Ini adalah lanjutan dari seven R Anak genius bagi yang sudah membaca novel sebelum nya pasti tau dong siapa mereka?
Kejeniusan mereka sudah sudah diketahui dunia. Mereka pun menjadi incaran para mafia yang menginginkan otak mereka.
Bisakah sikembar menghadapi Semuanya?
Cerita ini juga diselingi kisah cinta mereka.
Penasaran ikuti yuk...
Seperti biasa cerita ini hanya khayalan semata alias fiksi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menciptakan senjata baru
.
.
.
"Tapi kita tidak tahu kekuatan lawan, hanya saja kita harus berhati-hati," Ray.
"Kamu benar Ray," kata Rasya.
"Kalau begitu sekarang kita menciptakan alat yang bisa mengalahkan mereka," Ram.
"Ide yang bagus, berarti sekarang kita beli pistol mainan dulu," Raffa.
"Mengapa pistol? kita bisa menciptakan alat lain, seperti pensil atau pulpen tapi sebenarnya adalah senjata. Dan juga itu tidak akan dicurigai." Ram.
Pistol mereka tidak bisa dibawa karena pemeriksaan didalam pesawat sangat ketat. Jadi mereka harus menciptakan alat yang baru yang lebih canggih lagi. sedangkan permen yang mereka ciptakan dapat mereka bawa. Juga jam tangan yang mereka pakai tidak bisa dicurigai. Saat ini juga mereka menciptakan alat tersebut.
Seharian ini mereka tidak kemana mana, karena mereka sibuk dengan alat ciptaan mereka.
"Tuan kecil makanan sudah siap," panggil pelayan tersebut.
Pelayan mereka hanya dua orang, karena rumah mereka tidak terlalu besar, jadi tidak perlu banyak pelayan, sikembar juga tidak perlu diurus. sebenarnya mereka tidak mau kalau membawa pelayan, tapi karena sang Daddy yang bersikeras ingin mereka ditemani pelayan jadi mereka hanya pasrah saja.
"Baik bik, sebentar lagi kami makan." jawab Ram, setelah 15 menit mereka pun selesai dengan alat ciptaan mereka.
"Nanti baru kita bahas lagi, sekarang kita makan dulu nanti bibik mengadu ke Mommy," Ray.
Mereka semua pun menurut saja. sekarang mereka sudah berada dimeja makan, pelayan hanya menghidangkannya saja selebihnya sikembar bisa melakukannya sendiri.
Setelah selesai makan mereka kembali lagi kekamar untuk membahas ciptaan mereka tadi, pungsi alat itu seperti pistol yang bisa menembak, dan kekuatan daya tembaknya bisa melebihi pistol. hanya saja tidak sampai membunuh orang, cuma bisa membuat lumpuh saja.
"Sekarang kita istirahat dulu, besok kita sudah mulai kuliah," Ray.
Ya mereka mengerjakan alat itu sampai malam, sekarang mereka pun terasa sangat letih.
Keesokan harinya...
Sikembar sudah terbangun pukul 5 pagi, mereka akan joging dulu sebelum berangkat ke kampus. Sikembar berlari mengelilingi taman, dan tidak sengaja bertemu dengan Linda.
"Bukankah itu cewek yang kemarin?" tanya Roy, sikembar menoleh kearah tunjuk Roy.
"Benar itu cewek yang kemarin," kata Ren. Linda bersama Nathalie menghampiri mereka.
"Hai apa kabar?" tanya Linda.
"Baik," jawab Ram.
Nathalie menyenggol lengan Linda, seolah olah meminta penjelasan lalu Linda mengatakan bahwa merekalah bocah itu.
"What...!" Nathalie tentu saja terkejut.
"Gak juga segitunya kale kagetnya," kata Linda mengejek.
"Aku hanya tidak percaya aja," jawab Nathalie.
"Kami permisi dulu ya, soalnya takut terlambat ke kampus," Ram.
Lalu sikembar pun pergi meninggalkan tempat itu tanpa menoleh sedikitpun kearah dua gadis tersebut.
"Tuh kan mereka jadi pergi," kata Linda sambil mengerucutkan bibirnya.
"Udahlah, bocah juga masih banyak cowok dewasa yang harus kita pacari," ucap Nathalie.
"Yang mau pacaran dengan mereka siapa? aku cuma mau berteman dengan mereka, hanya mereka yang berani menentang si bayam itu," Linda.
"Ehh bukankah kamu suka ya sama Bryan?" tanya Nathalie.
"Dulu iya sekarang tidak setelah tau sifat aslinya," Linda.
