NovelToon NovelToon
Olimpiaders & Lover

Olimpiaders & Lover

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat
Popularitas:969
Nilai: 5
Nama Author: Zuy Shimizu

sinopsis:
Nama Kania Abygail tiba tiba saja terdaftar sebagai peserta Olimpiade Sains Nasional.

Awalnya Kania mensyukuri itu karna Liam Sangkara, mentari paginya itu juga tergabung dalam Olimpiade itu. Setidaknya, kini Kania bisa menikmati senyuman Liam dari dekat.

Namun saat setiap kejanggalan Olimpiade ini mulai terkuak, Kania sadar, fisika bukan satu - satunya pelajaran yang ia dapatkan di ruang belajarnya. Akan kah Kania mampu melewati masa karantina pra - OSN fisikanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zuy Shimizu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#Chapter 25: Rembulan Yang Cemburu

"Malam ini, di bawah langit yang sama, perasaan kita pun sama."

\#\#\#

Liam sejak awal sudah curiga.

Ia sudah takut bahwa kejadian di toilet perempuan akan terulang, karena itu, Liam sudah kembali dengan kunci cadangan dari resepsionis.

Tapi karena tak punya bukti cukup untuk mendekat, Liam hanya bisa menunggu dari kejauhan. Dan pemuda itu justru dikejutkan dengan suara hantaman keras.

Ia terdiam sejenak. Kalau di logika, suatu benda tumpul tengah menghantam pintu kamar 829.

"Kania" Liam bergumam dengan dahi berkerut. Pada akhirnya ia memberanikan diri untuk mendekat. Beberapa kali juga ia mendengar pekikan dari dalam sana, namun baru kali ini ia berani mendekat.

Tok tok tok

"Kania!?"

Hening sejenak.

Tak ada sahutan selama beberapa detik. Liam tidak tahu apa yang terjadi di dalam sana.

"Liam? LIAM!?"

Pemuda itu tersentak begitu mendengar sahutan dari sana. Ia hapal betul suara siapa itu.

"LIAM, TOLONG! KANIA KEKUNCI DI DALEM!"

Sahutan itu membuat semua tersentak. Baik liam yang ada di luar, juga Leona dan dua temannya yang ada di dalam.

Plak

Sebuah tamparan dari Leona kembali menderat di pipi Kania. Diam-diam, gadis itu panik karena ucapan Kania. Ia tahu Kania sengaja berseru sekeras itu agar suaranya bisa menembus pintu dan fertilisasi ruangan ini.

"Bisa diem nggak sih, lo!? Berisik banget, dasar!" bentak Leona.

"LIA-"

"DIEM LO!" Leona langsung membekap mulut Kania. Gadis itu kian panik begitu mendengar suara pintu yang akan terbuka. Gadis itu. menatap kedua temannya. "Kunci dari resepsionis udah kalian amanin? Siapa yang bawa?"

Kedua gadis itu saling menatap, mengecek saku masing-masing sebelum kembali menatap Leonadengan keringat dingin.

"Kita kira yang bawa elu, Na."

"BEGO APA DONGO, SIH!?" Leona memekik kesal. "CEPET KUNCI GANDA PINTUNYA! MALAH DIEM AJA!"

Salah satu gadis itu tersentak. la segera mendekat ke pintu, saat akan mengaitkan kunci ganda, ia justru kesulitan.

"N-nggak bisa, Leona. K-kuncinya mace-"

BRAK!

Semua terkejut begitu pintu di buka dengan begitu kasar. Dan orang yang paling cepat bergerak dalam hitungan detik adalah Liam. Pemuda itu segera mendorong Leona dan menghampiri Kania yang tersungkur di lantai.

"Astaga, Kania! Dahi kamu berdarah!"

Kania tak menyahut. Ia hanya mengerjap beberapa kali, memastikan kehadiran Liam yang di hadapannya ini bukan halusinasi. Kania takut karena kepalanya terbentur, ia jadi tidak bisa membedakan yang nyata dan fatamorgana.

"Ayo, kita keluar dari sini." ujar Liam sembari membantu Kania untuk bangkit.

"Lo kira semudah itu buat bawa si Tikus Got keluar dari sini!?" Leona menyahut dengan wajah yang memerah marah. "Bilangin ke cewek kampungan itu, jauhin Evan kalo dia masih mau ikut olim ini! Baru pertama kali ikutan aja udah belagu!"

Leona mengepalkan tangannya. Ia menoleh ke arah Leona dengan tatapan marah, kelakuan gadis itu memang sudah tidak bisa di toleransi lagi.

"LO ITU YANG KAMPUNGAN!" bentak Liam tepat di hadapan wajah Leona "Sampe segininya nyiksa orang karena Evan. Emangnya Evan suka sama lo? Ngelirik lo aja najis!"

