NovelToon NovelToon
Possessive Leader

Possessive Leader

Status: tamat
Genre:Komedi / Tamat / Perjodohan / Cintamanis / Kehidupan di Kantor
Popularitas:20.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Net Profit

📢📢📢WELCOME DI AREA BENGEK NGAKAK GULING-GULING 😂😂😂

Jesi yang sudah terbiasa dengan kehidupan bagai sultan, harus kehilangan semua fasilitas itu karena ayahnya yang ingin membuatnya menjadi mandiri. Dalam sekejap ia menjadi seorang mahasiswi magang, dan dihadapkan dengan team leader yang ganteng tapi sayangnya galak.


"kalo aja lo itu bukan pembimbing magang gue, ogah banget dah gue nurut gini. Ini namanya eksploitasi tenaga karyawan."

"Aku tau, aku itu cantik dan menarik. nggak usah segitunya ngeliatinnya. Ntar Bapak naksir." Jesika Mulia Rahayu.

"Cantik dan menarik emang iya, tapi otaknya nothing. Naksir sama bocah seperti kamu itu impossible." Ramadhan Darmawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Net Profit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

200k

Setelah merajuk minta kembali ke indoapril untuk menebus jajanannya tak digubris oleh sang ayah, gadis berambut panjang yang selalu menggerai rambutnya itu mengaktifkan mode ngambek. Dengan cemberut dia meninggalkan ayah dan ibu yang masih saja terus membahas analogi kaleng khong guan.

Niat Jesi mengibaratkan dirinya dengan kaleng khong guan berisi remahan kerupuk supaya menarik simpati kedua orang tuanya dan kembali mengaktifkan kartu-kartu yang ia pegang nyatanya berakhir menjadi senjata makan tuan. Bukannya iba, ayahnya justru makin tegas menarik semua fasilitas yang selama ini ia nikmati.

"Jangan ngambekan, udah gede Jesi. Besok ayah potong sekalian uang jajan kamu." Teriak Burhan dari bawah sana dan Jesi tak peduli, dia terus menaiki satu persatu anak tangga menuju ke kamarnya.

Jebred!!!

Pintu kamarnya di tutup dengan keras.

"Ayah tega banget dah sama anak sendiri. Uang udah numpuk, investasi dimana-dimana, bantuin usaha orang biar sukses, eh anak sendiri malah dikoretin."

"Kalo kayak gini kan gue jadi malu. Besok-besok nggak mau belanja di indoapril depan ah, malu njir...mana mba-mba kasirnya udah hapal banget sama gue." Bergidik ngeri membayangkan dirinya datang lagi ke indoapril dan dikenali oleh si kasir sukses membuat Jesi semakin menggelengkan kepalanya cepat, "big no. Gue nggak bakal kesana lagi!"

Jesi merebahkan diri di ranjang besar, tempat paling untuk dirinya beristirahat. Sembari meluruskan tubuhnya, Jesi mengambil ponsel yang berbunyi dari dalam tas.

Sweet heart calling... Tertulis diantara ikon telpon berwana hijau dan merah.

Buru-buru Jesi menggeser ikon telpon berwarna hijau hingga hitungan detik di layar benda pipih itu dimulai.

"Iya halo sayang..." Jawabnya dengan senyum ceria.

"Di rumah, baru pulang aku." Jesi bahkan mendadak duduk dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Padahal hanya panggilan suara biasa, bukan panggilan vidio. Tapi bagi Jesi tampil sempurna untuk Zidan adalah nomer satu, sekalipun hanya mendengar suaranya tapi penampilan harus tetep oke. Meskipun sebenarnya percuma karena sang kekasih si seberang sana tak bisa melihatnya. Menjadi pacar Zidan itu hampir impian semua mahasiswi di kampusnya, so supaya tak kalah saing Jesi harus selalu oke kapan pun dimana pun. Secinta itu memang Jesi pada Zidan, kakak tingkatnya di kampus tempat ia menimba ilmu saat ini.

