(Cerita dewasa🌶️)
Kisah ini, berawal dari kejadian di mana Silvia di kepun dan buru oleh keluarga besar seorang ketua Mafia, lalu mengalami kecelakaan yang merenggut nyawanya....
Kemudian ia diberih kesempatan kedua untuk hidup kembali, merasuki tubuh seorang menantu yang tak diinginkan....
Mau tau kisah selanjutnya?
yuk...silahkan mampir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19¹
...(Siang harinya)...
...Silvia menghentikan mobilnya di lampu merah. Di tengah kesibukan jam makan siang, ia menyempatkan diri menuju rumah sakit untuk suntik KB. Namun, perhatian mata biru laut Silvia teralihkan ketika sebuah mobil yang familiar melintas di hadapannya. Itu mobil Tamara. Silvia memperhatikan, Tamara terlihat tergesa-gesa dan ada sesuatu yang ganjil dalam tingkah lakunya....
"Ke mana dia seburu ini?" bisik Silvia, benaknya dipenuhi pertanyaan.
^^^Ketika lampu merah berganti, Silvia tanpa pikir panjang menginjak pedal gas, mengikuti jejak mobil Tamara.^^^
...Silvia terus membuntuti mobil Tamara hingga berhenti di sebuah klinik yang cukup ternama. Perasaan penasaran dan curiga semakin menggerogoti hatinya....
"Tidak mungkin ini hal yang wajar. Tamara, apa yang sebenarnya sedang kamu sembunyikan?" bisik Silvia, matanya tak lepas dari sosok Tamara yang baru saja keluar dari mobil, meskipun jarak mereka cukup jauh.
...Setelah Tamara menghilang di balik pintu klinik, Silvia pun segera membelokkan mobilnya ke area parkir dan mencari tempat untuk berhenti....
...Dengan langkah cepat, Silvia keluar dari mobil dan memasuki klinik. Matanya menyapu setiap sudut lorong, mencari keberadaan Tamara. Setelah tidak menemukannya, ia melihat seorang perawat berjalan ke arahnya. Silvia menarik napas dalam, mencoba bersikap tenang dan ramah, seolah ia adalah teman Tamara yang tak sengaja melihat mobilnya di parkiran dan ingin memastikan keadaannya....
"Selamat siang, Sus. Saya temannya Nyonya Tamara. Saya tadi melihat mobilnya di luar, apa benar beliau sedang ada di sini?" tanya Silvia dengan sedikit khawatir.
"Oh, Nyonya Tamara. Benar, beliau sedang menjalani operasi, Nona," jawab perawat itu sambil melihat daftar di buku catatannya.
"Operasi apa ya, Sus? Ada hal penting yang ingin saya sampaikan," ujar Silvia, berusaha mendapatkan informasi lebih.
"Mohon maaf sekali, Nona. Informasi mengenai detail medis pasien bersifat rahasia dan tidak bisa kami sampaikan. Permisi," kata perawat itu dengan nada menyesal sebelum melanjutkan langkahnya.
...Frustrasi dan rasa ingin tahu yang kuat membuat kedua tangan Silvia terkepal. Ia mencoba memutar otak, segala kemungkinan terlintas di benaknya mengenai alasan Tamara berada di klinik dan operasi apa yang sedang dilakukannya. Pikiran-pikiran aneh mulai bermunculan, semakin mendorongnya untuk mencari jawaban....
"Sepertinya ini satu-satunya cara," bisik Silvia, sebelum akhirnya berbalik dan meninggalkan klinik dengan langkah cepat.
...Di dalam mobil, Silvia langsung membuka aplikasi pencarian di ponselnya. Kata kunci "detektif swasta terpercaya" diketiknya, sebuah rencana untuk mengungkap rahasia Tamara mulai terbentuk di benaknya....
...🔥🔥🔥🔥🔥...
...(Di mansion utama Antonio)...
...Antonio menghabiskan sepanjang malam di luar mansion, dengan alasan pekerjaan yang menumpuk di perusahaan. Ketika fajar menyingsing, ia tiba di rumah dengan pakaian kusut, beberapa jejak merah keunguan menghiasi lehernya, dan bau parfum wanita yang tajam menusuk hidung....
"Perempuan murahan! Sudah berhasil menjerat anakku, kini dia mencoba merayu suamiku!" desis Deviana penuh kebencian, pikirannya langsung tertuju pada Tamara.
