Safire adalah seorang Dokter di masa depan, tiba-tiba dia sudah berada di tubuh seorang Putri. Istri dari seorang Pangeran yang dulunya adalah kandidat Putra Mahkota terkuat, tapi karena suatu insiden memalukan akhirnya sang Pangeran harus kehilangan wajah dan wibawa-nya. Karena penjebakan Esmera, akhirnya dia harus menikahi wanita yang tidak disukainya. Seorang Putri yang sangat angkuh, jahat dan licik.
"Kau bangun?! Ckkkk.... aku kira kau mati! itu yang aku harapkan! Jangan pikir aku menyentuh dan menggaulimu karena aku menginginkanmu, Esmera! Aku dipaksa meminum obat oleh Ibu Suri karena kau merengek padanya. Kau bilang padanya setelah aku menikahimu aku tidak pernah menyentuhmu! Bahkan sekarang setelah aku menyetubuhimu, aku ji jik pada diriku sendiri!" ujar Pangeran Alexander berwajah ji jik.
Akankah Safire bisa merubah stigma buruk Putri Esmera, pemilik tubuh yang ia masuki?
Yuk, kepoin aja...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab - 2 Kau Bukan Seorang Manusia.
Bab.2
Dengan perlahan Safire turun dari ranjang, dia bahkan tak meminta bantuan pada Xena yang berdiri mematung memperhatikannya. Sepertinya para pelayan ketakutan berada di dekat si pemilik tubuhnya atau memang sangat membencinya dan ingin menjauhinya.
"Tadi, siapa itu Cello? Kenapa dengan kakinya?" tanya Safire sembari tertatih - tatih mencari kamar mandi.
"Anda tidak ingat? Cello adalah keponakan bibi Neri, Anda lah yang menyiksa Cello karena anak itu tak sengaja menjatuhkan hadiah dari keluarga Anda."
Langkah Safire terhenti, "Aku menyiksanya? Seberapa parah?"
"Sudah diobati tabib, tapi Cello belum juga sembuh."
"Sudah berapa hari?" Safire adalah seorang Dokter di masa-nya, dia sedang men-diagnosis seberapa parah luka anak itu.
"Tiga hari, itu--"
"Dimana bajuku? Aku akan melihat keadaannya," ujar Safire, tadi dia mendengar luka anak itu sudah bernanah.
"Apa?! Tidak! Anda akan menyiksa Cello lagi, Putri!" teriak Xena histeris.
Safire membalikkan tubuhnya, menghela nafas pelan. "Aku tidak akan menyakiti anak itu, aku hanya ingin memeriksa keadaannya."
"Tapi kenapa?! Selama ini Anda tidak pernah perduli pada siapapun, kenapa--"
"Berikan saja baju gantiku," Safire terus berkata lembut, tak ingin stigma buruk si pemilik tubuh juga terpatri padanya.
"B-baik," Xena dengan cepat menyiapkan gaun untuk sang Putri.
"Baiklah, sekarang bawa aku kesana," Safire selesai berganti gaun, meskipun tubuhnya lengket dan bau aroma persetubuhan masih menguar. Apalagi di bawah sana terasa sangat sakit, namun ia ingin lebih dulu memeriksa keadaan anak itu karena dia adalah seorang Dokter, baginya kondisi pasien lah yang terpenting.
Xena berjalan di depan menuju ruangan kecil untuk para pelayan, ia membuka pintu.
"Bibi, Putri datang."
Bibi Neri menerjang maju, "Untuk apa kau kesini wanita kejam! Kau bukan seorang manusia! Lihat keadaan keponakanku karena kekejaman mu! Pergi!"
Safire tak mengindahkan teriakan dan makian dari wanita paruh baya di depannya, dia terus berjalan masuk lalu berjongkok di samping seorang bocah laki - laki sekitar 12 tahun.
"Namamu Cello?"
Mendengar suara orang yang telah menyiksanya, mata anak itu terbelalak ketakutan. Ingin bergerak tapi tak bisa.
"Aku tidak jahat, aku akan memeriksa lukamu, oke?"
"Memeriksa apa?! Kau bukan tabib! Kau juga hanya wanita bodoh yang kejam! Jangan sentuh Cello, pergi!" Bibi Neri menarik tubuh Safire dari belakang.
Safire menggeram, sepertinya agar bisa mengobati anak kecil itu dia harus berpura - pura kejam seperti si pemilik tubuh.
"Kalian yang pergi! Sana!" Safire berdiri lalu mendorong dengan keras tubuh Bibi Neri dan kedua orang lainnya lalu mengunci pintu.
Dugh!
Dugh!
"Hei! Wanita ke ji! Buka pintunya! Kenapa kau ingin membunuhnya! Dia sudah sekarat tanpa harus kau bunuh! Kenapa kau kejam sekali!" teriak bibi Neri seraya menggendor pintu berkali - kali.
Safire kembali tak mengacuhkan bibi Neri, dia memeriksa denyut nadi Cello dengan memejamkan matanya.
Lalu Safire meraba dahinya, dahi anak itu sangat panas. Cello sedang demam tinggi.
"Gawat!"
"Xena! Apa Cello sudah diberi obat dari tabib?"
Safire sengaja bertanya pada Xena, paling tidak wanita muda itu selalu menjawab pertanyaannya.
Hening.
"Kalau kalian tidak menjawabku, aku akan membunuh Cello!" ancam Safire pada akhirnya, masa bodoh dengan stigma buruk si pemilik tubuh jika itu bisa mencegah satu kematian.
"Kau berani! Vivi panggil Pangeran Alexander! Laporkan ini padanya!" kembali bibi Neri berteriak.
"Astaga! Aku akan menghitung sampai tiga, katakan dimana obat dari tabib aku harus memeriksanya dan meminumkan nya pada anak ini!"
Masih tak ada jawaban.
"Satu... Dua..."
"Di bawah kasur ada obat dari tabib!" teriak Xena.
Safire langsung mengambilnya, itu adalah obat palsu. Dia tau obat - obatan dari abad pertengahan sampai modern karena dia adalah Dokter sains. Obat yang diberikan tabib malah memperparah luka di tubuh Cello.
"Aku membutuhkan Amoxicillin dan obat pereda panas," gumam Safire.
Ting! Tiba - tiba sebuah kotak berukuran sejari jempol orang dewasa muncul di depannya.