"Iya... Iya... Nggak apa-apa tadi dari kampus langsung ke rumah rekan bisnis ayah bentar. Something wrong sama istrinya. Tapi udah oke kok."

"Oh gitu. Iya lain kali aja sayang. Lagian malam ini aku nggak bisa."

"Iya bye bye...love you too."

Jesi meletakan ponselnya asal kemudian memejamkan mata hingga ia benar-benar larut ke alam mimpi.

Pagi hari sebelum alarm ponselnya berbunyi Jesi sudah lebih dulu bangun. Dia menonaktifkan alarm supaya tak berbunyi nanti. Dengan memegang perutnya, dia beranjak dari ranjang.

"Gara-gara nggak makan malam nih, jam segini udah lapar banget. Padahal subuh juga belum." Gumamnya sambil menggulung rambut panjangnya supaya tak basah saat mandi nanti. Sekedar informasi, Jesi sangat anti keramas pagi-pagi, terlalu dingin. Tubuhnya tak kuat menahan dingin. Buat Jesi mending kepanasan dari pada kedinginan.

Selesai dengan rutinitas pagi, Jesi memasukan buku catatan dan tab kesayangannya ke dalam tas. Karena tasnya yang fashionable tapi unfaedah tak semua buku bisa masuk ke dalam sana, alhasil dia harus membawa dua buah buku paket akuntansi yang tebal di tangannya.

"Pagi kesayangannya ayah. Udah cantik aja jam segini. Ada jadwal masuk pagi yah?" Sapa Burhan yang sudah lebih dulu ada di meja makan.

"Aku mah selalu cantik dong." Jesi meletakan buku yang ia bawa di meja kemudian memulai sarapannya.

"Jam berapa masuk kuliah?" Tanya Burhan.

"Jam tujuh tiga puluh yah. Masih ada waktu satu jam aku bisa sarapan dengan santai."

"Jangan santai-santai nanti kamu telat."

"Nggak lah, yah. Kan biasanya ke kampus kalo macet juga paling empat puluh menitan. Kalo nggak macet dua puluh menit nyampe. Lagian supir aku kan udah hapal jalan tikus. Bisa lah motong-motong jalan biar nggak kena macet." Ujar Jesi sambil terus memakan nasi goreng kampung kesukaannya. Nasi goreng sederhana yang hanya dibumbui cabe, bawang merah dan bawang putih serta garam. Tanpa kecap maupun tambahan telur dan sosis seperti layaknya nasi goreng masa kini.

"Sepertinya anak kesayangan ayah lupa, kalo mulai sekarang ada batasan fasilitas yang bisa kamu gunakan. Udah nggak ada supir maupun mobil. Kamu ke kampus naik angkot, kalo nggak pake ojeg."

"What?" Jesi sampe menyemburkan nasi goreng yang sedang ia kunyah mendengar ucapan sang ayah yang sangat sangat tak masuk akal baginya.

Uhuk... Uhuk... Sedetik kemudian ia tersedak karena teeburu-buru minum.

"Ayah jangan bercanda, please. Ini masih pagi ayah. Udah cukup ngprank akunya semalam." Ujar Jesi dengan sedikit kesal.

"Ayah nggak bercanda. Kita serius yah kan, Bu?" Burhan menatap istrinya meminta wanita yang duduk di sampingnya supaya mengiyakan kata-katanya.

"Mulai sekarang jatah harian kamu dua ratus ribu." Ucap Burhan santai.

"Bu, ini bohong kan?" Tanya Jesi pada ibunya yang sedari tadi tak ikut bersuara.

Sari menatap sendu pada putri kesayangannya, "ayah sama ibu sudah memperhitungkan kebutuhan sehari-hari kamu. Dua ratus ribu cukup untuk ongkos dan jajan di kampus. Kalo ada kegiatan lain kamu tinggal bilang nanti ibu kasih."

