Karena penghianatan sang ibu di masa lalunya, membuat seorang Zayyan Erik Mahesa (30) menutup dirinya pada semua wanita dan menjadikannya pria dingin dan anti wanita.
Namun ia terpaksa menikah dengan Mia Azzura (26) demi memenuhi permintaan terakhir sang ayah.
Mia tak keberatan dengan hal itu karena sudah lama sekali Mia menaruh hatinya pada Erik, namun mampukah Mia meluluhkan hati dan mendapatkan cinta Erik? bagaimana kisah mereka berlanjut?
"Aku tidak pernah percaya pada cinta dan wanita." Erik.
"Menaklukan hatinya adalah sebuah tantangan bagiku!'' Mia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenMama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Tuan Arzan merasa sangat bingung, ia tak tahu harus bagai mana lagi untuk membujuk Erik putranya agar segera menikah dan melupakan masa lalunya.
"Ini sudah terlalu lama Erik, kau harus melupakan masa lalu yang kelam itu! ubah semuanya dan tidak semua wanita sama seperti ibumu." Tuan Arzan memberikan wejangan untuk putranya. Namun Erik benar-benar tidak mendengarkannya dan pergi begitu saya meninggalkan sang ayah.
Tuan Arzan menghela nafasnya secara perlahan tiba-tiba ia teringat pada seorang gadis yang pernah dekat dengan putranya dulu, sebelum ia pergi meninggalkan negara nya untuk berobat ke negara itu. Ia ingin mencari sosok gadis ceria dan berani berdebat dengan Erik tanpa rasa takut sedikit pun.
"Dimana dia sekarang?'' tanya tuan Arzan dalam hatinya.
Di tempat Lain, seorang gadis turun dari motornya dan membuka helmnya secara perlahan. Lalu mengibaskan rambutnya yang kini terurai dan sedikit berantakan.
Ia tersenyum manis menatap pada sosok gadis yang kini tengah bersedekap dada menatap tajam ke arahnya.
''Azzu, kau tahu ini sudah jam berapa?'' tanya Freya yang kini tengah berkacak pinggang di hadapan gadis berambut panjang yang kini sedang terkekeh geli melihat ekspresi nya saat ini.
''Azzu jangan meledekku atau aku akan mengadukan hal ini pada kakakku!'' ancamnya.
"Fre, Free, atau gratis ahh aku bingung sekali memanggil mu, kenapa kau selalu mengancamku dengan ancaman yang sama setiap harinya, apakah tidak ada naskah yang lain?'' tanya gadis yang di panggil Azzu itu mendekat ke arah Freya.
"Namaku Freya bukan Free, atau gratis!'' kesal Freya yang langsung mengerucutkan bibirnya.
"Baiklah kalau kau tidak suka dengan nama itu, jadi tolong sebut namaku juga dengan benar! kau masih ingat siapa namaku kan? tapi jika kau lupa aku akan mengingatkan mu kembali seperti biasanya.''
"Ya, ya! aku tahu dan aku mengerti Mia Azzura, tapi nama Mia terlalu kuno menurutku dan Azzu sangat keren.'' Sahut Freya dengan santainya, membuat Mia langsung memutar bola matanya malas.
"Sudahlah terserah kau saja, minggir aku mau masuk." Mia berjalan melewati Freya yang masih berdiri di depan pintu.
"Aishh... Dia sangat pemarah sekali." Freya pun ikut masuk ke dalam rumah mewah itu setelah menutup pintunya kembali.
Sedangkan Mia langsung mengunci dirinya di kamar dan merebahkan tubuhnya, kini pikirannya terlintas pada pria tua yang di tolongnya tadi. ''Haahh.. kenapa tiba-tiba kepikiran pria tua itu ya? tapi sepertinya dia juga bukan orang bule, itu artinya aku tidak sendirian berada di negara asing ini. Tapi kenapa aku merasa tidak asing lagi padanya?'' Mia mulai mengingat-ingat kembali dimana ia pernah bertemu pria itu sebelumnya, namun saat ini otaknya tidak bisa berpikir dengan baik karena sedang kesal pada kakaknya.
Kini Mia akan mulai menutup matanya, namun suara ponselnya berdering memekakan telinga. ''Ckk.. menganggu saja!' Mia pun menarik tombol hijau untuk menerima panggilan itu dengan sangat malas.
"Hmm... Ada apa?'' tanya Mia dengan nada ketusnya.
"Apa kau sudah tidur? apa aku mengganggu mu?'' tanya suara merdu seorang pria yang berada di sebrang sana.
"Sudah tahu ganggu tapi masih saja bertanya dasar pria konyol, kakak dan adik sama saja!"
"Apa kau mengatakan sesuatu?'' tanya pria itu lagi.
