Sekuel dari Anak Jenius Mom Sita. Disarankan untuk membaca novel tersebut dulu agar mengetahui tokoh tokohnya.
Kai Bhumi Abinawa memiliki identitas ganda. Ia dijuluki sebagai Mr Sun di dunia hacker yang ditakuti dunia internasional. Sedangkan di dunia nyata Kai dikenal sebagai pemilik sekaligus CEO dari A-DIS ( Abinawa Defense of Internet System) Company yang sukses. Namun kesuksesan yang dimiliki membawa ia dalam banyak masalah. Banyak wanita yang mengejarnya serta musuh yang ingin menjatuhkannya.
Merasa lelah dengan rutinitasnya, Kai memutuskan untuk menepi dan melakukan sebuah perjalanan. Ia meninggalkan semua kemewahannya dan berkelana layaknya pemuda biasa.
Di tengah perjalanannya Kai bertemu penjual jamu gendong yang cantik. Kirana Adzakia nama wanita berhijab tersebut. Kai jatuh hati terhadap Kiran dan Ia memutuskan untuk menetap di daerah tempat tinggal Kiran sebagai penjaga warnet. Namun siapa sangka Kiran adalah seorang janda muda di usianya yang baru 21 tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBH 02. Mengatakan Maksud
Malam hari tiba, seluruh keluarga dari teman bisnis Rama datang. Dengan malas Kai turun tangga untuk menemui mereka.
" Sttt, bang, bang mau nemuin mereka?"
" Eh Abra, kapan kamu pulang. Abang nggak lihat."
" Tadi sebelum magrib. Bang, bukannya si pira-pira itu ngejar ngejar abang terus ya? Hish, Abra nggak suka tahu. Awas aja kalau dia jadi kakak ipar ku. Sungguh aku tak sudi."
" Hust, jangan sembarangan. Lagian siapa yang suka sama tuh cewe. Oh iya namanya Safira bukan Pira."
" Whatever lah. Tapi awas ye bang. Abra nggak restu kali dapet ipar modelan kek gitu. Hih."
Kai tersenyum melihat tingkah adiknya yang kedua itu. Abra memang selalu frontal jika mengemukakan pendapatnya. Kai pun mengacak pelan rambut Abra.
" Abang, kebiasaan ih. Aku udah gede. Udah MAHASISWA jangan ngacak rambutku dong."
Kai melenggang tak peduli dengan ocehan Abra.
Sebenarnya Kai sangat malas menemui keluarga Hendri Suryoprojo itu. Terlebih anak perempuan mereka sangat agresif dalam mengejar Kai. Sungguh Kai sangat tidak menyukai wanita seperti itu.
" Selamat malam tuan, nyonya. Maaf saya tadi sedang sholat magrib jadi telat untuk bergabung."
Kai berbasa-basi, agar tidak kentara dengan perasaan tidak sukanya.
" Oh nak Kai, kok panggil tuan dan nyonya. Panggil mom and dad aja seperti Safira. Ya kan sayang."
Heleh... Ngarep bener jadiin abang mantu. Jangan harap ya. Ana nggak akan setuju abang dapet cewek macem ulet keket begitu. Batin Ana kesal.
Sedangkan Kai, ia hanya tersenyum tipis. Sita yang tahu putra sulungnya tidak nyaman langsung berdiri dan mengajak Kai keluar rumah sebentar.
" Maaf ya jeng Tyas... Mas Hendri... Saya keluar sebentar tadi ada janji sama pak RT mau ngurus sesuatu."
Rama yang paham akan maksud istrinya pun mengikuti permainan peran sang istri dan menguatkan alasan istrinya tersebut.
" Oh iya sayang, tolong sampaikan ke pak Rt kalau mas nggak bisa ikut kumpulan bapak bapak karena ada tamu penting bilang Kai yang akan nggantiin."
Hendri yang mendengar pun tersenyum bangga dianggap sebagai tamu penting.
