Cerita cinta Aira yang berujung balas dendam, menjadi saksi bisu untuk dirinya. Kematian sang ibunda, bukanlah hal yang mudah dilalui gadis desa itu.
Ia disered paksa diperjual belikan oleh sang ayah, untuk menikah dengan seorang CEO bernama Edric. Lelaki lumpuh yang hanya mengandalkan kursi roda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO
Tak menyangkanya Siti melihat putri semata wayangnya. Keluar dari kamar tidur, melihat keributan di dalam rumah. Gadis bernama Aira itu tentu menjadi sorotan mata lelaki berjas hitam, mereka seakan terpesona dengan kecantikan yang baru pertama kali mereka lihat, kecantikan natural.
Siti tidak mau jika anaknya jadi korban akan keserakahan sodikin, lelaki paruh baya yang berani menjual anak tirinya, untuk menebus hutang kegilaanya, selama bermain judi.
"Aira, kenapa kamu malah keluar dari kamarmu, nak. Ibu mohon cepat masuk dan kunci pintu kamar rapat rapat." Perintah wanita berbadan bongkok, berusaha melindungi anaknya dari marabahaya lelaki- lelaki hidung belang di depanya.
Sodikin berusaha meringis kesakitan, agar ada rasa kasihan di benak Aira untuk membantu sang ayah." Aira, kamu jangan pergi, sebaiknya kamu ikut dengan om ini ya. Ini demi kebaikan kamu."
"Cukup, pak. Jangan memojokan Aira dengan belas kasihanmu, jika pada ujungnya kamu menjual Aira pada lelaki hidung belang di kota."
Sodikin mengerutkan dahinya, mendengar kesalahpahaman yang terlontar dari mulut istrinya, " kamu ini salah paham, bu. Tidak ada yang mau menjual Aira kepada lelaki hidung belang. Bapak cuma ingin Aira menikah dengan salah satu CEO di kota. Agar hidup Aira itu terjamin, ia tidak harus menderita tinggal di kampung ini hanya meneruskan generasi kita sebagai petani, Kasihan Aira."
"Sama saja, pak. CEO itu orang yang sangat kejam dia bisa saja melakukan apa yang ia inginkan terhadap Aira, apalagi anak gadis seperti Aira ini masih belum mengenal jauh akan …."
Lelaki berjas hitam dengan kacamata yang ia pakai kembali untuk menutupi kedua matanya, kini melangkah berjalan ke arah wanita bungkuk yang menurut dirinya sebentar lagi akan menemui ajalnya.
" Cukup, apa yang ibu katakan itu tidak benar. CEO bos kami itu tidak kejam, dia berhati baik."
Sodikin kini kembali meringis di depan istrinya untuk segera menyerahkan Aira. Kalau tidak hidupnya diambang kematian, akan tetapi sang istri yang memang tidak ingin memberikan Aira kini membawa anak gadisnya untuk segera masuk ke dalam kamar.
"Aira, sebaiknya kamu pergi dari sini."
Berjalan dengan menuntun anak gadisnya menuju kamar tidur, pada saat itulah.
Dorrrr ….
Satu tembakan mengenai punggung bongkok Siti, membuat darah keluar dari mulut wanita paruh baya itu.
"Ibuuuuuu …."
Aira mulai berlari menahan tubuh sang ibunda, yang mulai jatuh mengenai atas lantai, darah keluar dari mulut Siti membuat tangan mulus Aira tercecer darahnya.
Aksi tembakan dilayangkan oleh Sodikin suaminya sendiri, ia tak bisa menahan rasa kesal, hingga tega menghabiskan nyama sang istri.
Mengepal kedua tangan, leher mulus memperlihatkan urat urat yang tiba tiba menonjol, memperlihatkan kemarahan Aira kepada sang ayah.
"Maafkan bapak Aira, bapak terpaksa melakukan semua ini, karena ibu kamu terus menahan kamu untuk dibawa oleh para suruhan CEO."
Pistol dijatuhkan begitu saja oleh Sodikin ke atas lantai," Bawa gadis itu, dan lepaskan saya sekarang juga."
"Bapak tega, bapak benar benar tega." Teriakan Aira bergeming di telinga Sodikin, dimana Aira dibawa paksa oleh lelaki berjas hitam dengan wajah jutek mereka.
Sodikin melakukan semua ini demi kebaikannya sendiri.