"HEH! Ngomong yang bener, ya! Mentang-"

"MENTANG APA!?" Liam maju selangkah. "Mentang apa!? Gue cariin masalah bokap lo, kencing-kencing lo di celana!"

"Berani lo!? Gue keluarin tuh cewek kapungan dari olim!" ancam Leona balik, gadis itu sedikit takut. Tapi kalau ia menunjukannya, Liam bisa menang atas perdebatan ini. "Siapa sih cewek kampungan itu sampe lo belain banget!?"

"Cewek gue. Kenapa?!"

Seketika ruangan itu hening.

Baik Leona maupun kedua temannya terdiam. Kaniw pun mendongak menatap Liam dengan wajah polosnya.

"Liam?"

Liam diam-diam meneguk ludah. Pemuda itu tak memberi jawaban penjelas, ia hanya segera beranjak. "Ayo kita keluar, Kania."

---- Olimpiaders ----

Liam tahu, balkon pada malam hari begini cukup sepi. Tak banyak orang yang berlalu, mereka sudah beristirahat di kamar masing-masing. Dan Liam menggunakan kesempatan itu untuk mengobati kening Kania

"Kamu kenapa nggak ngelawan tadi?" tanya Liam sembari membuka kotak P3K. "Kamu itu peserta olimpiade, Kania. Bukan penyusup atau maling."

"Kania udah ngelawan. Tadi Kania tendang perutnya Misa. Tapi dia malah marah, terus dorong kepala Kania sampe kebentur pintu."

Liam mendesah lemah. "Psikopat emang orang itu satu,"

"Kasihan Evan, ya. Punya orang yang posesif banget kayak gitu."

Liam mengangguk pelan. Pemuda itu sibuk meneteskan anti-septik pada kapas dan mulai mengobati dahi Kania.

"Sayang banget." gumam Liam.

"Sama?"

"Sama kamu." Liam menarik senyum tipis tanpa ia sadari. "Sama jidatmu, sama masa depan kamu, sama badan kamu juga. Kasian semua, sayang banget."

Kania mencibir. Ah, padahal baru saja ia mau terbang tinggi.

Liam sialan. Pipi Kania sudah memerah padam.

"Liam kenapa akhir-akhir ini jauhin Kanao terus?" ujar gadis itu memberanikan diri.

"Eum..." Liam berdeham. "Banyak masalah. Masalah hati juga."

"Maksudnya?" Kania mengerutkan dahi. "Liam kena hepatitis?"

Liam menghela nafas panjang dengan senyum tipis, pemuda itu berusaha keras untuk bersabar. "Gak, gak gitu juga, sayangku."

"Liam ih!"

Kania memukul pelan pundak Liam dengan pipi yang kembali bersemu. Dan Liam hanya terkekeh, ia selalu senang saat berhasil menorehkan senyuman malu di bibir Kania.

"Udah ya, cukup sampe sini aja rahasia-rahasiaanya." ujar Liam mengakhiri gelak tawanya.

"Maksudnya?"

"Kita lapor ke panitia. Ini udah masuk ranah pidana-"

"Gak. Gak bisa gitu." potong Kania cepat dengan begitu tegas. "Aku nggak tega. Leona gitu cuma karena Evan nggak mau ngelirik dia. Kapan-kapan coba aku ngomong sama Evan biar-"

Liam menghela nafasnya tegas. "Hatimu cantik, nggak heran kalau orangnya juga cantik."

Kania terdiam. Astaga, jantungnya mulai berpacu.

"Kamu tau, Kania? Kalo bulan bisa bicara, mungkin dia bakal cerita betapa dia iri karena cantikmu yang lebih dari dia."

Sudah.

Merah sudah seluruh wajah Kania hingga ke telinganya. Jantungnya sudah berlari jauh meninggalkan Kania di tempat. Entahlah, apa kabar hatinya.

"Liam ihhh! Udah dong! Belajar ngalus dimana, sih?"

Liam tak menjawab, pemuda itu hanya kembali terkekeh karena aksinya berhasil.

Sekedar memberitahu saja, Liam memang bukan tipikal pemuda yang pandai merayu. Ia juga heran, sejak kapan semua kata itu bisa ada di otaknya dan keluar begitu mudah lewat mulut.

Mungkin memang ia sudah tenggelam dalam lautan rasa yang besar untuk Kania. Dan ia tidak ingin keluar dari sana.

✩₊̣̇. To Be Continue

1
Bông xinh
Mantap tenan!
Felix
Bravo thor, teruslah berkarya sampai sukses!
Esmeralda Gonzalez
Bikin baper 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!