" Waah... maaf lho Ram. Aku jadi buat kamu absen."
" Nggak apa apa Hend. Temanku datang, ya aku tidak mungkin ninggalin kamu kan."
Kedua pria paruh baya itu pun tertawa bersama. Namun tidak dengan Safira. Dia amat kesal karena tidak bisa bicara berdua dengan pria pujaannya.
" Daddy apa an sih. Bukannya bantu aku buat deketin Kai malah sibuk ngobrol sendiri."
Tyas tahu putrinya kesal namun ia juga tidak bisa berbuat apa apa. Wanita itu hanya duduk di sana menemani sang suami yang tengah berbincang dnegan temannya.
Ana yang melihat mommy dan abangnya pergi keluar diam diam pun menyelinap pergi meninggalkan obrolan yang menurutnya membosankan. Ia juga enggan berlama lama di sana, ia takut nanti diajak mengobrol oleh Safira. Gadis itu benar benar tidak menyukai Safira.
***
Kai bernafas lega saat telah berada di luar rumah. Sita menatap geli melihat tingkah sang sulung yang seperti baru saja terbebas dari kurungan.
" Hehehe, sebegitu leganya kah?"
" Yes mom. Berasa baru dapat ngehirup oksigen setelah berada di ruangan yang dimana di sana ada orang kentut. Dan kentut itu bau banget."
Sita tertawa terbahak mendengar perumpamaan yang disampaikan Kai.
" Mom, kita sudah di luar. Jalan-jalan yuk. Cari sesuatu."
Sita mengangguk, ia pun menggamit lengan Kai. Kai dan Sita berjalan beriringan. Jika tidak mengenal mereka maka Akan berpikir bahwa mereka berpacaran. Sita diusianya yang hampir kepala 5 masih tampak cantik dan badannya terlihat segar. Semua itu karena Sita masih rutin berolah raga terlebih lagi yoga. ( kalau artis macam Diana Pungki gitu lah hehehe)
Saat sedang berjalan jalan Kai melihat sebuah warung tenda yang menjual aneka makanan.
" Mom, mau mampir?"
" Boleh, mommy sedikit lapar."
Ibu dan anak itu menghampiri warung tenda dan memilih duduk lesehan di tikar.
" Mang, pesan pecel ayam dua, tumis kangkung sama kerang saus tiram ya. Minumnya teh tawar panas dua."
" Siap den."
Kai ikut duduk disebelah sang mommy. Mereka melihat ke atas. Menatap langit malam yang gelap dan bulan yang tinggal separo.
" Mom, lama ya kita tidak begini?"
" Iya, kamu nya sibuk mulu."
Tak berselang lama makanan mereka datang. Kai dan Sita menatap semua makanan itu dengan mata berbinar. Namun tiba-tiba hawa dingin menyelusup ke tubuh mereka.
" Mom, kok tiba-tiba dingin ya."
" Iya bang, mommy jadi merinding."
" Ya, bagus sekali. Ayah ditinggalin di rumah bersama tamu-tamu ngebosenin itu dan kalian ibu dan anak sedang enak-enakan menikmati pecel ayam. Sungguh ter ... la ... lu."
Ternyata Rama datang menghampiri Sita dan Kai disusul Akhza, Abra, dan Ana dari belakang.
Sita yang melihat sang suami sedikit kesal langsung menarik tangan suaminya untuk ikutan duduk.
" Mang, pesenannya tambah 4 lagi ya pecel ayam nya. Minumnya sama teh tawar panas empat. Sama tumis kangkungnya dua lagi."
Kali ini Abra yang berteriak menambah pesanan. Oleh mamang penjual hanya dijawab dengan acungan jempol.
" Mommy curang nih sama abang. Makan nggak ngajak-ngajak."
" Bener kak Akhza. Abang curang."
" Bukan abang yang curang Abra, tapi kalian yang tidak beruntung hahaha."
