Dicampakkan saat sedang mengandung, itu yang Zafira rasakan. Hatinya sakit, hancur, dan kecewa. Hanya karena ia diketahui kembali hamil anak perempuan, suaminya mencampakkannya. Keluarga suaminya pun mengusirnya beserta anak-anaknya.
Seperti belum puas menyakiti, suaminya menalakknya tepat setelah ia baru saja melahirkan tanpa sedikitpun keinginan untuk melihat keadaan bayi mungil itu. Belum hilang rasa sakit setelah melahirkan, tapi suami dan mertuanya justru menorehkan luka yang mungkin takkan pernah sembuh meski waktu terus bergulir.
"Baiklah aku bersedia bercerai. Tapi dengan syarat ... "
"Cih, dasar perempuan miskin. Kau ingin berapa, sebutkan saja!"
"Aku tidak menginginkan harta kalian satu sen pun. Aku hanya minta satu hal, kelak kalian tidak boleh mengusik anak-anakku karena anakku hanya milikku. Setelah kami resmi bercerai sejak itulah kalian kehilangan hak atas anak-anakku, bagaimana? Kalian setuju?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengusiran
Setelah keluar dari ruangan dokter, Refano pun melangkah panjang melintasi koridor rumah sakit dan masuk ke dalam lift yang akan mengantarkannya ke basement. Setibanya di basement, tanpa mempedulikan keberadaan Zafira, ia gegas masuk ke dalam mobil dan langsung saja menyalakannya. Zafira yang khawatir suaminya marah pun ditinggal begitu saja segera membuka pintu dan masuk ke dalam mobil. Tanpa mempedulikan sang istri yang belum mengenakan sabuk pengaman, Refano justru langsung saja menjalankan mobilnya. Untung saja mereka masih di kawasan rumah sakit, jadi Refano tidak bisa menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Bila tidak, bisa saja Zafira sudah terpental ke depan dengan kepala yang menghantam dashboard mobil.
Sepanjang perjalanan, hanya diisi keheningan. Hanya deru suara mobil yang terdengar jelas. Sepanjang perjalanan juga, hanya raut masam yang ada di wajah Refano. Zafira tahu, Refano lagi-lagi kesal karena ia hamil anak perempuan. Seharusnya Refano tidak perlu ambil pusing dulu sebab kadangkala hasil USG pun tidak 100% dapat dipercaya. Banyak pasangan yang kadang tertipu dengan hasil USG. Karena menyakini jenis kelamin calon buah hatinya adalah seorang perempuan, maka mereka pun membeli semua perlengkapan untuk anak perempuan, namun saat bayi terlahir, jenis kelaminnya justru laki-laki dan kadang terjadi sebaliknya. Alhasil, banyak pasangan kini yang hanya memanfaatkan USG untuk mengetahui kondisi calon buah hati mereka, sehat kah atau ada sesuatu yang membahayakan, bukan untuk mengetahui jenis kelamin. Kalaupun ada, mereka tetap tidak terlalu memusingkannya sebab mereka tahu mau bayi laki-laki ataupun perempuan, yang terpenting anak mereka lahir dengan selamat, sehat, tanpa satu kurang apapun.
'Kuat ya, sayang. Bertahanlah. Bila papamu juga menolakmu, kamu tenang saja, ada mama yang akan selalu jadi pelindungmu,' batin Zafira bermonolog.
Entah mengapa, perasaan Zafira sejak pagi tadi tidak menentu. Jantungnya terus memompa kencang, Zafira merasa akan ada yang terjadi sebentar lagi. Apa itu, ia pun tak tahu. Ia hanya bisa memasrahkan segalanya pada sang Pencipta. Bukankah takdir manusia telah dituliskan-Nya di Lauhul Maffudz. Yang ia fokuskan saat ini adalah bagaimana cara membahagiakan anak-anaknya kelak.
Brakkkk ...
