Istri Yang Kesepian

Istri Yang Kesepian

BAB 1

  Sore itu, angin tertiup pelan menyapu dedaunan yang berguguran di halaman rumahku. Aku masih asyik dengan handphone di tanganku. Umurku 25 tahun, lahir dari keluarga yang Alhamdulillah serba berkecukupan. Aku anak perempuan pertama dari 3 bersaudara .

   "Kak, lagi apa sih asyik banget kelihatannya ?" tanya Dita adik bungsu perempuanku yang tiba-tiba datang dari arah belakang.

   "Apa sih dek, kepo banget kamu." Jawabku sedikit meledek.

   "Yaaaaah di tanya baik-baik jawabnya gitu amat." ketus adikku sambil melangkah ke dalam rumah.

Aku hanya melirik sinis pada Dita .

  Allahu akbar .. Allahu akbar .. Suara adzan magrib berkumandang. Aku bergegas masuk ke dalam rumah dan langsung mengambil air wudhu. Ayah, ibu, aku dan ke 2 adikku melaksanakan sholat magrib bersama.

   Pagi hari semua keluarga sibuk dengan kegiatan masing-masing. Aku berangkat bekerja dengan membawa kendaraan sendiri. Aku bekerja di salah satu kantor perusaan di Bandung.

   "Hei Fat, pulang kerja nanti jalan yuk?" Ajak Nuri salah satu teman kantorku.

   "Mau jalan kemana ?" Tanyaku  balik

   "Kemana aja sih Bandung kan luas banget, banyak juga tuh tempat-tempat nongkrong"

   "Oke boleh deh, tapi nanti aku lapor ibu dulu ya takutnya khawatir kalo aku pulang telat."

   "Siaaaaap!" Jawab Nuri tegas.

   Jam kerja pun telah usai. Aku dan Nuri berencana akan jalan dulu ke salah satu tongkrongan di Bandung. Ketika kami sedang bejalan sambil berbincang di lobby kantor, tiba-tiba salah satu teman laki-lakiku menghampiri.

   "Fatma mau langsung pulang hari ini ?" Tanya Mas Bagas lembut.

   "Eh Mas Bagas. Enggak Mas aku mau jalan dulu sama Nuri."

   "Oh begitu ya. Tadinya Mas mau antar kamu pulang , sekalian ada hal penting yang mau Mas bicarakan sama kamu."

   "Yaaa .. gimana ya aku sudah ada janji sama Nuri." Jawabku sedikit nyengir. Nuri yang dari tadi terdiam berada di antara kami berdua langsung memotong pembicaraan.

   "Eh Fat, santai aja kali. aku gak apa-apa ko kan bisa kapan-kapan."

  Aku pun terdiam, sambil berfikir karena aku merasa penasaran apa yang mau Mas Bagas bahas sama aku. Tapi di sisi lain aku juga merasa tidak enak jika harus membatalkan acaraku dengan Nuri.

  "Fatma kalau sudah ada janji sama Nuri tidak apa-apa,pergi saja ya. Mas bisa ko besok atau lusa ke rumah kamu. Lagian ini salah Mas juga, enggak bilang kamu dulu mendadak banget ya. Hihi." Mas Bagas sedikit nyengir..

   "Benar nih Mas enggak apa-apa?" Tanyaku.

   "Iya Mas enggak apa-apa ko, nanti Mas akan kabarin kamu dulu kalo Mas mau ke rumah kamu ya."

   "Mas enggak marah kan sama aku ?" Tanyaku lagi.

   "Enggak, beneran deh enggak apa-apa." Jawab Mas Bagas meyakinkanku.

  Aku dan Nuri pun berpamitan untuk pergi duluan kepada Bagas. Suasana kantor seketika hening, karena hampir semua karyawan sudah pulang, tinggal petugas kebersihan dan beberapa satpam yang masih berjaga di sana.

...****...

Aku dan Nuri sampai di salah satu tempat makan di Kota Bandung. Langsung saja kami memesan makanan yang kami mau. Kebetulan perutku sudah tidak bisa di ajak kompromi lagi, sepertinya cacing-cacing imut di dalam perutku sudah tantrum akibat kelaparan juga. Hehe ..

Setelah kurang lebih 15 menit menunggu , akhirnya makanan datang. Langsung saja aku santap , sambil mendengarkan live musik yang lagu nya sudah tidak asing lagi di telingaku.

Suasana di tempatku dan Nuri nongkrong tidak begitu ramai karena ini bukan malam minggu, hanya beberapa pasangan pria dan wanita saja yang terlihat, ada juga yang mungkin sama sepertiku pergi bersama teman yang sekedar hanya untuk melepas penat dari pusing nya mikirin soal kerjaan.

"Fatma, kamu ko bisa-bisanya nolak ajakan Mas Bagas tadi, padahal kan aku enggak apa-apa kalo misalnya kamu mau pergi sama dia."

Nuri membuka pembicaraan, seperti nya dia juga merasa enggak enak soal tadi.

"Tak apa lah Nur, lagian kan aku enggak tau kalo Mas Bagas mau nganterin aku pulang. Padahal kan aku juga bawa kendaraan sendiri."

"Oiya, ya. Aku cuman ngerasa enggak enak aja sih."

Tuh kan bener, dia ngerasa gak enak.

"Sudah jangan begitu, kita nikmatin aja suasana dan makanan nya ya."

Aku berusaha menenangkan Nuri, walau sebenarnya hatiku juga masih penasaran dengan apa yang akan Mas Bagas bicarakan sama aku.

"Sudahlah, biar nanti aku telepon Mas Bagas ketika aku sudah di rumah." Gumamku dalam hati.

