Aura Mejalani hubungan dengan kekasihnya selama dua tahun, dan mereka sudah merencanakan sebuah pertunangan, namun siapa sangka jika Aura justru melihat sang kekasih sedang berciuman di bandara dengan sahabatnya sendiri. Aura yang marah memiliki dendam, gadis 23 tahun itu memilih menggunakan calon ayah mertuanya untuk membalaskan dendamnya. Lalu apakah Aura akan terjebak dengan permainannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
"Sayang, kalau papa mu tidak menyukaiku bagaimana?"
Aura tampak resah saat kekasihnya akan mempertemukannya dengan calon Ayah mertuanya.
Sejak dijemput Aura terlihat tampak tegang dan kedua tangannya terasa dingin karena gugup.
"Kamu jangan khawatir sayang, papaku adalah pria baik," Jawaban Mario tak membuat Aura tenang.
"Santai, jangan tegang.. kita akan bertemu papa bukan binatang buas," Ucap Mario sambil mengusap punggung tangan kekasihnya itu.
Aura menarik napas dan menghembuskannya beberapa kali hingga dirinya sedikit lebih tenang.
Aura Melati adalah wanita cantik dengan bibir tipis dan hidung mancung, kulitnya yang putih mulus serta tubuhnya yang profesional bak model menjadi banyak incaran para kaum pria. Wanita berusia 23 tahun itu sudah menjalin kasih dengan Mario hampir dua tahun.
Aura sendiri tinggal di apartemen yang ia sewa selama hampir satu tahun ini sejak bekerja di sebuah perusahan kota. Sedangkan dengan Mario keduanya berpacaran sejak di bangku kuliah. Aura yang hanya tinggal sendiri memilih hidup mandiri ketika sudah berkerja, sebelumya Aura ikut tinggal di panti asuhan.
Selama berpacaran Aura memang tak mau di kenalkan dengan papa Mario. Alasannya belum siap apa lagi dirinya yang merasa kurang pantas karena berpacaran dengan anak orang kaya.
Tak lama mobil sport warna putih itu masuk kedalam pagar hitam besar yang menjulang. Aura yang baru pertama kali melihat menatap takjub. Rumah berlantai dua bergaya Eropa itu begitu manajubkan, apalagi Aura melihat ada taman yang indah disamping halaman rumah.
Ting
Pesan masuk di ponsel Aura, wanita itu membaca sekilas pesan yang dikirim dari seseorang yang sudah ia kenal hampir satu tahun lalu melalui sosial media. Keduanya bertukar nomor karena merasa cocok jika untuk sekedar mengobrol.
"Sedang apa?"
Pertanyaan simpel, namun mampu membuat bibir tipis merah muda Aura terseyum.
"Aku sedang berkencan dengan pacarku, dan malam ini aku di ajak untuk menemui papanya, aku gugup dan cemas takut jika papanya tak menyukai ku yang hanya wanita biasa," Aura membalas pesan singkat dari seseorang itu.
"Sayang!"
Suara Mario yang sudah membukakan pintu mobil membuat Aura mendongak dan tersenyum.
"Kamu balas pesan siapa?" Tanya Mario posesif.
Aura hanya tersenyum tipis, "Teman sayang, ayo.."
Saat Aura keluar dari mobil, ponselnya kembali berbunyi, dan disana ada balasan dari seseorang yang Aura yakini teman.
"Jangan cemas, siapapun pasti akan menyukai mu.. kamu wanita baik dan berbudi..good luck.."
Aura hanya menghela napas dan tersenyum, wanita itu semakin percaya diri setelah yakin jika dirinya pantas untuk Mario.
Keduanya berjalan beriringan sampai depan pintu besar dan tinggi, hingga pintu besar itu terbuka dan tampak sosok wanita paruh baya yang membukanya.
"Selamat malam den Mario," Sapa wanita paruh baya itu yang Aura yakini adalah art dirumah papa Mario.
"Malam bik, apa papa sudah pulang?" Tanya Mario sambil berjalan masuk menggandeng tangan Aura.
"Sudah den, Tuan masih di kamar, mari..."
Wanita itu tersenyum melihat wanita cantik kekasih anak majikannya itu.
Ketiganya menuju meja makan yang sudah di siapkan dengan hidangan yang memiliki banyak menu.
Aura sempat tertegun, namun dia ingat siapa kekasihnya ini. Pasti makanan sebanyak ini tak berarti untuk orang banyak uang.
"Silakan duduk den, saya panggilkan tuan dulu."
Mario menarik kursi untuk Aura duduk, "Terima kasih sayang," ucap Aura dengan senyum pada Mario.
