyak luka di tubuhku ini,” pria berkacamata hitam itu menepis tangan penjaga itu.

Ia pun lanjut berjalan dengan pincang, sang penjaga hanya bisa melihat pria berkacamata itu dengan rasa kebingungan. Ia terus berjalan hingga depan pintu markas utama itu, tiba-tiba terdengar suara.

“Stop!”

Ia pun refleks berhenti tepat di depan pintu itu. Pria berkacamata itu hanya diam di tempat tak bergerak hingga penjaga yang mondar-mandir di sana terlihat bingung.

“SEKARANG!!!”

Suara Ken terdengar dari balik alat komunikasi itu. Tiba-tiba saja para penjaga yang ada di sana berjatuhan, peluru para sniper yang telah ditugaskan oleh Ken melesat dengan cepat menembus kepala para penjaga yang ada di sana. Sepuluh orang anggota elite keluarga Bratstvo mulai masuk dari gerbang area timur.

“Tim Bravo, kalian tetap waspada. Jarak antara gerbang timur ke markas utama mereka sekitar lima ratus meter, pastikan semua musuh yang ada di sana harus mati,” ucap Ken dari alat komunikasinya.

“Siap laksanakan, Tuan,” jawab mereka serempak dari alat komunikasi yang ada di telinga mereka.

“Pasukan sniper, kalian terus backup tim Bravo,” perintah Ken sekali lagi.

“Siap laksanakan, Tuan,” jawab mereka serempak.

Suara dari alat komunikasi itu terngiang-ngiang di telinga pria berkacamata hitam itu. Ia hanya diam ketakutan, padahal dulu ia telah banyak mengalami pertarungan, namun baru kali ini ia merasakan intimidasi yang sangat luar biasa dari musuh. Suara pertarungan terus terdengar di belakang pria berkacamata hitam itu.

“Penjaga depan clear,” lapor salah satu tim Alpha kepada Ken.

“Penjaga gerbang timur clear,” lapor tim Bravo hampir serempak dengan tim Alpha.

“Baiklah, saatnya kau, pria aneh, cepat masuk ke dalam,” ucap Ken dari alat komunikasinya memerintah pria berkacamata hitam itu.

Ia meneguk ludahnya ketakutan, dan perlahan membuka pintu markas itu. Ketika Ken hendak menekan pemicu bomnya,

“TOLONG JANGAN TEKAN PEMICUNYA, MARKAS INI KOSONG, TIDAK ADA ORANG,” pria berkacamata hitam itu berteriak.

Argus dan pasukannya terkejut mendengar teriakan pria berkacamata hitam itu. Alih-alih terkejut dengan suaranya, mereka lebih terkejut saat mengetahui bahwa musuh menjebak mereka.

“Bagaimana ini, Ken? Sepertinya mereka menjebak kita,” cemas Argus.

Tak berselang lama, truk-truk besar berdatangan. Mereka mengangkut banyak sekali tukang pukul keluarga El Pablo dan Cenzo di dalamnya. Sekitar tiga ratus tukang pukul datang ke sana, memenuhi area depan markas utama keluarga El Pablo.

Tiba-tiba terdengar suara dari telepon milik Argus. Dengan cepat ia langsung mengangkatnya.

“SURPRISE…” suara dari balik telepon itu tertawa kecil.

“Antonio??” ucap Argus.

“Apa kalian senang dengan kejutan ku, Kak? Uups… maksudku pengkhianat,” Antonio tertawa dari balik teleponnya itu.

“Apa kau tidak malu pada keluarga Cenzo yang telah memungutmu? Berani-beraninya kau berkhianat pada kami!” Antonio menekan nada bicaranya berusaha memprovokasi Argus.

“Kau dan ayahmu memang sama saja, menganggap diriku sebagai sampah yang dipungut, yang bisa dibuang kapan saja,” emosi Argus.

“Kau tahu, Argus, kau memang alat kami, kasta rendahan yang bisa dibuang kapan pun,” ucap Antonio semakin menjadi.

