Savana Mahesa (20tahun) mencintai Adrian Santoso (27tahun).
mereka dijodohkan oleh kedua orang tuanya,
tak ada yang bisa menolak kesepakatan itu selain dari pada kedua belah pihak.
Adrian membenci Savana yang selalu mengejarnya, karna prinsipnya adalah sejatinya wanita adalah dikejar bukan mengejar.
Savana menghalalkan segala cara agar bersama dengannya, membujuk kedua orang tua Adrian agar dijodohkan.
orang tua Adrian yang begitu menyayangi Savana akhirnya setuju dengan sarannya.
tapi setelah hari kematiannya, jiwanya tersangkut dan tidak sampai pada alam baka,
memohon pada Tuhan agar diberi kesempatan ke dua untuk menjalani kehidupan yang baik, dan berjanji tidak akan mengusik Adrian lagi, dan pergi sejauh mungkin dari kehidupan Adrian, itu adal tekadnya.
tapi bagaimana jadinya jika Adrian malah tidak ingin melepaskannya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
wanita agresif
Adrian menyesap anggur ditangannya, cairan itu masuk ke tenggorokannya dan terlihat jakun yang naik turun mengikuti aliran yang masuk, menyesapnya perlahan hingga gelas kristal itu tandas,
tatapannya mengarah pada orang orang yang bergoyang heboh. tersenyum sinis.
"aku pikir kamu tidak datang! mengingat kamu selalu sibuk" ucap max teman adrian.
masih terdiam, Adrian tidak menghiraukan ucapanya, hingga max memberi kode pada teman disampingnya, Ruli, tatapan keduanya seakan menyiratkan (ada apa dengannya)
"hm, bagaimana hubungan cinta segitiga kalian?" itu Ruli yang bertanya.
"kamu dan Serly yang saling mencintai dan Savana si gadis cantik yang mengejar ngejar cintamu, apakah dia merasa tidak lelah?
dari kecil sampai dewasa pun dia masih menempel, memang sih dia sangat cantik, tapi jika agresif begitu, kami para pria lama lama akan muak" cibir Ruli.
"itu menurut pendapatmu, aku sih suka wanita yang agresif" ucap max terkekeh
Adrian tertarik dengan pembahasan Ruli, "lalu apa alasan seseorang menjauh?"
"tentu saja ada banyak alasan, contoh! tidak ada lagi cinta, atau mungkin merasa tidak dihargai, bisa jadi juga sudah ada orang baru,
"sedang membicarakan siapa memangnya?" Ruli.
Adrian tidak menjawab pertanyaan Ruli,
kembali menuangkan anggur kedalam gelasnya. meski terlihat tenang tidak ada yang tahu isi hatinya.
Savana sampai dirumah ketika malam hari,
rumah itu terlihat sepi, ketika di kampus tadi, orang tuanya menelpon akan berangkat ke luar kota dan ibunya juga ikut menemani ayahnya, melakukan perjalanan bisnis.
Savana berpikir, (ayah dan ibu keluar kota selalu bersama, dan aku akan tinggal sendiri)
didalam kamar, Savana berkutat dengan laptopnya, bermain game,
drt drt, ponsel di mejanya berdering, (nomor asing lagi?) batinnya, beberapa terakhir selalu dihubungi dengan nomor tidak dikenal.
"seketika kesal, getaran ponsel mengganggu konsentrasinya, "halo siapa ini?" jawabnya ketus.
"aduh, apakah aku mengganggumu cantik?" suara lawan bicaranya.
kerutan di dahi semakin dalam. "siapa?" suara melembut,
"Dean, belum sehari kita bertemu, kamu sudah melupakanku!" suara lirih pria,
"ada apa Dean?"
"apakah kamu sibuk besok? aku akan mengundangmu ke pesta"
"hm, baik, bolehkah aku mengajak temanku?"
"tentu saja" Dean tertawa kecil.
akhirnya panggilan itu berakhir.
meletakkan ponsel disamping mejanya,
kemudian kembali bergetar, mengangkat dan menjawab "ada lagi?" terdengar helaan nafas diujung sana, "aku dibawah" lalu terputus begitu saja, Savana baru akan protes tapi Adrian mengakhiri panggilan tersebut.
Savana berpikir (Adrian kemari? untuk?) terlihat enggan Namun tetap melangkah membuka pintu kamar dan berjalan kelantai bawah.
"kak, kenapa datang kemari? mama dan papa sedang tidak dirumah" ucap Savana, melipat tangan Didada. "Tante Rania menitipkan kamu" ucap Adrian suara berat dan serak.
"hehe, seperti barang saja dititip" kekeh savana.
"tidakkah kamu merasa takut tinggal dirumah sebesar ini sendirian?" Adrian melihat kearahnya.
(yang aku takutkan itu kamu, yang akhir akhir ini terkesan menggangguku) batin Savana.
"aku tidak sendirian, ada bibi Jen dirumah, dan penjaga" pandangan Savana mengarah kedepan, dan Adrian melihatnya dari samping Pandangan kagum tercetak jelas dimatanya,
"Savana.." suara Adrian terdengar lirih, "kamu berubah" nyaris tak terdengar dan melangkah tepat didepan Savana
Savana tersenyum pahit, tubuh tinggi Adrian menghalangi pandangannya, mengalihkan tatapan kearah lain, menghindari tatapan tajam Adrian seakan ingin menebus wajahnya.
(mengapa dia marah) batin Savana.
Adrian memegang kedua bahunya, "secepat itu kamu melupakanku? aku jadi ragu, atau sebenarnya kamu tidak benar benar mencintaiku?"
masalah gampang di bkb ribet.