"Sama-sama," Mario balas senyum dan duduk disisi Aura.
Hingga keduanya mendengar langkah kaki yang menuruni tangga, Aura sempat berdiri saat melihat sosok tinggi tegap dan masih terlihat tampan dan gagah berjalan menuju meja makan. Bahkan Aura sempat terdiam melihat sosok pria tampan dengan pesonanya yang matang.
"Papa, ini Aura kekasih Mario," Mario langsung menyentuh pinggang Aura posesif.
Pria tampan rupawan dengan wajah tegas dan tatapan tajam itu menatap wanita yang dikenalkan putranya sekilas.
"Selamat malam Om.." Sapa Aura dengan gugup, senyumnya terlihat kaku.
"Malam, Aura.." Balas papa Mario singkat.
Mario mengajak Aura duduk sambil menggenggam tangan wanitanya yang terasa dingin.
"Enjoy sayang," bisik Mario di samping telinga Aura.
Aura tersenyum kaku dan kembali duduk dengan ekspresi gugup.
"Papa, kekasih ku takut melihat ekspresi mu seperti itu,"
Ucapan Mario sontak membuat Aura membuatkan matanya menatap kekasihnya.
Sedangkan Mario tampak terkekeh tak berdosa.
Haikal tampak menghela napas, tatapan melirik Aura yang duduk seperti tertekan.
"Santai saja Aura, kebayangkan orang yang baru melihat ku memang seperti itu." Ucap Haikal tersenyum tipis.
Aura mengangguk kecil, dan mereka melewati makan malam dengan obrolan ringan, lebih tepatnya Mario yang lebih banyak bicara sedangkan Aura banyak diam jika tidak ditanya.
"Jadi Aura ini sebenarnya bekerja di kantor cabang papa," ucap Mario memberi tahu.
Aura sendiri cukup terkejut mendengarnya, selama bekerja menjadi sekertaris ia tidak tahu jika kantor tempatnya bekerja adalah milik ayah dari kekasihnya itu.
Sedangkan Mario hanya tersenyum, ia memang tak pernah memberi tahu kekasihnya itu tentang kantor tempatnya bekerja. Karena Mario sendiri bekerja di kantor pusat bersama ayahnya.
"Jadi kamu bekerja di bagian apa, Aura?" Tanya Haikal tanpa menatap Aura, pria matang itu masih menikmati makanan di depannya dengan santai.
Aura sendiri menilai jika sosok pria yang duduk di depannya ini terlalu muda untuk memiliki anak seusia Mario.
'Ah, kenapa aku jadi memikirkannya, mungkin saja dia menikah muda saat mendapatkan Mario,' pikir Aura.
"Em, saya sekertaris pak Enggar," jawab Aura dengan sopan.
Kepala Haikal mengangguk, "Ya, Enggar atasan yang baik, semoga kamu betah."
Aura mengangguk.
*
*
Sampainya di apartemen Aura menjatuhkan dirinya diatas tempat tidur, setelah Mario mengantarkannya sampai depan pintu wanita itu langsung masuk kedalam kamar.
"Perkenalan yang tidak terlalu buruk," gumam Aura mengingat pertemuannya tadi dengan Haikal ayah Mario.
Aura menghela napas, "Jadi selama ini aku bekerja di perusahaan ayah Mario, kenapa aku tidak tahu." Katanya lagi sambil menerawang ke langit-langit kamar.
"Berapa banyak kekayaan keluarga Mario, kenapa aku jadi tak percaya diri," gumamnya lagi dengan pikiran menimbang.
"Ahh, kenapa aku memikirkan semua sekarang, bukankah aku sudah tahu sebelumnya, lagi pula Mario tahu keadaan ku dan dia tidak mempermasalahkan itu."
Ting
Aura meraih ponselnya yang berbunyi notif pesan kembali masuk.
Blue sky...
"Bagaimana, bukankah baik-baik saja...kau diterima dengan baik bukan?"
Aura melebarkan senyumnya membaca pesan seseorang yang dia namai Blue Sky. Karena foto profil pria itu hanya ada awan biru yang membentuk love.
"Hu'um, ternyata kecemasan ku tak beralasan, beliau baik, dan aku juga tidak menyangka jika selama ini aku bekerja di kantor ayah kekasihku."
Aura tampak senang menceritakan tentang pertemuannya tadi, tanpa begitu tahu siapa sosok pria yang dia beri nama Blue Sky itu.
****
Datang dengan suasana baru... ayoo berikan dukungan kalian Dengan cara like komen 🥰