“Kau lihat saja, kasta rendahan ini akan menghancurkan hidup kalian dengan tangannya sendiri,” Argus langsung menutup teleponnya.

“Aku sudah menduga hal ini akan terjadi,” ucap Ken dengan santai.

“Kenapa kau santai sekali, hah? Apa kau tidak ingin membantu pasukanmu itu?” Argus masih sedikit terbawa emosi.

“Kau tenang saja, aku juga mempersiapkan kejutan kecil untuk mereka,” ucap Ken masih santai.

“Tim Bravo, kalian mundur sekarang. Hindari gedung utama markas El Pablo,” perintah Ken melalui alat komunikasinya.

“Siap laksanakan, Tuan,” jawab mereka.

Ketika para tukang pukul itu telah berpencar memenuhi area markas utama keluarga El Pablo, mencari musuhnya, tiba-tiba...

DDDUUUUUUUAAAAAARRRRRRRR….

Bom yang dipasang Ken pada pria berkacamata hitam itu diledakkan. Bom yang meledak sekitar radius lima ratus meter itu menghancurkan markas utama keluarga El Pablo dan menghabisi hampir seluruh tukang pukul yang ada di sana.

“Lapor, Tuan, target telah kami dapatkan,” lapor sang kapten kepada Ken.

“Bawa ia ke tempat ini,” Ken mengirim titik koordinat pada sang kapten.

Argus masih kebingungan atas apa yang terjadi.

“Apa yang sebenarnya terjadi?” bingung Argus.

“Aku sudah menduga semuanya. Sejak awal, penyerangan ini adalah pengalihan untuk menjebak kita. Itu kenapa aku membawa sedikit pasukan untuk melakukan penyerangan ini. Semenjak kedatangan lima belas keluarga Treito, mereka sudah waspada dan pindah ke salah satu pulau di sini. Tentara bayaran itu aku perintah untuk menyerang mereka diam-diam di sana, sementara kita mengalihkan perhatian mereka dengan penyerangan ini. Mereka pasti tidak menduga jika ada tentara bayaranku yang datang ke sana dan mengerahkan seluruh pasukan mereka ke sini dan membiarkan pemimpin mereka tanpa penjagaan,” jelas Ken panjang lebar.

“Bagaimana kau tahu jika pemimpin mereka di sana?” tanya Argus masih penasaran.

“Sebelum aku berangkat ke Meksiko, aku bekerja sama dengan Agencia Federal de Aviación Civil (Badan yang mengurus penerbangan negara Meksiko). Aku hanya cukup memberi mereka sedikit uang untuk membantuku,” sombong Ken.

Argus masih sedikit tidak percaya dengan apa yang terjadi. Ia bahkan tidak dapat membaca jalan pikiran seorang Ken yang fantastis itu. Bagaimana mungkin sahabatnya itu dapat memperkirakan semua ini. Jika saja ada sedikit kesalahan dalam perkiraannya, mungkin saja malam ini mereka akan melawan tiga ratus tukang pukul itu dengan hanya membawa lima belas pasukan.

“Ayo kita berangkat,” Ken masuk ke dalam mobil disusul oleh Argus.

“Ke mana kita akan berangkat?” tanya Argus.

“Pabrik tua waktu itu,” jawab Ken sambil menghidupkan rokoknya.

“Bagaimana dengan pasukan kita yang ada di sana? Apa kau meninggalkannya begitu saja?” tanya Argus sambil menyetir.

“Kau tenang saja, mereka semua telah terlatih. Lagi pula, ada pasukan sniper yang akan menghancurkan mereka dari jauh. Setelah itu mereka bisa menyelamatkan anggota keluarga Treito di gudang senjata mereka,” Ken menghisap rokoknya.

Argus hanya menggelengkan kepala melihat sahabatnya itu.

1
Arabella
bab awalnya bagus thor, tapi akan lebih bagus jika habis tanda baca, ada spasinya, biar semakin enak di baca.

Saran, lanjut thor, semangatt
natan , orang baik
good, semangat author ditunggu update cerita selanjutnya bagus banget. jadi teringat Vincenzo
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!