"Kalo sudah malam, jangan keluar rumah ya ndok. Nanti di bawa kuntilanak!"
~~
"Masalah nya bukan di kamu, tapi di dia."
~~
"JADI SELAMA INI EYANG!??"
Dara, adalah seorang gadis yang baru saja lulus sekolah SMA, dia tidak langsung melanjutkan studi karena orang tua nya terkendala biaya. Dara lalu di titipkan pada Eyang nya yang Dara sendiri tidak pernah tau kalau dia punya eyang, dia di kirim ke kampung yang entah itu dimana.
Dan di sanalah Dara mengalami semua kejadian yang tidak pernah dia alami sepanjang hidup nya, dia juga mengetahui rahasia tersembunyi tentang keluarga nya yang tidak pernah dia sangka..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 1. Keluarga yang cerai berai.
Seorang gadis cantik dengan rambut sebahu baru saja turun dari mobil teman - teman nya, dia lalu melambaikan tangan nya pada teman - teman nya itu..
"Bye.. See ya.." Teriak nya.
Dia adalah Dara.. Gadis cantik yang baru saja merayakan kelulusan nya dari sekolah menengah atas seminggu lalu.
Teman - teman Dara juga melambaikan tangan nya pada Dara dan langsung pergi, dan setelah teman - teman nya pergi.. senyum Dara pun langsung memudar.
"Hufft.. beruntung banget mereka, bisa kuliah ke universitas yang mereka mau, lah gue.." Gumam nya.
Dara lalu berbalik badan dan masuk kedalam rumah nya. Rumah yang sudah di pasangi plang kuning dengan tanda di jual di depan nya.
"Assalamualaikum." Salam Dara, ketika masuk rumah.
"Waalaikumsalam." Sahut ibunya.
Saat Dara masuk, Dara melihat kakak perempuan nya yang sudah siap berkemas dengan barang - barang nya. Dara pun menatap kakak nya dengan tatapan kesal.
"Di tengah - tengah ekonomi keluarga yang susah, mama tetep kirim kak Riri ke luar kota buat lanjutin studi nya, tapi aku nggak!" Ujar Dara langsung marah.
"Dara.. kamu tau kita nggak bisa biayain kamu sekarang kan nak, mama kan udah janji.. Ntar juga kamu kuliah." Ujar ibunya Dara.
"Mama emang pilih kasih!" Ujar Dara, dia lalu pergi masuk kedalam kamar nya di lantai dua.
"Ma.. kenapa uang nya nggak buat Dara kuliah aja, aku rasa dengan posisiku sekarang juga udah bisa cari kerja." Ujar Riri.
"Nggak Ri, mama udah perhitungkan dengan baik. Mama akan kirim Dara ke rumah eyang." Ujar ibunya.
"Rumah Eyang?? Riri nggak tau kalo kita masih ada eyang." Ujar Riri.
"Mama emang nggak pernah kasih tau kalian, dah kamu pergi aja sama papa.. jangan khawatirin mama sama papa, apalagi Dara." Ujar ibunya.
Ibunya lalu pergi dari sana. Riri hanya bisa menatap kepergian ibunya yang seolah tak peduli dengan nya itu. Riri sedikit bingung dengan sikap ibunya yang berubah sejak beberapa bulan lalu.
Tepat nya sejak ayah nya bangkrut dan satu persatu aset milik keluarga nya mulai terjual untuk menutupi hutang dan menyambung hidup. Sekarang, hanya rumah itu saja yang mereka punya.. sisa nya sudah habis terjual.
Riri menatap kamar Dara, dia ingin pamit tapi dia tahu tabiat adiknya yang pemarah dan selalu berapi - api saat marah, jadi dia memilih langsung keluar dari rumah. Di luar rumah, ayah nya sudah menunggu di dalam mobil taksi.
"Ayo Ri, mama mana?" Tanya ayah nya.
"Mama bilang Riri pergi sama papa aja." Ujar Riri, dan ayah nya mengangguk.
"Ya udah, yuk." Ujar ayah nya.
Riri pun masuk kedalam taksi, dan kemudian taksi pun pergi.. Tapi Riri tidak tahu bahwa sebenar nya Dara menatap dari balkoni kamar nya sambil menangis.
"Kan, pergi aja nggak pamitan. Orang - orang pada jahat sama gue." Ujar Dara, dan dia masuk lagi kedalam kamar nya.
Dara tumbuh berbeda dengan Riri, Riri lebih feminin sementara Dara bisa terbilang tomboy. Dara lebih berani mengekspresikan dirinya, tapi Riri tidak.. Riri selalu patuh apapun ucapan orang tua nya, terutama ibunya.
Dara yang kesal menghapus air matanya, dan akhir nya dia tidur.. Tidak mau memikirkan apa yang terjadi, dia sudah biasa di perlakukan begitu, selalu begitu.
KE ESOKAN HARINYA..
Dara bangun ketika dia mendengar suara berisik dari kamar nya, saat Dara membuka mata, dia melihat ibunya sedang mengemasi barang nya.. Seketika Dara pun duduk dengan mata yang masih ngantuk.
