"Aku mencintainya, tapi jika dia mencintai kakakku, maka aku ikhlas."
Rheana Dwika Chandrama, seorang gadis cantik keluarga kaya yang jatuh cinta kepada seorang pria hanya dalam pandangan pertama.
Namun cintanya harus kandas sebelum dimulai saat dirinya mengetahui bahwa pria yang ia cintai, malah mencintai kakaknya sendiri.
Hati Rheana hancur, namun tidak ada yang bisa ia lakukan selain mengikhlaskan cintanya untuk sang kakak.
Rasa ikhlas dan ketulusan Rheana tidak dipercaya oleh kakaknya, Velia. Wanita itu menganggap bahwa Rheana bersandiwara untuk mendapatkan perhatian kekasihnya, sehingga ia nekat melakukan rencana jahat kepada adiknya.
Tepat di hari pernikahan Velia dan Cakra, Velia dinyatakan hilang usai mengalami kecelakaan mobil, dan Rheana yang dijadikan tersangka karena ia yang terakhir bersama Velia.
Sejak hari itu, kehidupan Rheana yang indah berubah menjadi mengerikan. Dipaksa menikah untuk dijadikan objek balas dendam.
Follow ig : Alfianaaa05_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu lagi
Tampak seorang gadis tengah menyemprot parfum di beberapa titik tubuhnya, lalu tidak lupa berkaca diri sebelum bergegas pergi ke kampus.
Hari ini Rheana sedikit santai untuk datang ke kampus, namun alasan ia bangun pagi-pagi sekali adalah ia harus ke mall untuk mencari buku referensi dan melakukan riset mendalam tentang judul skripsi yang ia ambil.
Rheana melangkah menuju meja makan. Ia yang biasanya selalu terlambat datang untuk sarapan, hari ini justru ia yang paling awal datang.
“Eeeee … Nona cantik sudah bangun, tumben nih datang awal ke meja makan.” Ucap Bi Jumi, asisten rumah tangga yang cukup akrab dengan Rheana.
Rheana tertawa mendengarnya. Ia mengacungkan ibu jarinya disertai dengan cengiran manis di wajahnya.
“Biasa, Bi. Putri tidur aku lagi cuti, makanya hari ini aku bangun pagi. Hahaha!” sahut Rheana dengan asik.
Asisten rumah tangga itu hanya geleng-geleng kepala dengan tingkah nona mudanya. Nona mudanya yang satu ini sangat ramah, bahkan receh jika dengan pekerja di rumah. Berbeda dengan Velia, gadis itu bersikap lembut, dan tegas. Jarang sekali Velia mau berbaur dengan para pekerja seperti Rheana.
Sementara dengan Ryan, ia mengikuti jejak Rheana yang suka berbaur dan bersenda gurau dengan art disana.
Kursi meja makan yang awalnya kosong, kini mulai terisi oleh seluruh keluarga Chandrama. Tidak ada yang bicara saat makan, kecuali Ryan.
“Kak, tumben banget lo bangun pagi?” bisik Ryan meledek.
Rheana berdecak, ia mengangkat tangannya denga ancang-ancang memukul, namun tidak benar-benar ia lakukan. Mana berani Rheana melakukan itu kepada anak laki-laki bungsu yang sangat dimanja mama dan papa.
“Berisik lo.” Sahut Rheana ketus.
“Rhe, Ryan. Makan dengan benar!” tegur Mama Erina, menatap kedua anaknya bergantian,
Rheana dan Ryan langsung kikuk, mereka lanjut makan dengan tenang karena takut dengan tatapan mama Erina yang hangat, namun mengandung banyak ancaman.
“Bagaimana dengan belajar Ryan semalam, Ma?” tanya Velia seraya melahap sarapannya.
“Lumayan, Kak. Ya walaupun masih kaya anak tk yang belajar saja harus di dikte dulu orang tua dulu,” jawab Mama Erina.
Rheana tertawa meledek, ia memukul pelan adiknya yang tampak tertunduk malu dengan ucapan sang mama barusan.
“Jangan meledek Ryan, Rhe. Dulu kamu juga sama bandelnya dengan Ryan, bahkan kami sampai pernah dipanggil ke sekolah karena kamu bertengkar.” Timpal Papa Rama yang balik meledek putrinya.
“Aaaa … Papa membuka kartuku, aku kan sedang meledek dia.” Rengek Rheana membuat semuanya tertawa.
Rheana menekuk wajahnya, ia melirik jam tangan yang melingkar cantik di pergelangan tangan. Rheana bangkit, ia meraih tas nya kemudian mencium punggung tangan papa dan mamanya bergantian.
“Dih, lo ngambek Kak?” tanya Ryan masih asik mengganggu kakaknya.
“Ryan, kakak kamu mau berangkat ke kampus. Sudahlah, jangan mengganggunya.” Tegus Velia tegas.
“Iya, Kak.” Balas Ryan nurut dan langsung diam.
“Emang reseh dia tuh.” Timpal Rheana kemudian menyalami tangan Velia dan Ryan bergantian.
Rheana pun bergegas untuk pergi ke mall. Karena tidak terlalu buru-buru, alhasil Rheana minta diantar oleh sopir pribadi keluarganya. Ingin Rheana naik ojol saja, namun saat tahu sopirnya akan dipecat karena ia tidak digunakan jasanya apalagi di rumahnya sudah ada 2 sopir, Rheana akhirnya mau naik mobil.