Karena sibuk melamun, Zafira sampai tak sadar kalau mobil yang dikendarai suaminya telah tiba di rumah besar keluarga suaminya. Bahkan Refano tidak mempedulikan dirinya sama sekali dan langsung turun begitu saja sambil menutup pintu mobil dengan kasar hingga Zafira tersentak dari lamunannya.
Zafira pun bergegas turun untuk mengejar langkah suaminya. Karena hari ini hari Sabtu, semua orang tampak berada di dalam rumah. Bukan itu saja, Zafira pun melihat keberadaan Saskia yang sedang duduk di samping ibu mertuanya dengan wajah begitu berbinar cerah. Seakan ia tengah berbahagia saat ini, berbanding terbalik dengan dirinya yang tengah was-was.
Bugh ....
Karena terlalu fokus melihat Saskia dan mertuanya, Zafira sampai tidak sengaja menabrak punggung Refano yang telah berhenti berjalan dan berdiri sambil berkacak pinggang di hadapan orang tuanya.
"Bagaimana hasilnya, Fan? Sepertinya sesuai dugaan mama kan kalau lagi-lagi perempuan itu hamil anak perempuan?" tanya Liliana sambil tersenyum sinis seolah sudah bisa menebak kalau Zafira memang tengah mengandung anak perempuan.
"Aaargggh ... " Refano mengacak rambutnya frustasi. "Harus berapa anak lagi yang kau lahirkan baru aku bisa memperoleh anak laki-laki, hah? Kau ingin membuat rumah ini jadi taman kanak-kanak? Yang aku inginkan itu anak laki-laki, bukan anak perempuan yang nggak berguna seperti anak-anakmu itu!" bentak Refano dengan wajah merah padam.
"Kenapa kau malah menyalahkan aku, hah? Kau pikir aku Tuhan yang bisa menentukan jenis kelamin seorang anak sesuka hatiku? Kau itu pintar atau bodoh sih? Seharusnya kau tahu, yang maha menentukan jenis kelamin seorang anak itu Allah, bukan manusia seperti kita. Itu sama saja kau menyalahkan takdir," balas Zafira dengan gigi bergemeluk. Sudah cukup ia ditindas. Sudah cukup ia direndahkan. Sudah cukup ia dihina. Sudah cukup ia dicaci maki. Sekarang ia tidak mau lagi. Ia akan mempertahankan harga dirinya sebelum semakin hancur menjadi puing-puing kecil lalu berserakan.
"Heh, perempuan tak tahu diri, lancang sekali kau menghardik anakku, hah! Memangnya siapa dirimu itu? Seharusnya kau sadar diri, kalau kau cuma perempuan tak berguna dan tak layak berdiri di sisi anakku," tukas Liliana yang sudah berkacak pinggang dengan mata melotot.
"Jadi aku harus apa? Harus diam setiap kalian merendahkan harga diriku? Harus diam saja saat kalian mencaci maki diriku? Harus diam saja saat kalian semena-mena dan mengabaikan anak-anakku? Ingat, mau bagaimana pun kalian itu ayah dan kakek nenek mereka, seharusnya kalian menerima mereka dengan tangan terbuka dan menyayangi mereka, bukannya mengabaikan bahkan membenci."
Plakkk ...
Tanpa sungkan Refano melayangkan tangannya di pipi Zafira. Zafira menatap nanar Refano. Laki-laki yang ia harap menjadi imamnya, lagi-lagi melayangkan tangannya ke pipinya tanpa belas kasihan.
"Sudahlah Refan, seperti saran mama, lebih baik segera usir perempuan udik itu. Bukankah kau akan segera menikahi Saskia. Mama tak mau keberadaan perempuan itu dan anak-anaknya mengacaukan pernikahan kalian. Bagaimana pun, orang-orang mengetahui statusmu masih single," ucap Liliana tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Deg ...
Hati Zafira bukan hanya bagai tercubit, tapi disayat-sayat dengan sebilah silet yang super tajam. Kata-kata yang barusan Liliana sampaikan membuat dunianya seakan berhenti berputar.
"Me-nikahi Sas-kia?" tutur Zafira dengan dada bergemuruh.
