Karena latar belakang Shazia, hubungan nya bersama Emran tak direstui oleh orang tua Emran. Tapi adiknya Emran, Shaka, diam-diam jatuh hati pada Shazia.
Suatu hari sebuah fakta terungkap siapa sebenarnya Shazia.
Dengan penyesalan yang amat sangat, orang tua Emran berusaha keras mendekatkan Emran dan Shazia kembali tapi dalam kondisi yang sudah berbeda. Emran sudah menikah dengan wanita pilihan orang tuanya sekaligus teman kerja Shazia. Dan Shaka yang tak pernah pantang menyerah terus berusaha mengambil hati Shazia.
Apakah Shazia akan kembali pada pria yang dicintainya, Emran atau memilih menerima Shaka meski tak cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annami Shavian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertengkar 2
Emran secepat kilat menarik kaos atas Shaka. Tangan nya mengepal di udara. Bugh. Dengan emosi yang tak terkontrol, ia melayangkan pukulan keras pada wajah Shaka.
Semua orang terkejut melihat tindakan kasar Emran terhadap Shaka termasuk Shazia. Tak disangka, Emran yang terkenal memiliki sifat sikap yang sangat baik dan lemah lembut bisa berbuat kasar pada saudara nya sendiri.
Shaka tak melawan, tapi bukan berarti ia tak mampu melawan Emran. Ia hanya mengusap bibirnya yang mengeluarkan darah. Namun dibalik kesakitan nya itu, tak ada yang tahu jika pemuda itu menyimpan senyuman puas.
Ini merupakan rencananya. Ia ingin menunjukan pada semua orang terutama pada orang tuanya bagaimana peringai asli anak yang selalu dibanggakan dengan segudang prestasi akademis katanya. Anak yang memiliki akhlak yang sangat baik katanya. Memiliki jiwa sosial yang tinggi dan sangat menyayangi orang tua katanya, ya hanya katanya. Karena pada kenyataanya, anak yang mereka agung-agung itu memiliki sifat yang licik dan seorang penjilat.
Cih. Shaka sama sekali tak iri dengan prestasi Emran. Ia tak iri saat orang tuanya kerap kali membelikan apa saja yang Emran mau. Ia tak iri saat ayahnya membelikan Emran mobil. Ia juga tak iri saat orang tuanya memutuskan Emran lah yang akan menjadi penerus sekaligus pewaris pondok pesantren yang dikelola oleh ayah mereka, Ramlan.
Tapi ada hal lain yang membuatnya membenci Emran, yaitu kakaknya itu kerap kali mengadu yang bukan-bukan pada orang tua mereka tentangnya sehingga orang tua nya hilang respek dan kepercayaan padanya. Terutama kepercayaan dari ayahnya, Ramlan.
Shaka tak peduli jika yang hilang kepercayaan padanya itu adalah umi Nuria. Karena wanita itu memang sudah tak menyukainya dari semenjak ia masih sangat kecil. Maklum, umi Nuria hanya ibu tiri yang tak pernah menyayanginya.
Yah, Shaka dan Emran merupakan kakak adik, satu ayah lain ibu. Umi Nuria ibunda Emran, sementara Shaka, ia lahir dari istri kedua Ramlan yang sudah meninggal dunia.
Emran yang kini jadi santapan semua mata pun bersikap salah tingkah.
"Saya, saya hanya ingin melindungi Shazia. Si Shaka berani banget melecehkan calon istri saya. Jadi wajar kan sekali-kali saya beri dia pelajaran biar jera." Emran membela diri. Ia tak ingin keluarganya mengecap pandangan buruk terhadapnya. Ia juga menyesal kenapa tak bisa menahan emosi. Pasti semua orang bertanya-tanya dan meragukan nya termasuk Shazia.
Mendengar alasan Emran, Shazia terbengong dengan arah tatap pada Emran. Shaka melecehkan dia? Apa iya begitu? Tapi menurutnya, Emran ini sepertinya tak bisa membedakan mana yang kalimat pelecehan dan mana kalimat yang hanya usil menggoda. Shaka ini tidak melecehkan dia, anak itu hanya usil menggodanya.
Shazia memang tak menyukai kata-kata Shaka, tapi bukan berarti ia membenarkan tindakan Emran. Oke lah, Emran membelanya tapi apa harus dengan cara memukul? Apalagi di saksikan oleh beberapa anak kecil. Adegan yang tidak bagus untuk mereka tonton.
Rasanya Shazia ingin menegur Emran, tapi melihat orang-orang disekelilingnya, ia pun terpaksa hanya bisa menahan. Nanti saja ketika mereka sedang berdua.
