Sofia Anderson lahir dari keluarga kaya raya namun ia di besarkan dan hidup sederhana bersama seorang pria yang menculiknya sewaktu masih kecil karena sebuah dendam masa lalu.
16 tahun kemudian sang penculik mulai menyadari kesalahannya dan ingin menyerahkan Sofia pada orang tua kandungnya. Lantas memindahkan gadis itu ke universitas milik keluarganya berharap ada keajaiban disana.
Namun tingkat sosial yang berbeda membuat Sofia mendapatkan banyak sekali bullyan dari teman-temannya, belum lagi ayah angkatnya (sang penculik) yang tiba-tiba menghembuskan napas terakhirnya sebelum mengatakan rahasia yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~02
Pagi-pagi sekali Sofia sudah berdiri di depan sebuah gedung tinggi dan mewah yang tak lain adalah universitas SG dimana akan menjadi tempatnya yang baru untuk menuntut ilmu.
Universitas yang memiliki beberapa tower tersebut terlihat sangat mewah dengan segala fasilitas dan pendukungnya.
"Hai minggirlah kamu menghalangi mobil yang akan lewat !!" teriak seorang security saat baru membuka pintu gerbang universitas tersebut.
"Maafkan aku." Sofia sedikit membungkuk lantas segera melangkah masuk namun security itu langsung menghadangnya.
"Kamu mau kemana ?" tanyanya seraya memperhatikan Sofia dari ujung kaki hingga rambut, Sofia yang hanya mengenakan celana jeans lusuh serta kaos dan juga tas punggung lawasnya memang terlihat berbeda jauh dengan para mahasiswa di universitas tersebut yang rata-rata anak dari pengusaha kaya raya.
"Perkenalkan, aku Sofia calon mahasiswa baru di sini." Sofia langsung menunjukkan sebuah kartu pengenal sebagai akses masuk yang sebelumnya di berikan oleh ayahnya tersebut.
"Kamu dari jalur beasiswa ?" tanya security tersebut setelah memeriksa tanda pengenal milik gadis itu.
"Benar, tuan." Sofia langsung mengangguk cepat.
"Baiklah semoga beruntung." ujar sang security lantas segera menyuruh Sofia untuk masuk.
"Semoga beruntung? seperti akan ikut kompetisi saja." gumam Sofia seraya melangkahkan kakinya masuk ke dalam pelataran gedung universitas tersebut.
Sofia nampak mengedarkan pandangannya dan gadis itu benar-benar kagum dengan gedung tersebut yang terlihat sangat mewah seperti sebuah istana di negeri dongeng.
Kemudian pandangannya beralih ke pintu gerbang di mana nampak lalu lalang mobil mewah mengantar mahasiswa di sana dan itu membuat Sofia seketika berkecil hati.
Untuk sampai ke sini saja ia harus naik kereta dua kali dengan suasana yang berdesakan dan setelah itu ia juga harus berjalan kaki selama 15 menit agar sampai di gedung tersebut.
Benar-benar melelahkan namun bagi Sofia kebahagiaan sang ayah adalah yang utama, jika ayahnya menginginkannya untuk menempuh pendidikan di sana maka ia akan mematuhinya toh itu semua demi kebaikannya juga.
"Hai ?" sapa seseorang hingga membuat Sofia langsung berjingkat kaget.
"Hai juga." sahut Sofia seraya menatap seorang pemuda dengan kacamata tebal membingkai kedua matanya tersebut.
"Kamu murid baru ?" tanya pemuda tersebut.
"Hm, aku Sofia mahasiswa baru di sini tapi aku baru akan masuk di semester depan." Sofia langsung mengulurkan tangannya.
"Dani." pemuda itu langsung membalas jabat tangan gadis itu.
"Senang bertemu denganmu, Dani." timpal Sofia dengan tersenyum ramah.
"Apa kamu sudah memiliki seragam, Sofia ?" tanya pemuda itu lagi.
"Se-seragam ?" Sofia nampak tak mengerti bukankah kuliah tak menggunakan seragam.
"Ya tentu saja seragam, jadi kamu tidak tahu ?" Dani terlihat heran menatap gadis berpenampilan sederhana itu.
"Bukankah seragam biasanya hanya di pakai oleh anak SMA ?" tanya Sofia kemudian.
"Tapi di kampus ini juga mewajibkan muridnya untuk memakai seragam, Sofia. Ku rasa kamu belum terlalu banyak mengenal universitas ini." terang Dani seraya menatap tak percaya gadis itu padahal kampusnya tersebut telah menjadi idola bagi kalangan remaja manapun yang ingin menempuh pendidikan di sana.