"Boleh ada tambahan jatah harian kalo untuk kepentingan belajar atau kepentingan mendesak. Selain hal itu kalo mau hura-hura cari uang sendiri." Imbuh Burhan.

Meski terlahir di keluarga kaya raya hidupan Jesi dulu sesungguhnya sangat sederhana, tapi semenjak masuk kuliah dia berubah dan mulai mengikuti trend fashion masa kini hingga membuat Burhan geleng kepala melihat laporan pengeluaran Jesi setiap bulan. Burhan mulai menginstruksikan bawahnya untuk mengawasi Jesi dari kejauhan yang hasilnya membuat dia terkejut karena ternyata sang putri dimanfaatkan oleh orang-orang di sekitarnya.

Memberitahukan hal itu pada Jesi tentu tak akan bisa diterima karena Burhan tau betul sifat putrinya yang begitu polos, baik dan tak tega melihat orang lain mengalami kesulitan. Satu-satunya cara adalah dengan menarik semua fasilitas supaya putrinya sadar tak semua orang disekitarnya tulus.

"Ini jatah hari ini. Cepat berangkat atau kamu akan terlambat." Burhan meletakan empat lembar uang lima puluh ribu di depan Jesi.

Meski kesal Jesi mengambil uang itu dan segera meninggalkan meja makan setelah menyalami kedua orang tuanya.

"Ayah jahat. Ibu juga jahat. Kalo kayak gini mah Jesi beneran jadi remahan kerupuk yang alot dan tak berdaya." Ucapnya sebelum akhirnya berlari keluar rumah.

Jesi berulang kali melirik jam di lengan kirinya, sudah sepuluh menit tapi angkot yang ia tunggu belum juga lewat.

"Ya ampun itu si mba kasir indoapril yang kemaren, gue harus buru-buru cabut nih. Malu." ujar Jesi saat melihat kasir indoapril yang di seberang sana. Tanpa melihat nomor angkot yang berhenti, Jesi langsung masuk dengan menutupi wajahnya menggunakan buku paket yang ia bawa.

"Huh... Untung angkotnya datang tepat waktu. Kan malu kalo sampe ketemu sama si mba kasir indoapril." Ucap Jesi lirih.

Jesi tersenyum ramah pada penumpang lain yang menatapnya dengan intens. Dia sadar penampilannya mungkin terlalu mencolok dan tak pantas duduk di angkot mengingat semua barang branded yang ia kenakan.

1
Markonah Salim
aku jd ilfeel klo gni ah. gk jd terharu krn kasus nikah. ini hl sakral kok jd mainan. tau sekolah jas jus
destiana
Luar biasa
Khairul Azam
itu nanti si rama di rumah gak makan 🤣🤣🤣
Khairul Azam
didunia nyata mumet, baca novel ini jd menghibur ketawa aja 🤭🤭
Khairul Azam
itu bapaknya jas jus yg mau ditemuin 🤣🤣🤣
irma hidayat
zydan nya juga nyuruh aborsi biarkan dulu nginap diprodeo
irma hidayat
good ayah burhan
irma hidayat
makanya hidup tuh jangan jahat Dina,raya yg dituai psti sesuai perbuatan
Khairul Azam
aku lagi maskeran, baca ini langsungvretak maskerku 🤣🤣🤣
irma hidayat
hamil kayanya jasjus
Khairul Azam
itu emang disengaja jes sama ayah km, 😅😅😅
irma hidayat
ayo Jes upload aja buku nikahnya biar mereka shok
Khairul Azam
udah bener bapaknya membatasi uang jajan anaknya, anaknya dimanfaatin
endang nastusil
Luar biasa
Reni Reni
Kecewa
Reni Reni
Buruk
Jennifer Jatam
Luar biasa
Jennifer Jatam
Biasa
irma hidayat
Shok jasjus saat tau calon suaminya
irma hidayat
bikin hati jadi nano nano puny asisten kaya jasjus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!