"Ngapain, ma?" Tanya Dara, sambil mengucek matanya.
"Dara, rumah ini udah ada yang beli. Kita harus keluar dari rumah ini, hari ini." Ujar ibunya, seketika Dara melek segar.
"Hari ini!?" Tanya Dara terkejut.
"Iya nak, rumah nya udah laku itu bagus." Ujar ibunya.
"Mandi gih, abis ini mama sama papa mau ngomong sama kamu. Mama tunggu kamu di ruang makan." Ujar ibunya dan Dara mengangguk saja.
Ibunya keluar membawa tas dan koper milik Dara, entah kenapa perasaan nya menjadi sedikit tidak enak sekarang, seolah alan terjadi sesuatu..
Dara bangun dan masuk kedalam kamar mandi, dia mandi dan tak lama dia keluar lagi sambil mengusap rambut pendek nya yang basah dengan handuk.
'Gak nyangka ada masa nya berada di titik ini, titik dimana gue bahkan nggak tau arah masa depan gue kemana.' Batin Dara.
Dia duduk di ranjang dan memandangi kamar nya, kamar yang di pakainya sejak kecil, yang menjadi saksi bertumbuh nya dirinya di rumah itu. Ada rasa sedih tentu saja, dia harus berpisah dengan kamar yang selalu menemaninya itu.
Akhir nya Dara keluar dari kamar setelah dia bersiap, Dara turun ke bawah dan dia mengernyit bingung karena orang tua nya masih tidak bersiap..
"Kok mama sama papa nggak siap - siap? Barang - barang kalian mana?" Tanya Dara.
"Sini dulu nak, papa mau ngomong." Ujar ayah nya Dara.
Dara patuh dan duduk di meja makan, di mana di depan nya hanya tersaji sepiring nasi goreng, untuk nya saja..
"Kalian nggak makan?" Tanya Dara.
"Dara.. Mama sama papa mau bicara serius sama kamu, harap kamu denger baik - baik ya nak." Ujar ayah nya.
"Ngomong apa?" Tanya Dara, perasaan nya semakin tidak enak.
"Mama sama papa nggak mampu biayain kamu studi lanjutan, karena kami nggak punya uang lagi nak.." Ujar ayah nya.
"Aku tau kok, papa nggak harus bilang tiap hari." Ujar Dara.
Dara kesal, karena jika membahas itu.. Dia akan teringat dengan ketidak adilan orang tua nya pada nya. Karena kakak nya selalu dapat hal - hal baik, sementara dirinya tidak. Dara menyendok nasi goreng di depan nya dengan kasar, dia makan dengan kesal.
"Dan mama sama papa juga akan menitipkan kamu di rumah eyang." Ujar ibunya.
DEG!
Dara langsung terdiam dan menatap kedua orang tua nya.
"Apa maksudnya, ma?" Tanya Dara.
"Dara.. Saat ini mama sama papa beneran nggak punya tempat tinggal lagi nak, kami akan pergi dari kota ini untuk mencari usaha yang baru." Ujar ibunya.
"Terus?? Kenapa aku di titipin?? Aku kan bisa ikut kalian." Ujar Dara.
"Nggak bisa nak, mama sama papa nggak mau terjadi sesuatu sama kamu. Udah kamu harus nurut, kamu akan tinggal sama eyang, sebentar lagi kamu di jemput." Ujar ibunya, mendengar itu Dara marah dan membanting sendok di tangan nya.
"PRAK!!"
"Ma!!"
"PLAK!!"
Dara terkejut, dia tersentak kaget mendapat layangan tamparan dari ibunya. Dara sampai berkedip - kedip seolah tidak percaya dirinya baru saja di tampar.
"Jangan berani kamu sama mama! Mama bilang kamu ikut eyang, maka kamu harus ikut eyang!" Ujar ibunya.
"Aku bahkan nggak tau siapa yang mama maksud! Siapa eyang?? Aku nggak pernah denger aku punya eyang!" Ujar Dara.
"Sudah, makan dan bersiap. Jemputanmu sebentar lagi sampai." Ujar ibunya.
"Kalian mau buang aku yah??" Ujar Dara tiba - tiba, ayah ibunya terdiam mendengar itu.
"Kalian sengaja nggak mau bawa aku dengan alasan titip ke eyang, tapi sebener nya kalian mau buang aku, kan??" Ujar Dara lagi.
"Kenapa?? Aku nyusahin kalian banget?? Aku juga nggak minta di lahirin kok, aku bahkan nggak pernah dapet kasih sayang kalian, kalian nggak adil." Ujar Dara.
"DARA!" Bentak ayah nya.
"Oke.. Nggak apa - apa, aku ikut siapapun itu dia yang kalian panggil eyang. Semoga kalian tenang tanpa aku." Ujar Dara, lalu dia bangun dan berjalan keluar.
"Dara!" Panggil ibunya, tapi Dara tidak menggubris, dia berjalan sambil menghapus air matanya.
"Dara balik kamu!!" Teriak ibunya.
BERSAMBUNG..
ato ga bisa pindah rumah karena ada sesuatu yg mengikat di rumah itu?