Siapa yang tidak bahagia bisa menikah dengan laki-laki yang selama ini aku cintai. Laki-laki yang sangat sempurna menurut ku. Dia baik, perhatian dan pekerja keras.
Namun Aku salah menduga, ketika pernikahan tidak seindah yang Aku bayangkan.
Berharap akan menjadi teman hidup yang bisa berbagi cerita,tempat ternyaman untuk berbagi kisah berdua dengan suaminku, nyatanya itu tak sesuai harapan.
Akan kah bisa seorang istri menghilangkan rasa sepi di hatinya, meluapkan apa yang menjadi beban fikirannya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie Amza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mas Bagas
Aku duduk di ruang keluarga bersama ayah dan ibuku. Kami membahas apa yang Mas Bagas tadi sampaikan . Aku bertanya kepada kedua orang tuaku. Dan ya benar, Mas Bagas datang ke rumah kemarin.
Mas Bagas. Iya .. dialah laki-laki yang selama ini aku cintai. Laki-laki baik yang selalu mendukung aku, selalu memberi perhatian lebih terhadapku. Tidak hanya itu, menurutku dia laki-laki yang mempunyai rasa tanggung jawab yang besar.
Perawakannya yang tinggi, dadanya yang sedikit membusung membuat nya terlihat gagah di mataku. Aku sangat mencintai Mas Bagas ku ini.
Sudah hampir 3 tahun kami menjalin hubungan. Awal perkenalan kami ketika aku menjadi karyawan baru di kantor tempat kerjaku sekarang, Mas Bagas lah yang membimbing aku sampai aku bisa. Dia benar-benar tulus mengajariku. Kami berteman sangat baik, hingga suatu saat dia mengungkapkan perasaannya sama aku. Dalam waktu beberapa lama aku baru bisa menerima perasaannya itu. Dan tanpa aku sadari, aku pun menyimpan rasa untuk Mas Bagas.
"Ayah-ibu, Fatma akan membicarakan ini dengan Mas Bagas ya." ucapku pada ayah dan ibu
"Silahkan nak, ayah dan ibu akan selalu mendo'akan kamu." Ibunya berucap.
Aku masuk ke kamar. Suasana sunyi dalam kamar membuatku merasa tenang. Hanya terdengar suara detakan jam dinding yang ada di kamarku. Sebentar aku merenung, berfikir, meyakinkan perasaanku, meyakinkan pilihanku.
Jujur aku bahagia dengan apa yang terjadi, toh selama ini Mas Bagas begitu baik sama aku, sama keluargaku, benar-benar penuh perhatian. Lagipula sudah terlalu lama aku menjalin hubungan seperti ini dengan nya.
Apa salah nya jika dia mau melamar ku ? Bukannya lebih cepat lebih baik ya?. Jika sudah lamaran, pasti kan gak lama lagi langsung Nikah. Aaaah .. Serius kah ? Ko bisa aku mikir sejauh ini? hihi ..
Lamunanku seketika buyar, mendengar suara dering ponsel ku yang berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Seketika aku melihat layar ponselku.
Masha allah .. Panjang umur sekali. Baru aja di omongin dalam hati, sudah muncul dengan panggilan telepon. Hihi ...
"Assalamu'alaikum Fatma .. "
"Wa'alaikumsalam Mas .."
"Fatma sedang apa? Apakah Mas mengganggu waktunya?"
"Tidak Mas, kebetulan Fatma sedang duduk saja di kamar. Kenapa Mas?"
"Mas hanya ingin bertanya, bagaimana apakah Fatma sudah berbicara dengan orang tua Fatma ?"
Sudah ku duga, pasti Mas Bagas akan membahas hal ini sekarang. Segera ku jawab pertanyaan nya.
"Alhamdulillah Mas sudah."
"Bagaimana sekarang ? Mas nunggu jawabannya loh dari kamu."
Aku terdiam sejenak, tidak langsung menjawab pertanyaan yang mengarah ke inti pembahasan.
"Mas, apa Mas yakin dengan pilihan Mas sendiri untuk melamar aku?"
Aku bertanya dengan suara yang terbata-bata.
"Insha Allah .. Mas Bagas yakin dengan pilihan Mas ini. Mas tulus menyayangi kamu, mas benar-benar ingin membina rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah bersama kamu."
Aku masih diam membisu mendengar jawaban Mas Bagas.
"Mas tau mungkin ini terlalu mendadak, tapi Mas yakin jika niat baik itu tidak boleh di tunda-tunda kan?"
Lanjut nya dengan sedikit menggoda.
Aku tersenyum bahagia di balik telpon. Siapa sih yang gak seneng, ketika laki-laki yang di cintai akhirnya menunjukan ketulusan yang sesungguhnya pada kita.
