Widia Ningsih, gadis berusia 21 tahun itu kerap kali mendapatkan hinaan. Lontaran caci maki dari uanya sendiri yang bernama Henti, juga sepupunya Dela . Ia geram setiap kali mendapatkan perlakuan kasar dari mereka berdua . Apalagi jika sudah menyakiti hati orang tuanya. Widi pun bertekad kuat ingin bekerja keras untuk membahagiakan orang tuanya serta membeli mulut-mulut orang yang telah mencercanya selama ini. Widi, Ia tumbuh menjadi wanita karir yang sukses di usianya yang terbilang cukup muda. Sehingga orang-orang yang sebelumnya menatapnya hanya sebelah mata pun akan merasa malu karena perlakuan kasar mereka selama ini.
Penasaran dengan cerita nya yuk langsung aja kita baca....
Yuk ramaikan ....
Update setiap hari...
Selamat membaca....
Semoga suka dengan cerita nya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Widi merebahkan tubuhnya di atas sofa empuk yang berada di ruangan pribadi. Tak berselang lama, asistennya masuk ke dalam ruangan dengan tergesa-gesa.
"Bu Widi!" panggil Dina dengan nafas ngos-ngosan dan ia mengaturnya dengan baik.
"Ada apa Dina? Langsung saja," ucap Widi seraya memijit pelipisnya.
"Bu, Saya sudah mengetahui siapa pelakunya," balas Dina dengan terbata-bata. Sontak saja membuat Widi terlonjak kaget dari tempat duduknya.
"Siapa orangnya?" tanya Widi dengan mata yang melotot.
Dina pun berbisik ke telinga Widi. Betapa terkejutnya ia mendengar satu nama yang diucapkan oleh asistennya, bahkan Widi pun mengepalkan kedua tangannya.
"Kurang ajar! Dina siapkan mobil mewahku sekarang!" pekik Widi yang sudah kehabisan rasa sabarnya selama ini, kali ini dia tidak bisa memberi hukuman yang ringan kepada pelaku tersebut.
Brm!
Tibalah mobil mewah yang dikendarai Widi di halaman rumah Henti. Serta dua orang bodyguard mengekor Widi dengan menggunakan mobil lain. Terlihat para warga berkerumunan melihat mobil mewah yang masuk ke wilayahnya, karena hanya orang yang tertentu saja bisa memiliki mobil mewah yang dikendarai oleh Widi.
Di dalam mobil terlihat Widi tersenyum kepada warga yang pernah menghianati keluarganya dulu, sengaja Widi lama keluar dari mobilnya membiarkan warga puas untuk melihat barang mewah.
Sementara itu di rumah Henti. Ibu dan anak itu pun heran melihat warga berkerumunan di depan mobil, tak berselang lama mereka pun terkejut melihat mobil mewah di hadapannya. Dipikiran mereka juga penasaran mobil siapa itu?
"Ma, mobil siapa itu?" tanya Dela dengan penasaran, dalam hati kecilnya pun berharap seseorang memberikan mobil mewah kepadanya secara gratis.
"Mamah juga nggak tahu punya siapa. Tapi, feeling Mamah kok nggak enak ya?" Henti pun tampak gelisah, ketika melihat mobil mewah yang sudah berada di halaman luas rumahnya.
"Nggak enak gimana Mah? Barangkali itu mobil mewah punya kita," kekeh Dela dengan khayalan yang sangat tinggi.
Plak!
"Aw! Sakit Mah!" rintih Dela sembari mengusap kepalanya yang sakit.
"Sadar diri Del!" sinis Henti. Dela cemberut dengan bibir yang panjang seperti bebek.
Tidak lama kemudian, Henti dan Dela dikejutkan dengan sangat besar dengan orang yang keluar dari mobil mewah itu. Mereka serasa tidak percaya dan yakin itu hanya mobil sewaan, agar bisa untuk dipamerkan dengan orang lain.
"Dela, coba kamu cubit Mamah. Apakah ini mimpi?" gumam Henti dengan tatapan yang fokus ke arah Widi. Reflek saja Dela langsung mencubit tangan Mamahnya dengan keras.
"Aw! Sakit tau!" pekik Henti seraya memukul tangan Dela yang mencubitnya.
"Berarti nggak mimpi dong Mah!" sahut Dela dengan mata dan mulutnya yang melebar.
.
.
.
Widi memberi aba-aba kepada bodyguard nya yang berada di mobil lain tepat di belakangnya, beberapa warga pun melangkah mundur ketika melihat dua orang pria yang bertubuh kekar berperawakan tinggi melewati mobil mewah dan membukanya dengan pelan. Sontak saja warga yang penasaran tadi terbelalak melihat Widi yang keluar dari mobil, bahkan sebagian warga tadi pun berbisik-bisik tentang Widi. Merasa tidak percaya bahwa mobil mewah itu milik Widi.
"Widi!"
"Itu kan, Widi?"
"Benarkah itu Widi. Kok bisa dia punya mobil mewah, mobil ini kan hanya orang tertentu saja yang punya."
"Iya juga ya, memangnya Widi itu kerja apa sih?"
Masih banyak lagi percakapan warga yang tidak percaya dengan perubahan drastis Widi. Karena sudah beberapa tahun tidak pernah datang kemari, terakhir Widi datang hanya untuk memperbaiki rumah bahkan ia datang dengan keadaan biasa-biasa saja.
"Kenapa Ibu-Ibu, kaget ya melihat aku datang secara tidak langsung di luar dugaan kalian?" goda Widi dengan tatapan menunggu jawaban mereka.