...Tubuh Deviana menegang. Ia berdiri dari tempat duduknya, tatapannya kosong namun penuh amarah. Tanpa menoleh ke belakang, ia melangkah keluar dari kamar dan meninggalkan kesunyian mansion. ...
...Deru mesin mobilnya memecah keheningan pagi saat ia melaju menuju sebuah gedung apartemen mewah, tempat yang tampaknya sudah familiar baginya....
Ting, tong.
...Jari Deviana menekan tombol bel apartemen. Ia berdiri tegak di depan pintu, matanya menatap lurus ke depan, menunggu dengan sabar meskipun pikirannya mungkin masih berkecamuk....
Ceklek.
"Sayang," panggil Deviana dengan nada lega, lalu berhambur memeluk seorang pria yang jauh lebih muda darinya setelah pintu terbuka.
"Ssst, jangan terburu-buru. Kita dilihat orang nanti," tegur pria itu lembut, sambil melirik ke kiri dan kanan memastikan tidak ada saksi mata di depan pintu apartemen.
"Tidak peduli, Sayang. Cepat masuk," pinta Deviana manja, mengusap pipi pria muda itu sebelum mengecup dan melumat bibirnya dengan rakus, seolah sudah lama merindukannya.
...Pria muda itu segera menggiring Deviana masuk, ciuman mereka tak terputus. Ia menutup pintu apartemen dengan kaki, terus memeluk Deviana erat. Mereka berdua berjalan perlahan, masih saling melumat bibir dengan penuh gairah, menuju ke dalam kamar tidur, di mana keintiman mereka akan berlanjut....
...🔥🔥🔥🔥🔥...
...(Di perusahaan Antonio)...
...Setelah menyelesaikan penataan berkas-berkas penting untuk pertemuan siang nanti, Silvia membawanya ke ruang kerja Antonio....
"Tuan Antonio, kita ada rapat di luar," kata Silvia menyampaikan.
"Tentu, Sayang," sahut Antonio sambil bangkit dari kursinya dan berjalan mendekati Silvia. Dengan senyum lembut, ia mengecup kepala Silvia. "Ayo, kita berangkat sekarang."
Silvia membalas senyum Antonio dengan sedikit rona merah di pipinya. Mereka berjalan beriringan menuju pintu lift yang terbuka dan masuk ke dalamnya.
...Tiba-tiba, getaran halus dari ponsel di dalam tasnya menarik perhatian Silvia. Drrrtt... Drrrtt... Notifikasi pesan. Jari-jarinya bergerak cepat membuka layar ponsel....
...Mata Silvia berbinar-binar membaca isi pesan tersebut. Sebuah senyum kemenangan terukir di bibirnya. Detektif sewaannya telah berhasil. Semua bukti tentang operasi Tamara sudah di tangannya. Sebuah operasi yang selama ini menjadi pertanyaan besar di benaknya: operasi hymenoplasti....
"Ada pesan dari seseorang?" tanya Antonio, matanya menyelidik.
Silvia yang baru saja larut dalam pikirannya, kini kembali fokus pada Antonio. Ia mengangkat alis, tersenyum penuh arti. "Oh? Kenapa memangnya? Apa Tuan Antonio cemburu?" godanya.
...Antonio mendekat, tangannya terangkat dan dengan lembut memegang dagu Silvia. Ia mengangkat wajah Silvia agar menatapnya, ibu jarinya bergerak perlahan di sepanjang garis rahang Silvia. ...
"Jangan bermain api, Silviana. Karena aku bisa menjadi sangat berbahaya jika ada yang berani mendekatimu," desis Antonio penuh peringatan, matanya menatap tajam Silvia.
"Hanya partner ranjang? Jangan bermimpi, Antonio! Aku bukan istrimu yang bisa kau kurung dan atur. Jangan coba-coba mengancamku!" sentak Silvia, menghempaskan tangan Antonio dari wajahnya dengan kasar.
...Antonio terkejut dan marah mendengar perkataan Silvia. Ia meraih bahu Silvia dengan kuat dan mendorongnya hingga punggung Silvia membentur dinding lift dengan keras. Tanpa ampun, ia membungkam bibir Silvia dengan ciuman kasar dan penuh paksaan, hingga Silvia merasakan sakit dan perih di bibirnya....
Ting!
...Pintu lift yang terbuka tiba-tiba mengejutkan Silvia. Dengan cepat, ia mendorong Antonio menjauh, merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan, lalu melangkah keluar lift tanpa menoleh sedikit pun, meninggalkan Antonio seorang diri di dalamnya....
