apa yang terjadi dimasa lalu, sangat berdampak dengan perjalanan yang dilalui dimasa kini dan masa depan.
perlakuan terus menerus akan ketidakseimbangan dan pilih kasih , membentuk seseorang mempunyai karakter yang egois dan mempunyai dendam yang tidak ia sadari.
pilihan hidupnya antara mengambil segala hal yang terjadi merupakan pengalaman dan pembelajaran terbaik, ataukah justru membuat keras nya hati dalam bersikap dan menghadapi lingkungan sekitarnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danti Romlah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
keseharianku episode 3
Saat aku mau protes, ibu sepertinya sudah menduga aku berkeberatan, cepat ibu melanjutkan titahnya, "adekmu belum makan siang, sebentar lagi ayah pulang untuk makan siang, kakak-kakakmu pun jg akan segera pulang sekolah, kasihan kalau belum ada makanan dirumah". Aku berdecak kesal, tapi tak kuasa untuk menolak perintah ibu. Segera langkah kakiku kuseret kedapur untuk segera menggoreng ikan lele tersebut. Yaaa, diusia 12 tahun, aku sudah bisa melakukan beberapa pekerjaan rumah seperti menggoreng, mencuci piring, mencuci baju, menyapu sekaligus mengepel dan beberapa pekerjaan rumah ringan lainnya.
Ku panaskan penggorengan yang sudah ada diatas kompor, kutunggu sampai minyak agak panas. Setelah kurasa sudah cukup panas, kumasukkan satu persatu ikan lele yang sudah dibumbui ibuku, sedikit takut akan cipratan minyak panas, aku menjauhkan tubuhku dari penggorengan. Setelah semua ikan sudah masuk penggorengan, segera kututup agar saat meletup-letup, minyaknya tidak menciprat kemana-mana. Beberapa saat ku buka tutup penggorengan untuk melihat apakah ikan lele nya sudah bisa dibalik. Saat kurasa sudah cukup matang, ku balik ikan lele dalam penggorengan agar tidak gosong. Kemudian kututup lagi penggorengannya. Setelah beberapa lama dan kurasa sudah matang, ku angkat ikan lelenya dan ku tiriskan. Kemudian kupindahkan ke piring saji dan bergegas ku bawa ke meja makan. Diatas meja makan sudah tersaji nasi dan sambal yang sudah di siapkan ibuku.
Setelah beres dengan pekerjaan menggoreng, aku bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan sholat dhuhur. Ditengah aku sholat kakak-kakak ku terdengar sudah pulang sekolah disusul suara ayah yang terdengar mengucap salam. Selesai menunaikan sholat dhuhur, aku beranjak keluar kamar, dan pemandangan yang selalu kutemukan disiang hari, kakak-kakakku sudah duduk manis di kursi meja makan, tanpa berganti baju, masih memakai seragam sekolah, sudah anteng menikmati makan siang bersama adekku. Sedangkan ayah selalu melaksanakan sholat dhuhur dulu, baru setelah itu menyusul untuk makan siang. Awal dahulu, aku tertegun dengan kebiasaan kakak-kakak ku, tapi sekarang sudah terbiasa karena memang hal ini adalah kebiasaan mereka.
Saat ayah keluar dari kamar beliau, "lho nak, kok belum makan? Itu sudah pada makan semua" tanya ayahku, "aku nunggu ayah, ayah belum makan siang kan?" selorohku. "belum nak, ayo makan bareng ayah yaa" tawar ayahku, "iya yah" jawabku. Saat aku dan ayah sudah duduk di kursi meja makan, kakak-kakak ku dan adekku sudah selesai dengan aktivitas makan mereka dan segera beranjak ke kamar masing-masing. Aku duduk disamping ayahku, ku ambilkan nasi kepiring ayah, lalu kepiringku. Kami makan bersama dengan diselingi obrolan ringan, ayah menanyakan aktivitasku disekolah tadi, dan dengan antusias aku menceritakan kejadian yang terjadi selama aku berada disekolah hari ini. Setelah makanan kami habis, ayah pamit kembali lagi kerja , saat ayah menuju pintu ruang tamu, terdengar suara ibu mengucap salam, "Assalamualaikum", "Waalaikumsalam" kompak aku dan ayah menjawab salam ibuku. "Sudah mau balik kerja Yah? Sudah makan?" tanya ibu, "sudah semua" jawab ayah sembari mengulurkan tangan agar ibu dan aku bergantian mencium punggung tangan beliau. Setelah itu ayah bergegas meninggalkan rumah setelah mengucap salam "Assalamualaikum", "waalaikumsalam, hati-hati dijalan Yah" ucapku dan ibu hampir bersamaan.