"Ya, aku yakin, hanya Saskia yang bisa memberikan kami seorang pewaris, anak laki-laki yang kami inginkan," ujar Liliana dengan smirk di bibirnya, sedangkan telapak tangannya tampak mengusap perut rata Saskia dengan binar bahagia. Zafira mengerutkan keningnya melihat hal itu. Apalagi eskpresi Saskia yang tampak begitu bahagia, seolah kesakitan yang ia alami merupakan sumber kebahagiaannya.
"Dia sudah hamil anakmu, mas? Kalian berzina?" tutur Zafira tanpa takut keempat orang yang ada disana tersinggung. "Wah, bagus sekali? Demi mengharapkan seorang anak laki-laki, kalian sampai rela bergumul dosa? Wow, amazing!" Zafira tergelak kencang mendengarnya.
"Kau ... tutup mulutmu, sialan! Aku tidak berzina!" sentak Refano tak mau disebut telah berzina.
"Jadi apa? Apa kalian pasangan suami istri? Bukan. Tapi perempuan itu hamil anakmu. Bagaimana cara benih itu masuk ke tubuhnya kalau kalian tidak melakukan zina, mas? Inseminasi? Hahahah ... Bulllshiittt!"
Plakkk ...
Lagi-lagi Refano menampar pipi Zafira hingga terpelanting ke samping. Tanpa takut, Zafira menatap lekat netra Refano. Tatapan penuh luka, kecewa, sakit hati, amarah, dan dendam. Refano sampai tertegun saat mata mereka saling bersirobok. Tapi secepat mungkin Refano mengendalikan dirinya. Ia tak mau terpengaruh dengan tatapan itu sebab ia telah membuat keputusan untuk mengusir Zafira dan menikahi Saskia yang terlanjur telah mengandung anaknya.
"Cepat bereskan barang-barangmu dan anak-anakmu lalu segera pergi dari sini. Aku sudah muak melihat perempuan seperti dirimu. Setelah kau melahirkan, aku akan segera menceraikan dirimu, cepat pergi!" usir Refano tanpa belas kasihan sama sekali pada istri yang tengah mengandung dan anak-anaknya yang masih kecil.
Zafira sebenarnya cukup terkejut dengan pengusiran tiba-tiba ini. Tapi mau menolak pun tiada guna. Ia tak mau merendahkan harga dirinya hanya demi bertahan dalam neraka. Lagipula mungkin ini jalan terbaik untuk dirinya dan anak-anaknya. Dirinya yang sedang hamil memerlukan ketenangan batin, meskipun entah mungkinkah ia akan mendapatkannya. Sebab sekeluarnya ia dari neraka bernama rumah itu, entah Refano masih akan bertanggung jawab secara finansial padanya atau tidak. Tapi mau masih mengiriminya uang pun, ia tidak bisa terus bergantung padanya. Ia harus mencari pekerjaan. Dalam keadaan hamil? Adakah yang mau mempekerjakannya? Entahlah. Itu bisa ia pikirkan nanti. Yang paling penting adalah membahas masalah anak-anaknya.
"Baiklah aku bersedia bercerai. Tapi dengan syarat ... "
"Cih, dasar perempuan miskin. Kau ingin berapa, sebutkan saja!" geram Liliana. Ia kira Zafira pasti meminta harta gono-gini yang besar.
"Aku tidak menginginkan harta kalian satu sen pun. Aku hanya minta satu hal, kelak kalian tidak boleh mengusik anak-anakku karena anakku hanya milikku. Setelah kami resmi bercerai sejak itulah kalian kehilangan hak atas anak-anakku, bagaimana? Kalian setuju?" tegas Zafira.
"Oh ya, termasuk anak yang ada di dalam kandunganku," imbuhnya lagi.
Ia harus membuat keputusan itu. Ia tak mau kelak dikemudian hari, tiba-tiba mereka datang lagi untuk mengambil anak-anaknya. Kalau perlu mereka membuat kesepakatan hitam di atas putih.
...***...
...HAPPY READING 🥰🥰🥰...