''Tidak ada, Adreas aku sangat mengantuk jadi tolong matikan teleponnya. Dan sebaiknya kau pokus saja merawat para pasienmu itu, okey!" Mia langsung menutup sambungan teleponnya sebelum Adreas menjawab perkataannya.
Mia merasa sangat lelah dengan aktifitas hari ini dan ia pun sudah merasa bosan tinggal di negara itu dan ingin sekali cepat pulang ke negara nya, namun Mila menolak nya begitu saja dan memberikan suatu alasan yang tak dapat di pahami oleh Mia.
"Aku sangat kesal dan marah pada kakak, dia benar-benar sudah membuangku ke negara asing ini. Sudah beberapa bulan yang lalu aku menyelesaikan pendidikanku tapi dia hanya mengucapkan selamat saja, bahkan kakak juga menolakku untuk pulang ke negaraku sendiri. Baiklah kalau begitu aku tidak akan pulang dan aku juga tidak ingin terus-terusan tinggal dirumah dokter aneh ini, aku harus segera mencari pekerjaan dan menghasilkan uang sendiri agar aku bisa keluar dari rumah yang sangat membosankan ini.''
Dengan cepat Mia pun turun dari ranjangnya dan mengambil laptopnya untuk mencari pekerjaan yang cocok dan untuk dirinya.
''Ya ampun sulit sekali mencari pekerjaan!'' Mia kembali merebahkan tubuhnya menatap ke arah langit-langit kamar yang sudah dua tahun lebih menemani tidurnya di negara asing itu.
Kini pandangan Mia tertuju pada potret seorang pria yang tengah menatap nya tanpa ekspresi apapun.
"Erik!'' Mia menghampiri foto Erik yang ia ambil secara diam-diam saat acara aqiqah triplet baby D.
"Entah dimana kau berada saat ini tapi aku yakin, jika kita berjodoh kita pasti akan di pertemukan kembali. Awalnya aku pikir kau hanya sebuah obsesiku Erik, tapi aku merasa ini bukan sekedar obsesi saja aku memang benar-benar menyayangimu. Kakak ipar telah menipuku, dia menjauhkan aku darimu dan sampai saat ini aku tak tahu dimana keberadaan mu.''
Setelah dua tahun lebih Mia tinggal di London untuk melanjutkan study nya mengubah Mia menjadi orang yang serius karena obsesinya ingin dekat dengan Erik setelah ia menyelesaikan study nya di negara itu.
Namun setelah ia menyelesaikan semuanya dan menagih janji pada kakak iparnya tak ada jawaban apapun dari Ravin, sedangkan saat Mia menanyakan keberadaan Erik pada Juna, ia hanya mengatakan bahwa Erik sudah menetap di negara asing.
Mia merasa sangat kecewa dan kehilangan semangat nya terlebih saat ia merasa bahwa kakak iparnya sengaja mendekatkan dirinya dengan Adreas.
"Azzu!'' Freya mengetuk pintu kamar Mia dan membangunkan Mia dari tidur nyenyaknya.
''Azzu..... '' panggil nya lebih keras, membuat Mia merasa sangat kesal di buatnya. Ingin sekali Mia melempar wajah cantik Freya dengan sandalnya, namun ia tidak mungkin melakukan hal itu karena ia sadar siapa dirinya dirumah itu.
''Kenapa orang yang menumpang selalu tertindas dan tak bisa melakukan apapun sesuka hatinya!" Mia mendengus kesal dan segera turun dari ranjangnya.
"Iya, aku sudah bangun!'' seru Mia yang langsung berjalan untuk membuka pintu, namun karena terburu-buru membuat kakinya tersandung dan terjatuh di lantai.
Aaaa.....
Teriakan kesakitan Mia sampai di telinga pria yang kini tengah menikmati sarapannya.
''Mia!" Seru Adreas yang langsung menghampiri kamar Mia.
''Mia apa kau baik-baik saja?'' tanya Adreas sedikit berteriak dan merasa panik saat mendengar suara Mia yang berteriak kesakitan.
Sedangkan Mia mengusap lututnya yang langsung memerah dan sedikit memar. "Ini semua karna si Gratis itu, dia sangat menyebalkan, Gratis! ingin sekali aku menjambak rambutmu saat ini." Kesal Mia yang langsung berjalan sedikit pincang untuk membuka pintu kamarnya yang terus di ketuk oleh kedua kakak beradik itu.
"Aagghh... aku akan pergi meninggalkan rumah ini hari ini juga! tunggu saat mereka lengah, aku sungguh sudah sangat muak tinggal bersama si cerewet itu." Ingin sekali Mia berteriak saat ini, namun ia harus menjaga image nya sebagai seorang wanita.
"Aku akan mencari pekerjaan dan segera pergi dari sini, jika kakak tidak ingin menjemputku pulang, maka aku akan pulang sendiri dan mencari keberadaan cinta pertamaku saat ini."
Bersambung..