NovelToon NovelToon
Beringin Tujuh Ratapan Hantu

Beringin Tujuh Ratapan Hantu

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Hantu
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: MAHLEILI YUYI

Di atas bukit di tengah hutan, lebih kurang lima kilo meter jarak nya dari kampung.Terdengar sayup-sayup untaian suara yang berbunyi melantun kan seperti mantra jika di lihat dari dekat, ternyata dua orang pemuda berumur tujuh belas tahun paling tinggi, dihadapan orang itu tergeletak sebuah foto dan lengkap dengan nasi kuning serta lilin dan kemenyan.

Sesekali mengepul asap kemenyan yang dia bakar dari korek api, untuk mengasapi sebuah benda yang dia genggam di tangan kanan.

Jika di perhatikan dari dekat sebuah benda dari jeruk purut yang telah di keringkan, di lubang dua buah untuk memasukan benang tujuh warna.

Menurut perkataan cerita para orang-orang tua terdahulu, ini yang di namakan Gasing Jeruk Purut, keganasan nya hampir sama dengan gasing tengkorak tapi gasing jeruk purut hanya satu kegunaan nya saja, tidak sama dengan gasing tengkorak,

Gasing tengkorak bisa di gunakan menurut kehendak pemakai nya dan memiliki berbagai mantra pesuruh.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MAHLEILI YUYI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24. Mahluk Putih Tampa Wajah

       Dan selebih nya telah tenggelam dan terhisap ke dalam lumpur.

"Mak! Uciak, apo lamo lai manjalang ulu sungai kulindan tu?". (Om Uciak, apa lama lagi menjelang hulu sungai kulindan itu). Tanya Erim.

Mereka telah berjalan lebih dari satu jam, menelusuri hutan dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi dan berhawa dingin dan lembab, mereka telah menghidup kan senter ponsel mereka, karena gelap nya di daerah sini, apa lagi hari telah senja.

"Saba sajo dulu, ko kito mancari nan ado di alam bunian, ndak nan di alam nyato ko nan kito cari do". (Sabar saja dahulu, ini yang kita cari yang di alam gaib, bukan yang di alam nyata). Ucap dukun Uciak.

Setelah puas mereka berjalan, tiba-tiba dukun Uciak berhenti pada satu batang pohon yang sangat besar, dan mereka duduk berjejeran di akar pohon itu.

"Tolong di baka daun-daun kayu tu, tapi jan sampai gadang beko nyalo api nyo, beko tabaka rimbo larangan beko". (Tolong di bakar daun-daun kayu ini, tapi jangan sampai besar nyala api nya, nanti terbakar hutan larangan ini). Ucap dukun Uciak memerintah kan mereka membuat unggun api kecil.

"Oh. Jadi Mak Uciak". (Oh. Jadi Om Uciak). Jawab Erim.

Lalu mereka membuat unggun dari ranting kayu, dan juga dari daun-daun yang kering, setelah api nya menyala, lalu dukun Uciak mengeluarkan bungkusan yang telah dia siap kan dari rumah, lalu dia mengambil kemenyan setelah itu dukun Uciak mulut nya komat kamit seperti membaca doa. setelah itu dukun Uciak membakar kayu nisan yang mereka bawa dari rumah tadi juga serta membakar kemenyan.

Semerbak bau asap kemenyan putih memenuhi setiap sisi dan lekuk hutan larangan itu oleh hakikat dukun Uciak, hingga memenuhi alam ini, segala mahluk astral dan penghuni alam lelembut dari segala empat penjuru bumi berdatangan, yang di langit dan di bawah bumi, atau penunggu lautan terdalam serta di gua-gua batu, hadir berdatangan oleh hakikat dukun Uciak.

Pohon yang mereka duduki bergetar canda dan tawa dari atas pohon itu terdengar nyata kadang terlintas dari sekitar mereka suara nafas yang sangat berat kadang tiba bayangan ulat bulu sebesar drum seperti corak ragi zebra menghampiri mereka.  Dan kadang siluet bayangan mahluk tinggi kurus menyambar kearah mereka seperti corak burung merak menyala.

"Rim. Jika nanti kita pulang, cukup sekali ini saja ya kita kesini". Ucap Olen perlahan dengan tubuh gemetar menahan takut.

"Ya. Aku sebelum nya tidak pernah mengantar Om Uciak, cuma kali ini saja, jika aku tahu keadaan seperti ini, aku juga tidak mau". Jawab Erim, dengan tubuh gemetar juga.

Namun ketiga teman lain nya, tidak bersuara sedikit pun lagi, saling merangkul lengan teman masing-masing, dengan tertunduk mereka sangat takut mengarah kan pandangan ke asal-asal suara itu.

