Clara terpaksa menerima perjanjian nikah kontrak dengan Gery Rochstein, bosnya sendiri, demi membantu menyelamatkan perusahaan sang CEOyang terancam bangkrut. Semua itu berada dalam ancaman Gery yang mengetahui rahasia Clara yang divonis sulit memiliki anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon takiyaratayee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22 - Kebelet Nikah
“Enggak, kok! Aku semalam tidur.” Clara menyembunyikan wajahnya di hadapan Drew. Namun, ketika Drew memicingkan mata, Clara menutupi kebenaran.
“Kantung matamu tampak kelihatan jelas dari sini. Atau aku yang salah lihat?” Clara terdiam sejenak. Sementara Drew justru menarik napas panjang.
Yang terjadi sebenarnya adalah Clara terpaksa mendengarkan celotehan tidak jelas dilontarkan Gery dalam keadaan mabuk sampai subuh. Itu awal dari munculnya ada kantung hitam di area mata Clara.
“Sepertinya Tuan Gery mengalami hari-hari yang berat. Selama perjalanan ke apartemenku, sampai dia berbaring di sana. Tuan Gery terus mengomel. Dia menyebut nama seorang wanita dan mengumpat. Tuan Gery juga menganggap dirinya gagal menjadi seorang pebisnis. Entah itu beneran atau cuma mengigau aja, tapi jujur. Aku kasihan mendengarnya,” kata Clara mengingat ocehan Gery semalam. Drew memijit pelipisnya, tampaknya Clara benar-benar memperhatikan Gery selama merawat kakaknya.
“Real, kamu menemaninya semalaman dan kantung matamu itu hasil dari kamu yang begadang. Sepertinya kakakku berhutang banyak padamu sejak tadi malam.”
“Tuan, jangan diambil pusing. Aku ikhlas kok bantu Tuan Gery. Lagipula, dia bosku. Kami memang berselisih paham. Tetapi, sebagai sesama manusia, nggak ada salahnya untuk membantu.”
Entah mengapa, ucapan Clara menyentil hati Drew tanpa disadari. Tutur kata wanita itu terdengar tulus dan polos. Drew kembali melirik Clara yang sedang mengelus-elus gelas hangat di atas meja.
“Kamu terlalu baik untuk bos yang seenaknya seperti Gery.” Drew menyeruput kopinya, menikmati minuman rasa pahit manis itu dengan khidmat. Tak lama dari itu, Walt diikuti ajudannya datang di apartemen Clara. Mereka telah siap memulai tugas hari itu dalam rangka menjemput Gery sang bos besar.
“Yah, itu sebenarnya urusan pribadi Gery. Apa yang dia ocehkan, itu memang masalah yang dihadapinya sekarang. Kamu nggak perlu khawatir, itu cuman patah hati biasa. Gery tidak serapuh seperti yang kamu pikirkan,” jawab Drew menyudahi percakapan tentang Gery. Clara patuh, ia tidak lagi menanggapi ucapan Drew.
Sebagai adik yang baik, Drew merasa tidak enak hati telah merepotkan wanita secantik Clara. Setidaknya, ini kesempatan Drew menunjukkan pesonanya di hadapan wanita yang sudah ia incar beberapa minggu belakangan.
“Bawa Gery pulang. Dia cukup merepotkan Nona Clara.” kata Drew kepada ajudan Gery. Kedua ajudan Gery pun bergerak dengan sigap. Sementara Clara tampak baik-baik saja meski sebenarnya kekuatan matanya sudah sangat-sangat redup akibat menahan kantuk.
“Tidak sama sekali, Tuan Drew. Aku nggak masalah kok,” kata Clara melambaikan tangan pertanda menepis anggapan Drew padanya.
"Anda harus beristirahat, Nona. Aku nggak tega melihat wanita secantik kamu harus begadang demi bos nggak tahu diri seperti dia," kata Drew mengolok-olok kakaknya sendiri. Clara sedikit tersipu, ia tertawa kecil mendengar candaan spontan Drew.
Ajudan Gery mencoba membangunkan bosnya, namun tampaknya Gery enggan bergerak dan bangun dari tidurnya. Akhirnya, kedua ajudan itu membopong paksa tubuh Gery untuk keluar dari apartemen tersebut.
“Nona Clara, terima kasih banyak atas bantuanmu. Kapan-kapan, aku ingin mentraktirmu makan malam sebagai tanda terima kasih karena sudah membantu kakakku,” pamit Drew di ambang pintu apartemen Clara.
“Sama-sama, Tuan. Dengan senang hati,” ujar Clara tersenyum tipis. Kali ini, para pria yang ada di apartemennya itu telah pergi.
"Apakah... Aku boleh minta nomormu? Untuk mengabari kapan kita makan malam. Dan, ada hal-hal yang belum kita selesaikan setelah malam itu. Malam kita bertemu di supermarket?" tanya Drew berhati-hati. Ia mulai memainkan modusnya untuk mendekati Clara.
