(Warning🌶️)
Amina, gadis cantik yang adopsi oleh keluar konglomerat dari sebuah panti asuhan, dan memiliki seorang Kakak angkat bernama Stevan.
Semasa mereka kecil, Stevan selalu memberi perhatian dan kasih sayang sebagai seorang Kakak, hingga dengan berjalannya waktu mereka pun tumbuh dewasa, dan kasih sayang yang diberikan oleh Stevan membuat orang-orang sekitar merasa tak nyaman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
nasib malan para kariyawan
...Setelah memastikan ibu angkatnya tenang, Amina pun pergi meninggalkan mansion menggunakan taksi online. Ia tidak ingin sopir keluarga Salvador tahu dan melaporkan aktivitasnya kepada ibu angkatnya....
...Namun, saat dalam perjalanan menuju apotek, Amina mendapatkan panggilan dari Amel....
"Halo," ucap Amina setelah menjawab panggilan dari Amel.
"Di mana kamu? Jangan bilang kamu bolos lagi," suara jengkel Amel terdengar dari seberang ponsel.
"Enggak kok, memangnya ada apa?" tanya Amina gugup.
"Pokoknya kamu datang saja, kamu tidak mau ketinggalan mata pelajaran, kan?" jawab Amel memaksa.
"Baiklah, aku akan ke sana." Amina menghela napas berat dan panggilan pun berakhir.
...Taksi yang ditumpangi oleh Amina terus melaju menuju apotek. Tidak butuh waktu lama, mereka pun tiba di sana....
"Pak, tunggu sebentar ya," ucap Amina seraya segera membuka pintu mobil dan turun.
...Dari kejauhan, ada sepasang mata tengah mengamati gerak-gerik Amina, lalu mengeluarkan ponselnya dari saku dan melakukan panggilan....
"Tuan, Nona sedang berada di apotek," lapornya dengan nada tegas dan dingin.
"Cepat cari tahu obat apa yang dia beli dan laporkan padaku." Suara bariton Stevan terdengar sangat marah mengetahui Amina berada di apotek dari orang suruhannya itu.
"Baik, Tuan," jawabnya singkat, lalu mematikan panggilan.
...Di dalam apotek, Amina hendak membeli obat pencegah kehamilan. Namun, karena batas umurnya belum cukup, dan tidak mau membuat orang-orang curiga, ia pun menoleh ke arah sekitar apotek....
...Di sana ia melihat seorang wanita cantik dengan tubuh seksi memakai pakaian minim. Wanita itu tengah duduk seorang diri sambil memainkan ponselnya....
...Amina memberanikan diri mendekati wanita tersebut dan menegurnya....
"Halo... Kakak," sapa Amina gugup.
Wanita cantik itu pun berhenti sejenak dari aktivitasnya, lalu menoleh ke arah Amina.
"Iya, ada apa?" tanyanya dingin.
"Anu... Kakak," Amina menggaruk tengkuknya sendiri sambil menahan malu dan melirik ke sekitar mereka.
"Ada apa? Kok kamu kayak bingung gitu?" tanya wanita itu sambil menaikkan sudut alisnya menatap Amina.
"Emm... begini, Kak. Semalam aku dan kekasihku tidak sengaja melakukan itu," Amina menunduk malu. "Jadi aku takut hamil, dan-"
"Kamu mau beli obat?" tebak wanita itu dengan suara pelan, dan dibalas dengan anggukan samar dari Amina yang masih setia menunduk malu.
"Adik, aku kasih tahu ya... jangan percaya mulut laki-laki. Mereka itu bagaikan ular berbisa yang menyamar dan melahap korbannya," ucap wanita itu sambil mendengus kesal seolah pernah mengalaminya.
"Iya, Kak..." sahut Amina lirih sambil masih menundukkan kepala.
"Karena kamu baik kepada Kakak, maka Kakak akan belikan untukmu." Wanita itu pun bangkit dari duduknya, lalu mendekatkan wajah ke telinga Amina. "Mau berapa banyak tablet?" tanyanya.
...Amina mengangkat kepalanya, menatap polos ke arah wanita itu....
"Enggak tahu, Kak. Bukannya itu sirup?" ucap Amina polos.
...Kedua mata wanita itu membulat sempurna menatap Amina....
Astaga... bajingan mana yang sudah merusak gadis secantik dan sepolos ini?" batin wanita itu menjerit sembari mengumpat.
"Kak," tegur Amina sambil mendongak menatap wanita itu.
"Eh, maaf. Aku malah melamun... tunggu di sini, aku akan pergi membelinya." Wanita itu pun berjalan pergi sambil mengumpat kasar.
...Sedangkan orang yang sedang diumpat olehnya, tak lain adalah Stevan. Ia tengah mengadakan rapat di perusahaan keluarga Salvador, membuat para karyawannya merasa tertekan di dalam ruangan meeting itu....
...Bagaimana tidak, Stevan hanya duduk terdiam menatap tajam ke arah layar monitor sambil memancarkan aura dingin, saat para karyawan sibuk menyampaikan presentasi mereka....
...Hal itu membuat para karyawan bermandikan keringat, walaupun di dalam ruang meeting terdapat AC berkualitas tinggi....
"Bagaimana presentasi kalian bisa sangat hancur begini?" ucap Stevan datar menatap mereka semua.
"Emm... Tuan, kami sudah berusaha sebaik mungkin," ucap salah satu karyawan yang sudah berumur sambil mengusap keringatnya menggunakan sapu tangan.
Brak!
"Aku tidak mau mendengar kata 'usaha'! Kalau aku terus menunggu kalian berusaha seperti ini, kapan perusahaan ini bisa maju ke depan?!" bentak Stevan sambil menggebrak meja, membuat mereka semua tersentak kaget lalu menatap satu sama lain.
...Seolah tanpa bicara, mereka tahu perusahaan keluarga Salvador selalu terdepan, namun mereka memilih diam dan tak berani berkata apa-apa....
"Cepat perbaiki semuanya! Minggu depan aku tidak mau mendengar alasan dari kalian lagi, paham?" tegas Stevan sambil bangkit dari duduknya, lalu berjalan pergi menuju pintu ruang meeting.
...Setelah Stevan menghilang di balik pintu ruang meeting, barulah mereka semua menghela napas lega....
"Sepertinya Tuan sedang bad mood."
"Iya, masa hasilnya bagus begini malah bilang kurang."
"Haiih... aku ini sudah tua, tapi masih saja dibentak olehnya."
...Para karyawan itu menyampaikan semua kekesalan mereka terhadap Stevan. Pasalnya, ini bukan pertama kalinya mereka menjadi sasaran empuk Stevan, melainkan sudah sering kali terjadi....
(Bersambung)