Rheana tidak bisa memberikan pekerjaan yang lebih kepada sopirnya yang sudah berumur itu, namun setidaknya ia masih bisa mencegah pak Joko agar tidak dipecat.
“Pak, udah sarapan?” tanya Rheana.
“Sudah, Non. Tadi dikasih roti sama bi Jumi.” Jawab pak Joko sopan.
Rheana manggut-manggut. Sarapan roti saja tidak cukup, sehingga Rheana mengorder makanan yang outletnya ada di mall yang akan ia datangi.
Saat sampai, Rheana mengambil pesanan nya. dan memberikannya kepada pak Joko, sebelum akhirnya ia masuk ke dalam mall.
“Baik banget memang non Rhea.” Ucap pak Joko sambil menatap makanan yang Rheana berikan.
Rheana pergi ke lantai 3, dimana toko buku yang akan ia datangi ada disana.
“Perasaan tadi baru jam delapan, waktu jalan apa lari sih!” gerutu Rheana seraya terus memperhatikan detik jam yang berjalan. Bukan apa, tapi Rheana merasa bahwa waktu cepat sekali, ia saja baru sampai di toko, belum cari-cari.
Rheana yang terus melihat jam tangannya, menjadi tidak fokus dengan langkahnya. Kesalahan itulah yang membuat Rheana menabrak orang tiba-tiba sampai ponsel milik orang yang ia tabrak jatuh ke lantai.
“Aduh … maaf, Pak. Saya tidak memperhatikan jalan saya, saya benar-benar minta maaf.” Ucap Rheana seraya memungut ponsel orang itu.
“Rheana, kamu Rheana kan?” tanya orang itu tiba-tiba.
Rheana pun bengkit dengan ponsel yang sudah ia pungut itu.
“Pak Cakra, anda disini?” tanya Rheana tampak berbinar. Entah takdir atau bagaimana, tetapi Rheana akan menganggap ini sebagai pertemuan yang kemungkinan jodoh.
“Ya, saya iseng saja. Melihat-lihat dan memilih buku di toko sudah lama tidak saya lakukan.” Jawab Cakra seraya mengantongi sebelah tangannya di celana kerjanya.
Rheana melongo melihat penampilan Cakra yang begitu rapi. Setelan jas yang melekat di tubuhnya tampak begitu pas, bahkan mencetak jelas dada bidang pria itu.
“Kamu sendiri kenapa ada di sini?” tanya Cakra
balik.
“Ketemu anda, Pak.” Jawab Rheana spontan. “Eh, maksud saya mencari buku.” Ralat Rheana sangat malu, bisa-bisanya ia keceplosan.
Cakra terkekeh, bahkan tangan pria itu refleks mengusap kepala Rheana pelan.
“Umur kita memang beda, tapi setidaknya jangan panggil saya pak.” Ucap Cakra pelan.
Rheana terkekeh, melihat profil Cakra semalam membuat Rheana tau bahwa Cakra dan dirinya beda 5 tahun. Rheana yang 23 tahun, sementara Cakra 28 tahun.
“Baiklah, Kak. Saya harus segera mencari buku atau saya akan terlambat datang ke kampus.” Ucap Rheana teringat pada waktu.
“Buku apa yang kamu cari, siapa tau saja saya bisa bantu?” tanya Cakra menawarkan diri.
Rheana pun mengatakan bahwa ia mencari buku referensi untuk skripsinya, dan siapa sangka jika mereka dari prodi yang sama. Fakultas bisnis, prodi manajemen bisnis.
“Wahh, ternyata saya ketemu alumni kampus saya nih.” Celetuk Rheana karena mereka juga berasal dari universitas yang sama.
Cakra mengejar S-1 nya di Indonesia, sementara S-2 nya dilanjutkan ke London.
“Ya, saya juga tidak menyangka sama sekali bisa bertemu dengan adik tingkat saya. Jadi bagaimana dengan dosen pembimbing kamu?” tanya Cakra lagi.
Mereka pun asik berbincang, bahkan tampak keduanya sama-sama tertawa hanya karena hal sepele. Baik Cakra maupun Rheana merasa nyambung untuk bicara satu sama lain.
Cakra dengan mudah menemukan beberapa buku yang menurutnya sesuai dengan judul skripsi Rheana, ia juga tentu sudah bertanya kepada Rheana sendiri.
“Wahh, jadi dulu cumlaude nih?” tanya Rheana meledek.
“Jelas, saya ini mahasiswa pintar.” Jawab Cakra sombong, atau lebih tepatnya hanya bergurau.
Rheana menunjukkan kedua ibu jarinya, ia tentu setuju dengan apa yang Cakra ucapkan barusan.
Usai membayar buku yang dibeli, mereka pun bergegas keluar dari toko buku. Rheana pamit untuk pergi ke kampus, dan Cakra menawarkan untuk mengantarnya karena arah kantornya sama dengan Rheana.
Awalnya Rheana menolak, namun ujungnya ia mau juga. Penolakan Rheana diawal agar ia tidak terlihat menginginkan sekali, padahal jelas ia ingin satu mobil dengan pria pujaan hatinya.
DITUNGGU KOMEN POSITIFNYA :)
Bersambung ........................