Dengan suara sedikit terbata-bata, aku akhirnya menjawab.
"Baik Mas Bagas, jika mau menunjukan keseriusannya sama Fatma, silahkan Mas Bagas datang ke rumah."
"Masha Allah .. Alhamdulillah. Secepatnya Mas kabarin kamu ya. Kalo begitu Mas sudahi dulu telpon nya, kamu langsung istirahat saja. Assalamu'alaikum .."
"Iya Mas. Wa'alaikumsalam.."
Panggilan pun di akhiri. Jujur perasaanku semakin tak karuan, gejolak cinta semakin menggebu. Se senang itu, hingga aku tak sadar jingkrak-jingkrak sendiri di atas tempat tidur ku dengan memegang erat ponsel di tanganku, tersenyum dengan lepas..
Ya Allah .. Aku bahagia . Terima kasih !"
...****...
Sekilas tentang Mas Bagas. Ia anak pertama dari dua bersaudara. Adik perempuan nya bernama Safira. Dia masih duduk di kelas XII, keluarganya termasuk keluarga yang berkecukupan, Alhamdulillah.
"Bagas, kamu yakin akan melamar Fatma secepat ini?" Tanya ayah Mas Bagas.
"Iya ayah, Bagas yakin. Lagian umur Bagas sudah 30tahun, cukup untuk membina rumah tangga."
"Menjalin rumah tangga bukan soal umur nak, tapi kamu harus yakin, harus bisa menjadi imam yang baik dan bertanggung jawab pada istrimu dan anak mu nanti."
Ayah menghela nafas, lalu melanjutkan.
"Ingat, peran menjadi kepala rumah tangga itu tidak sedikit. Bukan hanya materiil saja yang harus kamu berikan, tapi soal moril juga nak. Kamu harus siap dengan tanggung jawab kamu yang lebih besar."
Mas Bagas hanya mengangguk dan meng iya kan perkataan Ayah nya.
"Tapi apapun dan bagaimanapun keputusan kamu, ayah akan selalu mendo'akan yang terbaik. Ayah percaya sama anak ayah yang paling tampan ini." Ucap ayah nya sedikit menggoda.
Seketika suasana tegang pun menjadi gemuruh dengan tawa gelak mereka mendengar sang ayah menggoda anak sulung nya.
...*****...
Beberapa hari kemudian, Mas Bagas memberi kabar baik nya kepada ku. Lusa ia dan keluarga akan ke rumah untuk melamar ku. Aku pun secepatnya memberi tau kabar bahagia ini kepada keluarga besar ku tentunya.
Tak lupa aku ngabarin sahabat aku yang paling baik, Nuri.
"Nuri, kamu tau enggak?"
"Tau apaan?" tanya Nuri penasaran.
Aku dan Nuri sedang duduk santai di halaman rumah sore itu, kebetulan rumah kami saling berdekatan.
"Aku mau di lamar Mas Bagas lusa Nur .." Jawabku dengan ekspresi gemas bahagia.
"Hah! Serius ?" Tanya Nuri kaget.
"Iya .. Serius. Maaf banget aku baru ngasih tau ke kamu ya." dengan mengatupkan kedua telapak tangan ku pada Nuri.
"Gilaaaa .. Kabar sebagus ini aku baru tau. Emang dasar kamu ini ya, kamu anggap teman seperti apa aku ?" Nuri sedikit kesal. Padahal aku tau dia hanya bercanda. Hihi ...
"Maaf deh..! Hehe .. " aku menggodanya dengan menggelitik ki dia.
Kami pun tertawa lepas, sambil saling berpelukan.
"Aku ikut bahagia ya Fatma." Ucap Nuri sambil mengalungkan tangan nya di pundak ku.
"Iya kawan terbaik ku . Makasih banyak yaa ." Ucap ku bahagia.
"Eh ngomong-ngomong kalo kamu nikah nanti, kamu masih bisa kan jalan keluar sama aku?" Nuri bertanya seakan-akan aku akan pergi jauh saja.
"Insha Allah ... bisa ko."
"Syukurlah .. Aku takut aja kita jadi gak ada waktu hanya sekedar cerita bareng."
"Hahaha .." Aku tertawa lepas.
"Gak mungkin lah Nur, Mas Bagas baik orang nya, dia pasti bakal mengizinkan aku kalo hanya sekedar bertemu kamu. Dia kan tau kamu temen baik aku." Lanjut ku meyakinkan Nuri.
Dia pun tersenyum lebar sambil memeluku lagi. Inget loh! Ini pelukan persahabatan ya . Hihi ...
...*****...