Kemana kakak-kakak ku dan juga adekku, kenapa ga ikut melepas ayah yang mau berangkat kerja lagi? Ya begitulah, kebiasaan mereka saat pulang sekolah, makan setelah itu masuk kamar dan ga akan keluar kalo belum sore hari menjelang. Ibu berjalan menuju meja makan, beliau duduk setelah mengambil nasi yang diletakkan dipiring makan. "Segera cuci piring dulu Yang, semua dicuci ya, tadi bekas peralatan masak sudah ibu taruh ditempat cucian piring. Tadi ibu juga sudah merendam cucian baju, sudah 1 jam lebih, jadi bisa segera kamu cuci ya nak" titah ibuku.
"iya buk" jawabku tanpa protes.
Ya inilah kegiatanku dalam keseharian, jangankan untuk menikmati tidur siang, sekadar merileks-kan tubuh ini pun tak ada waktu. Sodara-sodaraku yang lain mungkin sudah berada di alam mimpi mereka.
Aku bergegas menuju tempat cucian piring, ku cuci semua yang ada disana termasuk piring-piring bekas makan kakak dan adekku. Setelah selesai semua pekerjaan mencuci piring, aku bergegas menuju tempat cuci baju. Dan disana memang sudah terendam pakaian kotor milik ayah, ibu, adek dan punyaku. Memang sudah jadi tugasku mencuci pakaian kotor selain pakaian kotor milik kakak-kakak ku, mereka berkewajiban untuk mencuci sendiri. Jangan dibayangkan aku akan mencuci menggunakan mesin cuci, karena saat itu mesin cuci merupakan alat elektronik yang terbilang mahal. Ya, aku mencuci dengan cara mengucek manual, ah pasti banyak yang tidak percaya, anak seusia ku bisa mencuci pakaian secara manual, apakah bersih? Apakah tidak merusak bahan pakaian? Pasti pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terbesit saat orang dewasa lain membayangkan ada diposisiku. Yaaaak, aku sudah terbiasa mencuci pakaian sendiri sejak usia 10 tahun. Awalnya aku hanya mencuci pakaian kotorku saja, tapi saat ibu melihat hasil cucianku cukup bersih, aku mendapat tambahan tugas mencuci pakaian ayah dan ibu, kemudian pakaian adekku pun juga turut serta menjadi tanggungjawab ku.
Setelah hampir 90 menit aku mengerjakan pekerjaan mencuci pakaian, aku beristirahat sebentar dengan mengambil air minum untuk membasahi tenggorokanku yang mengering. Saat kurasa sudah berkurang rasa capekku, aku melanjutkan pekerjaan menjemur pakaian yang sudah dicuci barusan. Bergumul dengan teriknya matahari siang hari, menjelang sore, semua tugasku sudah beres. Baru saja menyimpan bak cucian, terdengar adzan ashar, ibuku yang keluar dari kamar, terlihat bersiap untuk menuju toko material guna menggantikan pakdeku berjaga toko material warisan dari kakek. Saat akan melangkah keluar rumah, kakak-kakak ku juga terlihat keluar dari kamar. Ibu berpamitan pada semua anak-anaknya, "Assalamualaikum"..kami menjawab serentak "Waalaikumsalam".
Aku mengambil air wudhu untuk segera menunaikan sholat ashar, sedangkan kakak-kakak ku masih terlihat bersantai dan mengumpulkan nyawa setelah bangun tidur. Selesai aku sholat ashar, niat hati ingin rebahan sebentar melepas penat sembari menunggu ibu pulang dari menjaga toko. Tetiba terdengar suara adekku menangis kencang, bergegas aku keluar kamar untuk melihat ada apa, ternyata adekku menangis karena diusili kakak laki-lakiku, mereka berebut remote tv. "aku mau lihat kartun mas Levi" teriak adekku, "ga mas mau lihat acara olahraga" balas mas ku. "maanaaaaaaa remote nya, aku mau lihat tv" adekku mulai merengek dan berteriak, dan mungkin karena sebal, mas Levi menaruh remote tv diatas lemari pajang, kemudian meninggalkan adekku yang makin menangis kencang. Aaarrrggghh rasanya gendang telingaku mau pecah....
semoga kedepannya saya bisa makin berkembang dan memperbaiki segala kekurangan yang terjadi