Simon adalah remaja berusia 16 tahun yang mempunyai pacar bernama Maria.
mereka sudah pacaran selama 3 tahun. ya, sejak SMP sampai saat ini. seluruh murid sekolah Bina Bangsa sudah tidak asing lagi dengan pasangan ini. bukan pasangan yang romantis sebenarnya namun mereka berdua sama sama berprestasi.
Simon yang pandai dalam berorganisasi dan calon ketua osis, sedangkan Maria yang berprestasi di bidang olimpiade sains.
Mari kita ikuti kisah cinta mereka disini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 123123tesmenulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persetujuan
"aku juga tidak menyangka Dia benar benar akan datang padamu dan meminta anak mu menjadi pacarnya." Ron meneguk teh yang disediakan Sofia, sedangkan Lia menenangkan anak lelakinya dengan menggenggam tangan Simon yang sedari tadi menunduk.
Simon gugup, sangat gugup. Apalagi ini pertama kalinya dia jatuh cinta dan dia bingung bagaimana cara mengungkapnya. Dia sudah bercerita pada ayahnya bahwa dia menyukai seorang adik kelas di sekolahnya yang bernama Maria. Lalu ayahnya memintanya untuk mengungkapkan perasaannya kepada gadis itu dan setelah dia mengungkapkannya dan gadis itu menerimanya, ia malah di suruh meminta izin kepada orang tua gadis itu. Lalu sekarang ketika ia benar benar meminta izin kenapa ayahnya seperti ini.
"Sudahlah yan, izinkan saja mereka, toh anakmu juga menyukai anak ku. Mereka saling menyukai bukan?" Ron mencoba meyakinkan Brian
"aku tau, anak ku sudah menceritakan nya padaku, anakmu juga baik hanya saja aku takut mereka akan tidka fokus belajar dan malah fokus pacaran. Lalu bagaimana dengan akademiknya? Apalgi aku ingin anakku berprestasi seperti ibu nya dulu. "
"Simon, Bisakah Papa minta komitmen mu dalam hal ini?" Ron balik menatap anaknya.
"angkat kepalamu, jangan rendahkan harga dirimu. Tunjukan bahwa kau layak untuk menjaga putri satu satunya mereka." imbuh nya
Simon langsung menegakkan badannya dan mengangkat kepalanya penuh percaya diri.
ia lalu menjawab " Iya om, saya janji akan selalu menjaga Maria, dan akan tetap fokus belajar walaupun kami berpacaran. didepan mama, papa, om dan tante saya janji dan kalian bisa memegang janji saya." dengan penuh keyakinan dan ketegasan Simon menatap satu persatu orang yang ada disana.
Brian kagum dengan kelugasan Simon dalam mengatakan hal itu, tidak sebenarnya dari awal ia melihat anak ini dia memang sudah kagum, tentu saja karena keberanian dia mengungkapkan tujuan dia kemari. Iya, tadi dia memang sempat kaget dna bingung bagaimana dia harus bersikap karena ya, ini pertama kalinya ia harus menghadapi 'lamaran' mendadak untuk putri kecilnya.
Ah ternyata Putri ku sudah besar, batinnya.
"baiklah Om izinkan, tapi Ron, aku ingin kau memberikan pendidikan sex kepada anakmu, aa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anak remaja seusia mereka. Aku tidak mau kalau sampai terjadi hal yang tidak diinginkan terjadi. Kau urus anakmu, dan aku urus anakku. Dengan begitu kita bisa sama sama menjaga anak kita. Kau mengerti kan maksud ku?" ungkap Brian akhirnya.
Simon menghembuskan nafas lega. Akhirnya ia bisa berpacaran dengan Maria tanpa sembunyi-sembunyi.
Selama seminggu ini dia tidak tenang ketika ingin bertemu maupun mengobrol dengan Maria, karena orang tua Maria tidak tau tentang hubungan mereka. Kini ia bisa dengan leluasa mengajak Maria jalan seperti pasangan pasangan lainnya.
"baiklah, aku mengerti tentu saja aku juga tidak mau sampai terjadi hal buruk Untuk anak anak kita. Kita akan sama sama menjaga mereka."
...****************...
"jadi semalam ka Simon ke rumah lo dan minta izin buat pacaran sama lo?" Prita kaget setelah mendengar curhatan sahabatnya Maria.
" iya. . Terus dia juga bawa orang tuanya, akhirnya papa ku setuju dia pacaran sama aku " jawab Maria polos.
Didepan pintu kelas, ada sosok pria yang mereka bicarakan itu. Sambil membawa dua buah minuman dingin ditangannya ia menghampiri kekasih hatinya yang sedang asyik curhat dengan sahabatnya.
"hai Mar.. Aku bawain kamu minuman, kamu udh makan?" sapa Simon sambil memberikan salah satu minuman itu pada Maria.
Tentu saja Aria menerimanya dengan senang hati. Walaupun masih malu malu karena setiap bertemu Simon jantungnya selalu berdebar debar, ia tetap mencoba tersenyum manis.
"thank ka, aku udah makan ko. Kaka sendiri? "
"aku juga udah makan, kata om Yan nanti siang kamu ada jadwal les Matematika, mau ku antar?"
"eeh papa bilang gitu? "
Simon mengangguk.
" Iya, mulai hari ini aku boleh mengantar jemput kamu, masih pakai supir sih."
"emang kamu ga ada jadwal latihan atau kumpulan osis?"
"engga, hari ini free kok"
"oh baiklah, setelah les aku harus membeli beberapa buku kamu bisa antar juga kan ka?"
...****************...