"Kok bisa begitu? berarti kamu tidak benar benar cinta dong sama si Bryan itu?" tanya Nathalie lagi.
"Hati bisa berubah kalau sifat orang yang kita cintai ternyata tidak seperti yang kita harapkan, ah sudahlah lebih baik kita juga pulang, nanti kita ada kelas pagi ini kan?" lalu Linda pun meninggalkan sahabatnya yang masih berdiri ditempat itu.
"Woy tunggu dong, main tinggal aja," teriak Nathalie yang tidak terima ditinggal oleh sahabatnya.
Nathalie berlari mengejar Linda yang berjalan semakin menjauh.
Sementara sikembar sudah tiba dirumah mereka, mereka segera masuk kedalam kamar masing-masing untuk segera mandi.
Setelah selesai mandi dan berpakaian lengkap mereka menuju dapur untuk sarapan.
"Masak apa bik?" tanya Ram dengan suara lembut.
"Hanya masak nasi goreng tuan kecil, maaf," jawab pelayan.
"Gak apa-apa kok bik, gak usah merasa bersalah gitu," Roy.
"Silahkan Tuan kecil, bibik mau kebelakang dulu banyak kerjaan." kata pelayan.
"Bibik sudah sarapan?" tanya Ram.
"Belum tuan kecil, bibik nanti saja deh," jawab pelayan.
Setelah itu tidak ada lagi percakapan diantara mereka, karena sewaktu makan mereka memang tidak banyak bicara. Sejak kecil Diva mengajarkan seperti itu. Setelah selesai makan mereka pun pamit kepada pelayan untuk berangkat ke kampus.
"Kita pakai skuter aja, gimana?" tanya Ren.
"Boleh juga sih, jalan kaki juga dekat," Rakha.
"Aku pakai skuter aja deh," Ram.
Akhirnya mereka pun berangkat ke kampus yang hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari rumah mereka.
Seperti kemarin, hari ini mereka menjadi pusat perhatian, karena mereka yang paling mencolok diantara semua mahasiswa dan mahasiswi yang ada disitu.
"Saat seperti inilah yang paling menyebalkan dalam hidupku," gumam Ray.
"Sudahlah cuekin aja mereka, paling mereka cuma iri karena tidak ada yang sejenius kita," ucap Ram santai.
Mereka melewati para mahasiswa dan mahasiswi yang memandang mereka dengan berbagai ekspresi.
"Heh bocah, ngapain lagi kalian berkeliaran disini? disini tempat belajar bukan tempat bermain," tanya Bryan.
Sikembar tidak menggubris perkataan si bayam itu. Sikembar masih meneruskan langkahnya, Bryan yang geram dicuekin mengambil pisau lipat dari saku celananya dan melemparnya kearah sikembar. Tanpa menoleh Ram berhasil menangkap pisau terbang itu, para mahasiswa dan mahasiswi yang tadi melotot melihat sikembar kini semakin melotot melihat aksi Ram menangkap pisau lipat itu dengan mudah.
Ram berjalan mendekati Bryan yang masih melongo melihat Ram dengan mudah menangkap pisau tersebut.
"Aku peringatkan, jangan main main dengan kami kalau tidak ingin klan mafia bloods musnah," ucap Ram lembut tapi mengancam.
"Darimana mereka tahu nama kelompok mafia Daddy ku," batin Bryan.
"Hahaha, kalian hanya bocah bisa apa?" tanya Bryan.
Buugh, Ram menendang tulang kering milik Bryan, Bryan seketika menjerit karena tendangan dari Ram tidak main-main.
"Aakh," teriak Bryan sambil jingkrak jingkrak menahan rasa sakit.
"Heh kenapa kalian diam saja? cepat hajar mereka," perintah Bryan.
Lalu keempat teman Bryan maju menyerang Ram, Ram tidak gentar sedikitpun malah dengan santainya ia melawan keempat pria yang dua kali lebih besar darinya. hanya dalam sekejap keempat pria itu sudah terkapar dilantai.
"Mengapa kalian tidak membantuku? tanya Ram pada saudaranya yang hanya menjadi penonton saja.
"Sepertinya kamu tidak perlu bantuan," jawab Ren santai.
"Yuk cabut, kita sudah ditunggu oleh profesor Albert. ajak Roy.
Mereka pun pergi meninggalkan tempat itu yang masih menyisakan empat orang yang tergeletak pingsan. Bryan mengepalkan tangannya kuat karena saking marahnya, sudah dua kali ia dipermalukan oleh bocah.
"Huh, apa mereka bilang mau menghancurkan klan mafia bloods? kita lihat saja nanti kalian akan mati secara tragis," seringai Bryan penuh dendam.
.
.
.