"Ck, kucing betinaku memang liar," gumam Antonio sambil mengusap sudut bibirnya yang terasa perih akibat gigitan Silvia.
...Antonio pun keluar dari lift, berjalan dengan langkah lebar menuju mobil yang sudah menunggunya di depan pintu masuk perusahaan, dan segera masuk....
"Jalan," titah Antonio dingin, lalu tangannya terulur menyentuh paha Silvia yang duduk di sebelahnya.
...Mobil mewah itu meluncur meninggalkan area perusahaan menuju sebuah gedung pencakar langit yang megah, dan berhenti tepat di depan lobi....
"Kita ada meeting, Tuan," ucap Silvia tanpa menatap Antonio, menggeser tangannya dengan sedikit penekanan sebelum membuka pintu dan keluar.
...Antonio menghela napas kasar, ikut keluar dari mobil, dan mereka berdua berjalan masuk ke dalam gedung dengan langkah tegang....
"Silvia?" Sebuah suara wanita paruh baya yang sangat familiar menghentikan langkah Silvia seketika. Antonio pun ikut berhenti. Tanpa disadari, Silvia mengepalkan tangannya erat-erat.
"Kamu Silvia, kan?" tanya wanita itu, berjalan mendekat ke arah Silvia dan Antonio.
"Selamat siang, Nyonya Esme," sapa Antonio dengan sopan sambil mengulurkan tangan.
"Selamat siang juga, Tuan Antonio," balas Esme, menyambut uluran tangan Antonio dengan senyum ramah.
Dengan susah payah, Silvia menarik sudut bibirnya membentuk senyuman yang terasa kaku. Ia menatap wanita di hadapannya dengan tatapan menyelidik.
"Maaf, Nyonya, bisa Anda sebutkan nama Anda? Saya merasa tidak familiar," tanya Silvia, berusaha menyembunyikan keterkejutannya.
"Tentu saja, Sayang. Nama saya Esme Aurelia, dan saya adalah mantan ibu mertua Silvia," jawab Esme dengan senyum yang tampak tulus, sambil mengulurkan tangannya kepada Silvia. Antonio di samping Silvia tampak sedikit terkejut mendengar percakapan mereka.
"Salam kenal, Nyonya Esme. Saya Silviana, asisten pribadi Tuan Antonio," balas Silvia sambil menjabat tangan Esme, merasakan denyut jantungnya yang semakin cepat karena berusaha mengendalikan diri.
Sentuhan tangan Esme bagai sengatan listrik bagi Silvia. Dalam sekejap, memorinya dipenuhi adegan mengerikan: dirinya yang hamil muda, dua bulan usia kandungannya, diseret paksa oleh Pedro yang kalap karena minuman keras ke dalam kamarnya, dengan niat bejat merudapaksnya. Di luar pintu, Esme, yang saat itu melintas, hanya menatap pemandangan itu tanpa ekspresi, lalu pergi begitu saja, meninggalkannya dalam ketakutan yang mencekam.
"Silviana," panggil Antonio pelan, mengguncang bahunya dengan lembut.
"Maaf... ya, maaf, ada yang mengganggu pikiranku," jawab Silvia dengan suara sedikit bergetar, segera menarik tangannya dari genggaman Esme.
"Tidak apa-apa, maaf juga karna sudah mengira kamu adalah Silvia mantan menantuku," ujar Esme tersenyum samar.
"Kalau begitu kita masuk, sepertinya meeting sudah di mulai," ajak Antonio dan di balas dengan angukan dari Esme.
"Tidak masalah, maafkan saya juga kalau sudah salah mengira kamu sebagai Silvia, mantan menantu saya," ujar Esme dengan senyum tipis yang sulit diartikan.
"Kalau begitu, mari kita masuk. Sepertinya rapat sudah dimulai," ajak Antonio, yang direspon dengan anggukan oleh Esme.
...Mereka bertiga berjalan berdampingan memasuki aula rapat, dan pertemuan pun dimulai. Selama tiga jam berikutnya, Silvia dengan gigih berusaha menahan gejolak emosinya. Namun, begitu rapat usai, tubuh Silvia limbung dan ia jatuh pingsan di dalam ruangan....
(Bersambung)
lain x dicek ulang deh tulisannya biar reader gg bingung menafsirkannya
klo ada masukan jgn marah ya thor semangat 💪💪
aku suka Antonio semoga jadian Ama silvia
pakek pengaman Ndak...?