Meskipun sebenarnya tak seindah berita yang beredar si luaran sana karena setiap sekolah pasti memiliki sisi negatif maupun positifnya.
"Aku tidak tahu, maksudku aku kurang mencari tahu tentang itu jadi apa kamu tahu di mana aku akan mendapatkan seragamnya ?" timpal Sofia kemudian.
"Tentu saja nanti aku akan menunjukkannya padamu di mana membelinya." sahut Dani dan sontak membuat Sofia sedikit terkejut, membeli seragam? bukankah semuanya gratis bagi mahasiswa yang mendapatkan beasiswa?
"Ngomong-ngomong apa kamu masuk ke sini melalui jalur khusus? maaf maksudku penampilanmu tak seperti mereka." tanya Dani seraya menunjuk beberapa anak gadis berpenampilan mewah yang sepertinya baru datang itu, meski semuanya menggunakan seragam tapi apa yang menempel di badan mereka nampak bermerk dengan harga fantastis.
"Ayahku berhasil mendapatkan beasiswa untukku." terang Sofia dengan jujur, bukankah dia memang harus jujur? lagipula jika ia mendapatkan beasiswa itu berarti otaknya lumayan bisa di adu dengan yang lainnya.
"Oke, baiklah Sofia. Senang bertemu denganmu dan semoga kamu beruntung di sini, jika ingin mendapatkan seragam kamu bisa pergi ke gedung sebelah itu kamu akan mendapatkan semua yang kamu perlukan di sana." ujar Dani seraya menunjuk ke arah gedung yang bersebelahan dengan gedung kampus tersebut, setelah itu pemuda itu berlalu pergi karena bel masuk telah berbunyi.
Sementara Sofia nampak mengedarkan pandangannya ke setiap sudut bangunan tersebut, rasanya ia masih tak percaya bisa bersekolah di sini.
"Semoga aku beruntung." gumamnya, setelah itu Sofia segera berlalu ke sana.
"Li-lima juta ?" ucapnya setelah mengetahui harga seragam di kampusnya tersebut.
"Iya benar, kamu akan mendapatkan sepasang seragam." terang seorang wanita dewasa nan cantik itu pada Sofia.
"Tapi bukankah murid yang mendapatkan beasiswa khusus di sini mendapatkan semua fasilitas dengan gratis ?" timpal Sofia karena itu yang ia dengar dari sang ayah.
"Semua gratis kecuali seragam Sofia dan kamu harus segera mendapatkannya sebelum awal semester di mulai." terang wanita itu lagi.
"Ta-tapi...."
"Kamu masih punya waktu tapi jika tidak di luaran sana masih banyak siswa yang berprestasi ingin kuliah di sini jadi segera buat keputusanmu." tegas wanita itu.
"Baiklah, kalau begitu saya pamit undur diri dulu." Sofia segera beranjak dari duduknya.
Sementara wanita itu nampak tersenyum miring. "Sudah miskin ya miskin saja untuk apa bermimpi sekolah di sini." gerutunya seraya menatap kepergian Sofia.
"Lima juta, sepertinya aku harus mencari pekerjaan lain lagi. Tidak mungkin aku menggunakan semua gajiku untuk membayar seragam itu lalu bagaimana dengan kebutuhan kami sehari-hari ?"
Sepanjang jalan Sofia nampak berkutat dengan pikirannya sendiri dan tiba-tiba.....
Brukkk
"Maaf, aku tak sengaja." ucapnya saat tak sengaja menabrak seseorang hingga membuat tas yang orang itu pegang terjatuh di atas lantai, kemudian Sofia segera mengambilnya lalu menyerahkannya.
"Kau !!" ucap mereka bersamaan setelah saling menatap.
"Ck, gadis lumpur. Apa yang kau lakukan di sini? apa kau sedang melamar menjadi tukang sapu ?" ucap George dengan wajah mengejek.
Sofia nampak melebarkan matanya, bukankah itu pria yang telah mengotori pakaiannya beberapa waktu lalu?
Kemudian Sofia segera mengedarkan pandangannya mencari sosok pria lainnya yang waktu itu telah memberikannya uang sebagai ganti rugi untuk mencuci pakaiannya yang kotor karena ia harus mengembalikan sisa uang tersebut pada pria itu.
"Berikan ini pada temanmu itu, lain kali berhati-hatilah dalam mengemudi. Mungkin kemarin hanya pakaian ku yang menjadi korbannya, bisa jadi lain kali nyawa seseorang yang melayang." ucapnya seraya menyerahkan dua lembar uang dan pecahan koin pada pria itu, lantas segera pergi dari sana.
"Ck, sombong sekali dia. Ariel harus tahu ini." geram George, karena itu adalah penghinaan bagi sang tuan muda sang penguasa universitas ini.