"Hei Widi. Kalau ngomong sama orang tua itu yang sopan," pekik salah satu Ibu-Ibu yang tidak terima dengan ucapan Widi.
Lantas Widi langsung menoleh ke sumber suara tersebut.
"Loh, Ibu sendiri saja tidak sopan kepada saya. Kenapa saya harus sopan sama anda?" ucapan Widi mampu membuat lidah Ibu itu keluh.
Tidak peduli lagi dengan omongan warga yang akan menghabiskan waktunya saja, Widi pun mengayunkan kakinya menuju Henti dan Dela.
Begitu melihat Widi berjalan mendekatinya, Henti dan Dela pun melangkah mundur. Dela secara tidak langsung gemetaran sekaligus malu dengan penampilan baru Widi.
"Selamat siang ua, Dela." Widi pun tersenyum sinis melihat wajah takut mereka berdua.
"W-Widi!" panggil Henti dengan bibir gemetaran, Dela berdiri di belakang Mamahnya.
"Ngapain kamu ke sini dengan mobil mewah yang kamu sewa! Berapa sih sewa mobil seperti itu, biar di katakan orang-orang waw gitu?" ketus Dela yang berlagak hebat. Widi pun sedikit menarik ujung bibirnya ke atas, Widi membiarkan Dela menghina dirinya.
"Jangan-jangan mobil itu pinjaman dari om-om yang sudah meniduri kamu!" Dengan entengnya Dela mengatakan Widi seperti itu.
Plak!
Sebuah tamparan mendarat ke arah pipi Dela. Widi terkejut dengan kejadian di depan matanya, ia tidak menyangka ua Henti akan membelanya. Karena dari dulu mereka selalu kompak untuk menghina orang.
"Jaga mulut kamu!" bentak Henti dengan wajah yang memerah.
"Mamah!" Dela terkejut, pertama kali Mamahnya menampar pipi di depan banyak orang. Terlihat warga-warga yang masih berdiri di dekat mobil mewah itu, refleks menoleh ke arah Dela karena terdengar suara tamparan.
Widi mengira kalau Henti akan kompak menghina dirinya sama seperti Dela. Di luar nalar ternyata Henti membela dirinya.
"Maafin Dela ya Widi. Ayo kita masuk dulu," Henti antusias mengajak Widi masuk ke dalam rumahnya. Namun, Widi mengangkat tangannya pertanda tidak ingin masuk.
"Tidak perlu ua. Aku juga tidak punya waktu lama, kedatangan aku ke sini untuk menghukum anak ua!" ucap Widi dengan sedikit penekanan, ia menatap ua nya dengan tajam serta jari telunjuk ke arah wajah Dela. Ibu dan anak tersebut langsung kaku seketika melihat tatapan Widi seperti ingin memakan orang.
"A-apa m-maksud kamu Widi? Kenapa menghukum Dela. Memangnya salah dia apa?" tanya Henti dengan gugup.
"Bahkan tak terhitung, sama dengan ua!" sinis Widi ke arah Henti. Seketika Henti semakin ketakutan mendengar ucapan Widi.
"Dan kamu, seharusnya ngaca. Siapa yang wanita malam di antara kita berdua!" ucap Widi dengan tantangnya membuat Dela mati kutu.
"Dasar wanita malam teriak wanita malam!" pekik Dela mengangkat tangannya tinggi-tinggi seakan ingin menampar Widi.
Sebuah tangan yang kokoh mendarat ke tangan Dela yang hendak ingin menampar. Bodyguard Widi sudah kehabisan rasa sabarnya melihat tingkah laku Dela yang sangat arogan.
Tangan Dela di hempaskan ke udara belakang begitu saja.
"Jangan ikut campur!" ucap Dela dengan nada tinggi serta mengacungkan jari telunjuknya ke wajah bodyguard.
"Saya akan ikut campur, jika kamu sangat keterlaluan dengan bos saya!" tegas salah satu bodyguard seraya Lo 1 mengacungkan jari telunjuknya.
"Diam kamu! Jangan ikut campur urusan aku!" bentak Dela. Semakin Henti bingung dengan tingkah lakunya.
"Apa ini, apa maksudnya?" tanya Henti yang dIbuat pusing oleh Dela.
Widi dan Dela tidak menggubris ucapan Henti. Widi yang kesal dengan ucapan kasar sepupunya, ia terus melawan. Untuk kali ini Widi tidak bisa membiarkan Dela menghina dirinya di depan banyak orang.
"Oh, jadi kamu mau mencari masalah? Oke, aku akan meladeni kamu, terus saja kamu menghina aku," ucap Widi dengan santai seraya melipatkan kedua tangannya di depan dada.
"Kamu itu perempuan udik! Jangan berlaku sok kaya, miskin mah miskin aja. Habis berapa sih kamu sewa mobil dan bodyguard untuk melindungi kamu! Aku tahu mobil itu pasti pinjaman dari om-om yang meniduri kamu itu kan!" pekik Dela. Merasa tidak terima jika Widi berada di atasnya.
Warga yang sedari tadi berdiri dekat mobil Widi pun saling berbisik-bisik mendengar ucapan Dela. Yang teramat kasar pada Widi. Widi diam saja tidak berontak sama sekali, membiarkan sepupunya puas menghina dirinya.
Mereka pun percaya dengan ucapan Dela. Sama halnya dengan pikiran Dela. Karena Widi memanglah bukan orang kaya.