...****...

Jam menunjukan pukul 19:30 WIB. Aku sudah sampai di rumah dan bergegas bersih-bersih badan karena udah lengket banget. Setelah bersih-bersih aku pun langsung menghampiri adik laki-laki ku yang duduk di kursi ruang Tv sedang asyik menonton acara Tv bersama ayah, ibu dan dik bungsuku Dita.

"Dek, besok kakak kerja di anterin sama kamu ya?" Ucapku pada Vino adik ke dua ku.

"Lah kenapa gak bawa motor sendiri kak?" Tanya adikku.

"Males aja sih, capek!. Kamu mau ya anterin kakak?"

"Iya deh besok aku anterin sambil berangkat kuliah."

Vino nama adik ke dua. Kami tiga bersaudara sangat saling menyayangi. Aku sebagai kakak perempuan mereka, harus benar-benar bisa setangguh orang tuaku.

"Tumben banget kamu kak ada apa ?" Tanya ibuku penasaran.

"Enggak apa-apa bu, aku cuman lagi males aja capek bawa kendaraan. Lagi nyerah sama macetnya Bandung."

"Emm .. Kamu kak kaya baru seminggu aja tinggal di Bandung. Pake acara nyerah segala sama macetnya Bandung."

Ayah sedikit meledekku. Ibu dan Vino hanya tertawa kecil, sedangkan si bungsu masih asyik dengan handphone nya.

"Ih ayah .. Beneran Fatma lagi capek, males bawa motor loh. Udah ya Fatma pamit masuk kamar duluan." Sambil beranjak dari tempat duduk.

"Gitu tuh kak Fatma kalo lagi bucin, gak pernah anteng ngumpul bareng kita ya bu?" Vino nyeletuk.

Mendengar celetukannya, aku langsung berbalik badan dan berbicara ke arah Vino.

"Apaan sih dek, masih zaman emang di umur kakak yang segini untuk bucin-bucin?"

Vino hanya tertawa kecil, ayah dan ibu pun tersenyum.

Merenung di kamar tanpa suara bising dengan lampu yang sedikit redup adalah hal paling nyaman menurutku Bebas berimajinasi sesukaku tanpa ada gangguan apapun. Haha ...

Aku baru ingat dengan perkataan Mas Bagas tadi. Kira-kira apa ya yang mau dia bahas.

"Apa aku harus telepon dia dan bertanya soal tadi? Jujur sih aku masih penasaran sampai sekarang. Ah tapi besok lagi saja aku bertanya, ini sudah malam tidak enak takut aku mengganggunya."

...****...

Esok harinya aku di antar kerja oleh adikku. Ya seperti biasa kegiatanku di jam kerja sibuk dengan pekerjaan. Aku bertemu Mas Bagas ketika jam makan siang.

"Mas, boleh aku bertanya?."

"Iya kenapa Fatma?."

"Soal yang kemarin, jujur aku penasaran apa yang mau Mas Bagas bicarakan. Apa bisa kita bahas disini sekarang ?"

Aku sedikit gugup, tapi memberanikan diri untuk bertanya karena rasa penasaranku lebih besar daripada rasa gugupku.

"Mas mau ngomong, tapi maaf sebelumnya. Kemarin pas kamu pergi sama Nuri, Mas memutuskan datang ke rumah kamu dan berbicara dengan orang tua kamu."

Apa? Jadi dia kemarin datang ke rumah aku, dan kenapa ayah ibu tidak bilang kalo Mas Bagas ke rumah. Oke kita dengarkan penjelasannya.

"Mas sengaja menahan ayah dan ibu kamu supaya tidak memberitahu kamu kalo Mas datang ke rumah."

Jujur aku kaget banget, dan rasa penasaranku semakin kuat. Ada apa ini sebenarnya?

"Terus ada apa Mas ke rumah, apa yang Mas bicarakan dengan ayah dan ibu?" Tanyaku perlahan.

"Mas berniat untuk melamar kamu." Jawabnya singkat.

Tapi dengan jawaban singkat itu, jujur aku kaget banget, perasaanku mulai gak karuan.

Apa ini? aku harus gimana?

"Fatma, maaf kalo perkataan Mas membuat kamu kaget.Mas berniat melamar kamu secepatnya dan ayah ibu kemarin hanya berkata semua terserah kamu Fatma. Jika kamu siap secepatnya Mas akan ke rumah kamu beserta keluarga Mas. Bagaimana?”

Aku terpaku diam membisu, pandanganku kosong tapi, hati dan fikiran ku bercampur. Entah apa yang aku rasa, bahagia ataukah kecewa?. Tapi aku berusaha menenangkan diri, bagaimanapun Mas Bagas membutuhkan jawabanku segera.

"Mas, jujur aku kaget banget. Tapi aku harus membicarakan ini dulu dengan ayah dan ibu."

"Baik Fatma, itu memang harus di lakukan. Mas akan menunggu jawaban kamu."

Kami menyelesaikan makan siang kami, setelah itu kami kembali kepada kerjaan masing-masing karena kebetulan jam istirahat sudah habis.

Di jam kerja aku mulai kurang fokus. Bagaimanapun hatiku masih kaget, Nuri yang sedari tadi memperhatikanku bertanya.

"Hei kenapa ko dari tadi aku perhatiin kamu banyak diam . Ada apa ?"

"Nanti aku cerita ya , kali ini aku benar-benar tidak fokus Nur."

Tanpa berfikir panjang, Nuri pun langsung memahami maksudku.

...****...

                         

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

coba keep dulu 👍

2024-02-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!