"Lagian kamu juga Shaka. Salah mu sendiri ngapain kesini dan bikin onar. Sudah bagus kamu kelayapan di luar sana dan enggak usah balik lagi." Umi Nuria bersuara dengan nada yang ketus.
Shaka langsung menatap umi Nuria dengan perasaan kesal. Namun, ia berusaha menahan kekesalan nya. Malas juga meladeni ocehan wanita yang ia sebut ular betina. Unfaedah.
"Ya wajar lah, Yuk, kalau Shaka pulang. Ini kan rumah Shaka juga. Yuk Nuria lupa ya kalau rumah ini dibangun di atas tanah milik Yuk Sarah." Hamid, adik dari Ramlan tak kuasa menahan mulutnya untuk tak membuka sebuah rahasia. Ia tak suka pada ucapan Umi Nuria yang menginginkan Shaka tak pulang lagi ke rumah.
Umi Nuria sontak melotot pada Hamid. Sepertinya ia sangat terkejut. Tak menyangka adik ipar nya akan membocorkan salah satu rahasia di depan banyak orang termasuk Shaka.
Shaka tersenyum puas melihat ekspresi Umi Nuria yang di skakmat langsung oleh paman nya. Jangan dikira ia tak tahu tanah yang luasnya seribu meter persegi ini milik siapa. Itu sebabnya kenapa ia masih menginjakkan kakinya di rumah ini karena ada hak nya. Jika tidak, ia tak akan pernah mau lagi bertatap muka dengan orang-orang seperti umi Nuria dan anaknya, Emran.
Sarah. Siapanya di keluarga ini ? Shazia penasaran. Tampaknya keluarga Emran ini penuh dengan teka teki yang tak terpecah kan.
Emran diam menatap Hamid. Ucapan pamannya itu tentu saja membebani pikirannya. Apa iya tanah luas ini milik ibunda Shaka bukan ibunya dan ayahnya? Emran geleng-geleng menyangkal. Tak mungkin istri kedua ayah nya itu orang kaya. Tapi jika benar, ia tak bisa membayangkan si Shaka pasti akan merasa besar kepala.
"Tapi dia datang cuma mau bikin onar lho, Mid. Dia itu_"
"Sudah, sudah." Ramlan menengahi sekaligus memotong ucapan umi Nuria yang ingin membela diri dan Emran.
Jangan dikira Ramlan tak merasa kesal atas apa yang sudah terjadi. Ia hanya berusaha diam dan sabar. Ia juga kesal atas tindakan Emran yang memukul Shaka dan ingin menegur kedua anaknya, terutama menegur Emran.
"Enggak usah di bahas lagi. Enggak enak kan sama nak Shazia."
Shazia yang disebut namanya pun menoleh pada ustad Ramlan.
"Maaf ya, nak Shazia. Baru pertama kalinya datang kesini eh malah gaduh seperti ini."
Shazia hanya tersenyum canggung, kemudian melihat pada Shaka yang tengah mengelap jejak darah di bibirnya yang mulai mengering.
"Apa luka nya parah?" Tanya Shazia yang merasa khawatir melihat bibir Shaka mulai membengkak.
Ya, Shazia khawatir. Karena gara-gara dirinya Emran jadi gelap mata dan melukai adiknya itu.
Mendengar pertanyaan wanita yang diam-diam dicintainya itu, Shaka tertegun dengan arah tatap pada Shazia. Apakah ia sedang bermimpi sosok bidadari itu berbicara padanya.
"Perlu saya obati lukanya enggak?"
Shaka langsung mengangguk-anggukan kepalanya begitu ia sadar.
Emran yang tak suka Shazia menawarkan diri untuk mengobati luka di bibir Shaka pun langsung berkata dengan nada marah." Enggak bisa. Apa-apaan kamu ngobatin anak berandalan itu. Dia bisa mengobati dirinya sendiri. Enggak perlu kamu yang obati."
"Emran !"
Emran menoleh pada Ramlan.
"Biarkan aja nak Shazia membantu mengobati Shaka. Kamu ikut sama Abi. Abi mau bicara sama kamu."
"Tapi, Abi. Shazia calon istri Emran. Masa_"
"Lah, emang kenapa kalau calon istrimu mengobati calon adik iparnya? lagian nanti juga akan di bantu sama mbok Iyem. Nak Shazia enggak sendiri," tukas Ramlan.
Emran mendengkus kasar, dan menatap Shaka dengan tatapan benci.
"Awas saja kalau kamu berani macam-macam sama calon istriku," ancam Emran pada Shaka.