Dukun Uciak terus bersila di hadapan mereka sedang membaca mantra. Kelihatan dukun Uciak tidak terganggu kosentrasi nya sedikit pun, terus merapal mantra.

"Oiii. Sidang si iro-iro, togua sirajo bararak, tangki ba tumpin tanggano-gano. Di ilia sagiro mudiak, di ulu sagiro ka muaro, di langik panghuni awan gamuju, di lauik sati nan tiado topi, di rimbo gano, di rimbo yatim, di hutan tandang palarangan, di guo-guo batu, baiak nan tuo atau nan mudo, sarato dalam ambin jo boduangan, nan taisak ta isek-isek nan bakain daun jilatang, nan badeta jo kutuakan, kamari kambali lah, aku pangia aku imbau jo asok kumayan, datang baguluang guluang sarupo badai jo topan tongke, sudaro kalian datang maimbau, jiko tak datang kambali ka tompek kalian samulo jadi dalam cupu tangki loma tak bakudarat". Asap kemeyan dukun Uciak terus mengepul, dia terus melantun kan mantra itu seperti irama meratapi mayat.

Seluruh tokek dan cicak di pohon-pohon daerah hutan larangan berbunyi bersahutan, dan bersuara silih berganti mendengar mantra dukun Uciak, karena mereka melihat ribuan kehadiran mahluk astral.

Seluruh kunang-kunang di hutan Kulindan beterbangan, makin malam keadaan makin mencekam, tawa dan tangis semakin menjadi- jadi di hutan itu, dukun Uciak terus merapal mantra tiada henti, seperti menunggu sesuatu, hingga suara lutung dan kera serta sipanse di hutan itu tidak berhenti bersuara mereka ketakutan, lolongan anjing hutan bersahutan, kadang dari dalam tanah sekitar mereka duduk, terdengar suara melenguh dan kadang seperti suara orang sesak napas.

Di langit hutan itu, ribuan mahluk beterbangan mata nya seperti obor menyala, melayang-layang di angkasa, ada yang bergelantungan di dahan-dahan pohon besar di daerah itu.

"Keaaaaaaaaak!" Terdengar suara melengking dari arah tengah hutan Kulindan menuju kearah mereka, dengan suara dentum telapak kaki nya menggentar kan segala pohon dan rawa-rawa daerah itu.

"Erim apa kita malam ini akan selamat?". Tanya Olen perlahan dengan tubuh gemetar sambil memegang lengan Erim.

"Aku tidak tahu". Jawab Erim lebih bergetar tubuh nya di banding Olen. Dan juga ke tiga teman nya yang lain lidah mereka telah keluh, seakan panggilan Erim tidak mereka dengar lagi, terlihat wajah mereka dari sinar cahaya api unggun, wajah mereka sangat pucat pasi dan bibir mereka jika di sayat mungkin tidak berdarah, tubuh mereka bertiga gemetar seperti orang kedinginan karena takut.

"Erim, itu apa?". Tanya Olen melihat sesosok mahluk putih tampa wajah, kadang dia tinggi melebihi pohon dan kembali rendah dalam sekejap, setelah itu tinggi kembali dan kemudian rendah lagi, terus berulang ulang mahluk itu seperti itu, tapi tak lama mahluk itu menghilang.

"Di... A...m!" Jawab Erim dengan lidah sulit di angkat.

"Ao... Ao... Ao... Ao...". Suara mahluk pas di atas pohon yang mereka duduki akar nya.

Lalu mereka melihat ke atas pohon, hanya mereka lihat ribuan cahaya merah menyala seperti obor yang selalu melompat di antara dahan-dahan pohon itu.

"Srek... Srek... Srek...". Suara terdengar seperti mahluk sedang mengesot di samping mereka.

Mata mereka berlima terbelalak melihat mahluk yang tidak berapa langkah lagi jarak nya dari tempat duduk mereka, sebenar nya mereka berlima telah berteriak karena ketakutan, tapi mulut mereka terkunci, karena sosok mahluk sebesar gulung kasur seperti ulat sagu, berkepala mahluk yang menyeramkan kan, memiliki rambut panjang putih hendak menuju ke arah mereka, kekuatan Olen pun lumpuh pertahan nya telah sirna.

"Criiiiiit...". Terdengar bunyi suara air kesulitan keluar.

"Aaaah...". Terdengar rintihan kecil keluar dari mulut Olen. Ternyata celana Olen basah, dan juga ke tiga teman nya yang lain tidak

1
choowie
masih nyimak ya kka...sAlam kenal🙏
choowie
wooowww
choowie
serem amat ya
Andau: terimakasih.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!