Tak mempedulikan anak tirinya itu, saat dibawa paksa oleh para lelaki berjas hitam yang terlihat sedikit menyeramkan.
Setelah kepergian Aira dibawa paksa, menuju mobil. Sodikin melihat tas hitam yang ia bawa. Melihat isi tas masih utuh. " Hanya memberikan Aira, CEO itu menambahkan lagi uangnya."
Lelaki tua itu kini berusaha berdrama di depan tetangganya Ia berlari mencari bantuan untuk menguburkan istrinya yang sudah tertembak.
Kebetulan di kampung Sodikin jarak rumah tetangga berjauhan, jadi jika menyembunyikan kasus pembunuhan tidak akan ketahuan. Oleh siapapun, apalagi Sodikin begitu cerdik seakan dirinya yang teraniaya.
*****
Mobil hitam mewah, mulai membawa Aira menuju tempat Sang CEO berada, wanita bermata bulat dengan bulu mata lentiknya, sudah merasa tak enak hati dengan nasibnya. Ia berusaha tenang dengan tidak menitihkan air mata, hatinya merasa rapuh, melihat kematian sang ibunda di depan matanya sendiri.
Mengepal erat kedua tangan seraya bergumam dalam hati, " akan kubalas perbuatan kamu , SODIKIN. "
Jari jemari ia sentuhkan pada kaca mobil, disetiap perjalanan yang dilaluinya gemercik hujan terus turun, seakan langit tahu bahwa dirinya kini sedang tak baik baik saja. Semua lelaki berjas hitam di dalam mobil tak ada yang berbicara sama sekali, mereka seakan fokus.
Aira baru melihat setiap hamparan jalanan, yang tak pernah ia lihat, bunga bunga tersiram akan rintikan air hujan, membuat bunga itu terlihat segar, setiap jalanan dilalu mobil yang ia tumpangi.
"Apakah ini keindahan luar yang sesunggunya. "
Tersenyum dalam kesedihan, seakan awan hitam dilangit mulukiskan wajah sang ibunda. Hingga salah satu halilintar berwarna putih menyerbu ke bawah bumi, membuat lukisan itu hilang dan meredup seketika.
"Siapa nama kamu?" Pertanyaan datang untuk Aira, ia gadis polos yang tak tahu apa apa.
"Nama saya Aira!" Jawaban Aira terlihat gugup, karena mungkin Aira merasakan rasa takut.
"Kamu jangan takut, kami tidak akan menyakitimu. Karena tuan kami ingin melihat kamu dalam ke adaan utuh, " ucap lelaki berbadan kekar melayangkan senyuman, menandakan arti sahabat. Padahal baru tadi wajah lelaki itu terlihat kejam.
"Jangan pernah merayuku dengan kebaikanmu, sebenarnya siapa tuanmu itu. Aku penasaran, kenapa dia tidak mencari gadis gadis di kota. Buka malah ingin gadis desa seperti saya, " balas Aira sebari mengertu kesal. Para lelaki berbadan kekar itu malah mentertawakan Aira, seakan apa yang dikatakan Aira itu sangatlah lucu.
"Mungkin tuan ingi merasakan gadis polos seperti kamu, jadi harap dimaklumi saja, karena kamu juga dijual, dan ayah kamu yang menerima uang dari tuan kami. "
Setelah mendengar pengakuan dari lelaki berbadan kekar itu, Aira malah semakin kesal dan ingin membalaskan dendam pada lelaki tua yang menjadi ayah tirinya itu.
"Siapa nama tuan kalian, kenapa kalian menganggulkan nama CEO? "
Pertanyaan Aira membuat para lelaki di dalam mobil itu semakin mentertawakannya. " karena kamu gadis kampung, makanya kamu kurang updet. kamu sekarang tak usah banyak nanya, oke. Nanti juga kamu akan tahu sendiri setelah bertemu dengan tuan."
Para lelaki di dalam mobil terlalu menyepelekan gadis kampung seperti Aira, mereka tak tahu seberani apa Aira setelah bertemu dengan orang baru.
Perjalanan lumayan menempuh perjalanan yang sangat lama, membuat Aira tak biasa naik mobil, menahan rasa ingin mengeluarkan isi perutnya.
Padahal mobil yang di tumpangi Aira, begitu mewah. Tapi Aira masih saja alergi dengan bau di dalam mobil itu. Ia berusaha menahan menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan isi dalam perutnya.
crrita carlos ma welly terus