Clara tampak tidak berpikir panjang. Ia pun mengangguk cepat. "Tentu saja boleh."
Jari-jari lentiknya mencatat nomor telepon di ponsel Drew. Dan sementara Drew menunggu, dalam hatinya sangat senang akhirnya bisa memiliki nomor Clara.
"Akan kuhubungi jika urusan ini selesai. Boleh?"
"Boleh, Tuan. Lagipula aku tidak punya siapa-siapa," kata Clara terlalu oversharing. Seolah turut memberi kode bahwa Clara adalah wanita single. Seketika suasana menjadi hening karena pengakuan Clara.
"Senang mendengar tentang itu. Aku sebaiknya harus pergi, bye."
Usai apartemennya dikunjungi beberapa orang, kini Clara kembali sendiri. Suasana apartemen Clara jadi sepi lagi. Sungguh malam yang panjang, gumam Clara.
*
Meski kepalanya masih terasa pusing efek mabuk semalam, Gery tidak bisa memanjakan tubuhnya untuk beristirahat begitu saja. Setelah ia terbangun dari tidurnya dan menemukan dirinya sudah berada di kamarnya.
Jam beker di kamarnya berbunyi keras, menunjukkan bahwa Gery harus bersiap. Setelah bersiap-siap, Walt telah menunggu Gery keluar dari kamarnya dan langsung mengambil langkah pergi ke kantor.
“Tuan Gery, ada beberapa hal yang harus kusampaikan terkait perkembangan perusahaan," kata Walt sudah bersiap menjelaskan laporan dari Spark.
"Aku ingin tahu dulu, bagaimana kabar wanita itu? Apa Tuan Pengacara sudah memberi kabar selanjutnya?"
"Kabar Nona Clara baik-baik saja. Mengenai Anda pernah menginap di apartemennya, hanya Tuan Drew saja yang tahu. Dan untuk Tuan Pengacara butuh waktu 7 hari lagi untuk menyiapkan tuntutan pencemaran nama baik," ujar Walt panjang lebar.
"Ah, lama sekali 7 hari lagi?" celetuk Gery sambil melipat tangan di depan dada. Namun, seketika ingatan Gery tentang suasana kamar Clara terbesit di benaknya begitu saja.
"Lalu, hal apalagi yang ingin kamu sampaikan?" tanya Gery segera kembali fokus pada pekerjaannya dan mengusir lamunannya tentang Clara.
"Tim HRD telah menetapkan 55 nama karyawan yang akan dirumahkan dulu sementara. Lalu, ini laporan terkait penjualan produk kita selama seminggu ini. Tim keuangan mengungkapkan ada penurunan yang signifikan dari penjualan,” ujar Walt berjalan mengikuti Gery pergi menuju mobilnya. Gery mengangguk, dia memerintahkan Walt untuk mengadakan rapat, kemudian disampaikan oleh Walt kepada karyawannya di Spark.
Usai membereskan hal yang mendesak, Walt menyampaikan perintah Drew kala membawa Gery pulang dari apartemen Clara. “Tuan Drew berpesan ke saya untuk tidak lagi-lagi menuruti permintaan Anda pergi sendirian.”
“Yang jadi bosmu aku atau Drew?”
“Maaf, Tuan. Kali ini saya harus menuruti perintah Tuan Drew,” ujar Walt tidak peduli penolakan bosnya. Gery menopang dagu di atas telapak tangan. Gery sedang tidak ingin berdebat.
Dirinya merenungkan banyak hal selama perjalanan menuju kantor. Mulai dari awal mula bagaimana bisa berada di tempat tinggal Clara, dirinya tak ingat secara jelas. Yang Gery ingat, ia hanya mengingat rasa makanan buatan Clara untuknya. Menunya sederhana, tetapi rasanya lezat dan memiliki porsi pas.
Kemudian, Gery memutar-mutar bulpennya. Ada pikiran yang membuatnya kalut. Secara satu per satu, ia mengumpulkan potongan demi potongan ucapan Tuan Pengacara semalam. Terkait pernikahan, harta warisan.
Seketika juga, muncul ide tak terduga terlintas di pikiran Gery. Tampaknya, ini adalah jalan yang telah Tuhan berikan kepada Gery untuk menyelamatkan Spark. Sampai-sampai, Gery tidak menggubris omongan Walt terkait pekerjaan yang harus ia selesaikan hari itu.
“Walt, aku ingin menikah,” kata Gery tiba-tiba. Dengan penampilan masih mengenakan kaos pinjaman dari Clara, sebagai asisten Gery yang sudah hampir 10 tahun bekerja dengan Gery tak bisa menutupi rasa terkejutnya. Permintaan sang bos sungguh di luat dugaan Gery.