Kini mereka berenam duduk bersama di tikar sebuah warung tenda pinggir jalan. Sungguh tidak akan ada yang menyangka bahwa sebenarnya mereka adalah orang orang yang berkantong tebal.
Rama dan Sita serta anak anaknya memang tidak pernah merasa risih makan di tempat pedagang kaki lima. Bagi mereka yang penting tempatnya bersih, makanannya enak, dan yang pasti halal.
Kai dan Sita yang makanannya telah sampai dulu akhirnya menunggu semua pesanan siap agar mereka bisa makan bersama.
" Andai eyang masih ada ya yah. Pasti seru."
" Doakan saja semoga eyang Hardi dan Eyang Ayu husnul khotimah. Doa kalian lah nanti yang bisa melapangkan kubur eyang."
Anak anak itu sejenak menunduk. Mengirimkan doa untuk eyang mereka. Ya eyang Hardi meninggal 5 tahun yang lalu dan eyang Ayu menyusul eyang Hardi 6 bulan kemudian.
Mereka semua sungguh sedih, terutama Kai. Kai merasa sangat kehilangan. Kai bahkan sering mengingat pertemuan pertamanya dengan kedua eyang itu di puncak saat usianya 6 tahun. Meskipun Kai bukan cucu kandung Hardi dan Ayu, namun kedua eyang itu sungguh sangat menyayangi Kai.
" Mom, Yah, dan kalian bertiga. Ada yang mau abang sampaikan."
Semua berhenti beraktifitas dan langsung menatap ke arah Kai.
" Ehmmm, abang berencana melakukan sebuah perjalanan."
" Maksud abang?"
Semua orang belum paham dengan ucapan Kai dan sudah diwakilkan oleh Ana yang bertanya.
" Selama ini kan abang selalu di kantor kerja. Nah abang merasa sedikit bosan. Jadi abang ingin sejenak berhenti melakukan itu semua. Abang ingin melakukan perjalanan tapi tanpa mobil, tanpa gawai dan tanpa fasilitas kemewahan apapun. Abang mau berkelana seperti pemuda biasa. Abang juga nggak akan bawa atm. Abang hanya akan bawa uang tunai aja."
" Apa....???"
Kelima orang tersebut terkejut. Mereka tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Kai.
" Abang kalo mau liburan liburan aja.. Mengapa menyusahkan diri sendiri?" Protes Akhza.
" Iya, abang aneh ih." Imbuh Ana.
" Maksud abang, abang mau berpura pura nggak punya apa-apa gitu. Ingin menikmati dunia orang-orang pada umunya."
" Cerdas, kau benar Abra."
" Mommy nggak setuju!!!"
Sita sedikit berteriak, wanita itu langsung pergi meninggalkan anak dan suaminya. Semua panik terlebih Kai dan Rama.
" Mom ... wait!!" Kai berteriak.
" Sudah, biar ayah saja yang bicara dengan mommy mu.
Rama menepuk pelan bahu Kai dan langsung mengejar Sita.
Kai tertunduk lesu. Adik adiknya menatap iba. Dan Ana masih cemberut menatap ke arah Kai.
" Abang nggak sayang lagi ya sama kami."
" Bukan begitu An, abang cuma lagi bosen. Abang pengen sedikit bebas aja."
" Brarti selama ini abang ngrasa nggak bebas. Apa karena kami."
" Bukan An, bukan begitu."
Ana ikutan berlari dan meninggalkan tiga kakaknya itu.
" Bang, kami berdua tahu kok keinginan abang. Nanti kami bantu bilangin ke Ana ya."
" Thanks, kalian memang pengertian. Jaga Ana, Mommy dan ayah saat abang pergi oke."
" Siap."
Ketiga pria itu berjalan beriringan. Memang susah meluluhkan hati kedua wanita di rumah itu. Kai harus berusaha keras meyakinkan mommy nya dan adik bungsunya soal perjalanannya.
TBC